Serangan tentara Israel ke camp pengungsian di Rafah, Palestina tentunya menimbulkan kecaman yang sangat masif di berbagai belahan dunia.
Dilansir dari laman indomiliter.com, tentara IDF menyerang beberapa posisi di pondok pengungsian di Rafah Palestina yang menewaskan ratusan orang. Tentara Israel disinyalir menggunakan bom berpemandu untuk menyerang camp-camp pengungsian di Rafah.
Salah satu bom yang disinyalir digunakan oleh tentara Israel saat menyerang Rafah, Palestina adalah bom GBU-39. Dilansir dari kanal berita Washington Post (washingtonpost.com), bom buatan Amerika Serikat ini diyakini digunakan oleh Israel saat menyerang Rafah.
Hal ini diketahui dari adanya puing-puing sisa bom tersebut yang ditemukan di beberapa tempat di Rafah, Palestina beberapa saat setelah serangan udara tentara Israel ke lokasi tersebut.
Didesain Sejak Awal Dekade 2000-an
Bom GBU-39 sendiri merupakan bom berjenis bom luncur (glide-bomb) buatan pabrikan Boeing System. Dilansir dari laman resmi Boeing (boeing.com), bom ini mulai didesain pada awal dekade 2000-an dan diperkenalkan pada tahun 2005.
Militer Amerika Serikat menjadi pengguna utama dari bom yang memiliki nama asli GBU-39/B Small Diameter Bomb (SDB) tersebut.
Selain digunakan oleh militer Amerika Serikat, bom ini juga digunakan oleh banyak negara lainnya, khususnya negara-negara blok barat dan sekutunya.
Pihak Israel sendiri diyakini mendapatkan bom ini di tahun 2012 silam dengan membeli beberapa varian dari bom GBU-39. Bom inilah yang disinyalir bertanggung jawab atas serangan tentara Israel di Rafah, Palestina beberapa waktu lalu.
Dilansir dari laman militarytoday.com, bom GBU-39 ini memiliki bobot sekitar 130 kg dan mampu membawa hulu ledak antara 16-60 kg tergantung variannya.
Bom ini dapat diluncurkan dari berbagai jenis pesawat tempur, mulai dari F-16, F-15 F-35, F-22 dan juga beberapa jenis pesawat bomber semacam B-1 Lancer dan B-52 Stratofortress.
Bom ini memiliki sistem pelacakan GPS dengan tambahan Intertial-guidance dan sistem pelacakan inframerah. Bom ini mampu mencapai jarak serangan mulai dari 80 km hingga 150 km tergantung varian yang digunakan. Tingkat akurasi bom ini terbilang cukup tinggi, yakni sekitar 1 meter untuk toleransi melesetnya dari titik serangan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
3 Hal Ini Perlu Dibenahi oleh Timnas U-17 Usai Tersingkir di Piala Asia
-
Dibantai Korea Utara, Timnas Indonesia U-17 Memang Kalah dari Banyak Aspek
-
Timnas Indonesia U-17 Terhenti di Babak 8 Besar, Bagaimana Nasib Nova Arianto?
-
Media Asing Prediksi Nasib Timnas Indonesia di Ajang Piala Dunia U-17 2025
-
Dibantai Korea Utara 6-0, Timnas Indonesia U-17 Petik Pelajaran Berharga
Artikel Terkait
-
Manggung di Coachella, Green Day Serukan Dukungan untuk Palestina
-
Beda dengan MUI, PBNU Tolak Fatwa Jihad Lawan Israel, Gus Ulil Ungkap Alasannya!
-
Usai Konsolidasi ke Lima Negara, Prabowo Harap Ada Terobosan Baik untuk Palestina
-
Evakuasi Gaza ke Indonesia: Solidaritas atau Legitimasi Penindasan?
-
Tuai Polemik, DPR Siap Cecar Pemerintahan Prabowo soal Nasib Warga Gaza: Ini Evakuasi apa Relokasi?
Ulasan
-
Ulasan Film The First Omen: Nggak Cuma Jump Scare, tapi Juga Psychological!
-
Review My Neighbor Totoro: Perihal Makhluk Ajaib, Harapan, dan Alam
-
Ulasan Novel Three Days to Remember: Tentang Hati yang Mau Menerima Kembali
-
Review Film The Green Mile: Jalan Sunyi Menuju Keadilan yang Gelap Gulita
-
Ulasan Novel 'Art of Curse', Petualangan Membasmi Kutukan Berbahaya
Terkini
-
Meski Gagal Samai Capaian STY, Nova Arianto Akhirnya Sukses Wujudkan Mimpi sang Mentor
-
Libur Paskah Lebih Berkesan, Ini 4 Rekomendasi Film yang Cocok untuk Refleksi
-
Ironi Timnas Indonesia di AFC U-17: Dari Penampil Terbaik, Menjadi Paling Tak Berkutik
-
Film Eddington: Ari Aster Mengangkat Kekacauan Kecil di Tengah Pandemi
-
Ceria dan Berjiwa Muda, Intip Highlight Medley Album Baru TWS 'Try With Us'