Siapa yang nggak kenal Mufasa? Singa jantan karismatik dari animasi klasik Disney, The Lion King. Sekarang, karakter ikonik ini kembali hadir dalam versi live-action terbaru. Sebagai seorang kritikus film yang suka nyeleneh, gue harus akui, awalnya gue cukup antusias. Tapi, setelah menonton filmnya, perasaan gue jadi campur aduk.
Visual yang Memukau, Cerita yang... Ya Sudahlah
Secara visual, Mufasa: The Lion King ini benar-benar memanjakan mata. CGI-nya top banget, bikin kita seolah-olah lagi ngeliat singa beneran lagi berkeliaran di savana Afrika. Pemandangan alamnya juga epic, bikin kita jadi pengen liburan ke sana. Tapi, sayangnya, keindahan visual ini nggak diimbangi dengan kekuatan cerita yang sama.
Ceritanya? Hmm, kalau menurut gue, sih, terlalu safe. Iya, sih, kita diajak nostalgia sama momen-momen ikonik dari versi animasi. Tapi, jujur aja, nggak ada kejutan yang berarti. Semua terasa begitu familiar, bahkan terlalu mudah ditebak. Gue berharap ada twist atau plot yang lebih berani, yang bisa bikin film ini jadi lebih memorable.
Akting yang Bagus, Tapi Karakternya...
Para pengisi suara di film ini, menurut gue, pada ngasih performa yang bagus. Suara James Earl Jones sebagai Mufasa dewasa masih se-memukau dulu. Tapi, karakter-karakter lain, seperti Scar dan Simba, terasa kurang punya kedalaman. Scar, misalnya, masih jadi villain yang kelihatan jahatnya dari luar aja. Nggak ada eksplorasi lebih dalam tentang motivasi dan emosinya.
Sinematografi yang Indah, Tapi...
Sinematografi film ini memang indah banget. Setiap shot-nya kayak lukisan. Tapi, ada beberapa adegan yang menurut gue terlalu berlebihan. Misalnya, adegan-adegan slow-motion yang terlalu sering muncul. Gue jadi ngerasa kayak lagi nonton iklan sabun.
Kesimpulan
Mufasa adalah film yang secara visual sangat memanjakan mata. Tapi, sayangnya, kekuatan visual ini nggak diimbangi dengan kekuatan cerita yang sama. Film ini terlalu aman dan terlalu mudah ditebak. Bagi kalian yang berharap ada sesuatu yang baru dan segar, mungkin akan sedikit kecewa. Tapi, kalau kalian cuma mau nostalgia dan ngeliat CGI keren, film ini bisa jadi pilihan yang tepat.
Rating: /5
P.S: Gue nggak tahu kenapa, tapi pas nonton film ini, gue jadi kepikiran sama lagu "Hakuna Matata". Mungkin karena lagu itu terlalu ikonik, sampai-sampai jadi susah buat ngilangin dari ingatan.
Artikel Terkait
-
Ulasan Film The Magician's Elephant, Misi Pencarian Bersama Seekor Gajah
-
Bertajuk Harbin, Film Baru Hyun Bin Tembus 1 Juta Penonton dalam 2 Hari
-
Film Highway Family: Menghadapi Tantangan Hidup yang Penuh Ketidakpastian
-
Sinopsis Barroz: Guardian of Treasures, Film Fantasi Dibintangi Mohanlal
-
Ulasan Film Surga di Bawah Langit, Kisah Hidup Anak-Anak di Wilayah Kumuh
Ulasan
-
Novel Tokyo Ever After: Kisah Gadis Amerika-Jepang dalam Menemukan Ayahnya
-
Resensi Buku 'Goodbye, Things', Hidup Bahagia dengan Sedikit Barang
-
Lagu 'Mimpi yang Terbeli' Iwan Fals, Sindiran Pedas Budaya Konsumerisme
-
Film Highway Family: Menghadapi Tantangan Hidup yang Penuh Ketidakpastian
-
Menggiring Imajinasi Pembaca dalam Buku Cerpen Lidah Karya Ni Komang Ariani
Terkini
-
Ulasan Film Devils Stay: Saat Iblis Mencari Inang melalui Media Jantung
-
Mino WINNER Diduga Dapat Perlakuan Istimewa dan Kinerja Buruk saat Wamil
-
Review Series Breaking Bad, Petualangan Mematikan Menuju Neraka
-
4 Gaya OOTD Chic ala Jeon Somi, Tampil Nyaman dan Menawan Saat Natal
-
Belajar dari Arab Saudi, Mengganti Pelatih Bukanlah Solusi Tepat untuk Naikkan Prestasi