Novel 'Tanpa Cahaya dan Cerita-cerita Penjajahan dari Joseon' adalah kumpulan enam cerita pendek karya lima penulis Korea dari era penjajahan Jepang. Ditulis pada tahun 1921 hingga 1939.
Kisah-kisah ini memberikan gambaran yang menyayat hati tentang kehidupan masyarakat Korea di bawah imperialisme Jepang.
Meski berlatar masa lalu, cerita-cerita ini terasa relevan dengan kenyataan di masa kini, terutama dalam menggambarkan penderitaan akibat perang dan penjajahan.
Buku ini menyuguhkan berbagai aspek kehidupan di bawah penjajahan, mulai dari kemiskinan, kelaparan, keputusasaan, hingga perjuangan hidup yang hanya berlandaskan naluri bertahan hidup.
Setiap cerita menggambarkan betapa perang dan kemiskinan bisa membawa sisi terburuk dari manusia.
Meskipun berlatar penjajahan Korea oleh Jepang, kisah-kisah ini masih relevan untuk dipahami saat ini, terutama mengingat masih adanya negara yang belum bebas dari penjajahan.
Penderitaan dalam buku ini mengingatkan kita akan dampak mengerikan penjajahan pada martabat dan kemanusiaan.
Dari enam cerita, 'Istri Miskin' menjadi satu-satunya cerita yang rasanya tidak berakhir begitu tragis.
Meski demikian, kisah ini tetap menyimpan emosi yang mendalam dan memberikan secercah harapan di tengah keputusasaan. Sebagai pembaca Indonesia, buku ini terasa akrab karena kita pun memiliki sejarah kelam penjajahan.
Hal ini membuat emosi yang muncul saat membaca menjadi lebih nyata, mengingat penderitaan serupa juga pernah terjadi di tanah air.
Penerjemah dan editor, termasuk Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, berhasil membuat karya klasik ini terasa segar dan mudah dipahami.
Bahasa yang digunakan tidak kaku, meski tetap mempertahankan nuansa klasik dari karya aslinya. Kisah-kisah ini ditulis dengan sangat baik, mampu menyampaikan kalut dan kesedihan yang dialami karakter-karakternya.
Pembaca diajak untuk merasakan penderitaan dan perjuangan mereka secara mendalam. Buku ini menyayat hati dan penuh emosi. Oleh karena itu, mungkin tidak semua pembaca merasa nyaman membaca kisah-kisah berat seperti ini.
Namun, bagi mereka yang ingin memahami sejarah dan dampak penjajahan, buku ini adalah bacaan yang sangat direkomendasikan.
'Tanpa Cahaya dan Cerita-cerita Penjajahan dari Joseon' adalah karya klasik yang penuh makna dan relevan hingga saat ini.
Buku ini mengajarkan kita untuk tidak melupakan sejarah dan mengingat betapa pentingnya kemerdekaan dan keadilan bagi sebuah bangsa.
Bacaan yang tidak mudah, tetapi sangat berharga. Cocok untuk pembaca yang ingin menelusuri sejarah Korea dari sudut pandang humanis.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
"Bakat Menggonggong", Eksperimen Narasi yang Cerdas dan Penuh Nyinyiran
-
Novel Ada Zombie di Sekolah: Ketika Pesta Olahraga Berubah Jadi Mimpi Buruk
-
Serunai Maut II, Perang Terakhir di Pulau Jengka dan Simbol Kejahatan
-
Serunai Maut: Ketika Mitos, Iman, dan Logika Bertarung di Pulau Jengka
-
Refleksi Diri lewat Berpayung Tuhan, Saat Kematian Mengajarkan Arti Hidup
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku 27 Keajaiban Hidup: Sebuah Undangan untuk Menghargai Kehidupan
-
Spoiler Drama Korea The Tale of Lady Ok Episode 2: Identitas Lim Ji Yeon Terbongkar?
-
Tujuh Anak Cari Pemilik Tas Ajaib yang Hilang di Novel Menyelamatkan Teetee
-
The Trunk: Drama Kelam tentang Pernikahan, Trauma, dan Misteri Pembunuhan
-
Ulasan Pilot, Film Jo Jung Suk yang Dinanti tapi Mematahkan Ekspektasi
Ulasan
-
Review Series House of Guinness: Skandal dan Sejarah yang Sayang Dilewatkan
-
Mengenal Eksotika Jabal Magnet: Barisan Bukit Memukau di Dekat Kota Madinah
-
Novel Luka Perempuan Asap: Cerita tentang Perempuan dan Alam yang Tersakiti
-
Makna Perjuangan dan Cinta di Balik Novel Lotus In The Mud
-
Ulasan Novel Dorm Du: Saat Sekolah Jadi Tempat Menguji Rasa Takut & Berani
Terkini
-
Gaya Macho ala Bae Nara: Sontek 4 Ide Clean OOTD yang Simpel Ini!
-
Empat Tokoh Mengkaji Oase Gelap Terang Indonesia di Reuni FAA PPMI
-
Bukan Kaleng-Kaleng! 5 Laptop 7-10 Jutaan Paling Worth It Tahun Ini
-
Scarlett Johansson Buka Suara Soal Rumor Perannya di Tangled Live-Action
-
BRI Liga 1: Nermin Haljeta Harap PSIM Yogyakarta Bisa Jaga Tren Positif