Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Anggia Khofifah P
Poster serial netflix Melo Movie [Hancinema]

'Melo Movie' bukan sekadar drama romantis biasa. Ini adalah kisah yang berkembang perlahan, membiarkan emosi meresap dan mengalir secara alami.

Dengan nuansa slow-burn yang mendalam, serial ini menggali tema cinta, kehilangan, dan pertumbuhan pribadi dengan cara yang sangat menyentuh.

Dibintangi oleh Choi Woo-shik sebagai Ko Gyeom dan Park Bo-young sebagai Kim Mu-bee, drama ini menyajikan narasi yang begitu humanis dan relatable.

Kisahnya berpusat pada Ko Gyeom, seorang pria santai yang memiliki kecintaan luar biasa terhadap dunia sinema.

Obsesi terhadap film begitu besar hingga setelah menonton 'Reservoir Dogs' karya Quentin Tarantino, ia secara impulsif memutuskan untuk menjadi aktor.

Perjalanan kariernya tidak mudah, hanya bermula sebagai figuran dalam film. Namun, di lokasi syuting, ia bertemu dengan Kim Mu-bee, seorang wanita yang justru tidak menyukai film, meskipun namanya sendiri terinspirasi dari dunia sinema berkat ayahnya yang penggila film.

Hubungan antara Gyeom dan Mu-bee menjadi pusat cerita. Gyeom berusaha menembus dinding emosional Mu-bee, sementara Mu-bee berjuang dengan ketakutannya terhadap cinta.

Namun, kisah mereka tidak hanya sebatas romansa, karena perlahan terkuak tragedi dalam hidup Gyeom yang berhubungan dengan kakaknya, Ko Jun.

Gyeom yang terbiasa menghindari perasaan harus menghadapi kenyataan pahit. Momen ketika Mu-bee mencoba berbicara tentang bagaimana Gyeom pernah menghilang begitu saja darinya menjadi bukti bahwa ia enggan berhadapan dengan emosinya.

Namun, setelah kematian Jun di episode enam, segalanya berubah. Kehilangan satu-satunya keluarga terdekat membuatnya tak bisa lagi lari dari kesedihan. Inilah titik balik yang memaksa Gyeom untuk benar-benar tumbuh dan memahami makna kehilangan.

Akting dalam 'Melo Movie' menjadi salah satu kekuatan utama yang membuat drama ini begitu hidup.

Choi Woo-shik memerankan Gyeom dengan sempurna, memperlihatkan transisi dari pria ceria menjadi seseorang yang hancur karena duka.

Park Bo-young pun tak kalah mengesankan. Sebagai Mu-bee, ia memerankan karakter yang terluka namun berusaha untuk mencintai lagi.

Dinamika antara keduanya terasa begitu nyata, hingga aku bisa ikut merasakan setiap kebahagiaan dan kesedihan mereka.

Kim Jae-wook sebagai Ko Jun, meskipun memiliki dialog yang terbatas, tetap berhasil menyampaikan penderitaan dan kasih sayang seorang kakak dengan luar biasa.

Ekspresi kosong namun penuh makna, serta perjuangannya melawan kelelahan mental, memberikan dampak emosional yang besar.

Tragisnya, ketika Jun akhirnya menemukan kembali alasan untuk hidup, takdir berkata lain.

Selain kisah utama, drama ini juga menyajikan pasangan kedua, Hong Si-jun (Lee Jun-young) dan Son Ju-a (Jeon So-nee).

Hubungan mereka yang telah berlangsung selama tujuh tahun berakhir ketika Ju-a memutuskan untuk pergi.

Alasannya tidak langsung dijelaskan, tetapi seiring berjalannya cerita, aku mulai memahami mengapa ia memilih untuk meninggalkan Si-jun.

Karakter Si-jun yang terlalu nyaman dengan status quo membuatnya gagal memahami bahwa cinta saja tidak cukup untuk mempertahankan hubungan. Ju-a, di sisi lain, menemukan kekuatannya untuk akhirnya memilih dirinya sendiri.

Salah satu elemen terbaik dari 'Melo Movie' adalah sinematografinya yang indah. Setiap adegan terasa begitu organik dan menyatu dengan alur cerita.

Tata visualnya tidak hanya mempercantik tampilan, tetapi juga memperkuat emosi yang ingin disampaikan.

Ditambah lagi dengan pemilihan musik latar yang tidak berlebihan, justru sering kali diam menjadi senjata utama untuk menciptakan momen-momen emosional yang menggugah hati.

'Melo Movie' mungkin terasa bergerak terlalu lambat. Namun, jika kamu menikmati kisah-kisah introspektif dan emosional, serial ini menawarkan pengalaman yang sangat mendalam.

Khususnya bagi mereka yang pernah mengalami kehilangan, kesulitan mengekspresikan emosi, atau terlalu sibuk membahagiakan orang lain hingga melupakan diri sendiri, drama ini bisa menjadi refleksi yang menyentuh.

Drama ini seperti pelukan hangat bagi mereka yang membutuhkan. Dibalut dengan humor, romansa, dan kesedihan yang mengaduk-aduk perasaan, 'Melo Movie' berhasil menggambarkan betapa kompleksnya manusia dalam menghadapi cinta dan kehilangan.

Terkadang, rasanya aku ingin memeluk karakter-karakternya, terutama Gyeom yang selalu terlihat ceria namun sebenarnya menyembunyikan banyak luka, serta Jun yang diam-diam menanggung beban berat.

Keistimewaan 'Melo Movie' tidak hanya terletak pada kisahnya yang menyentuh, tetapi juga pada kemampuannya untuk memahami manusia dengan segala kompleksitas emosinya.

Drama ini memberikan perasaan seperti baru saja curhat dengan sahabat atau menjalani sesi terapi. Tanpa terasa berlebihan, tetapi tetap mampu mengaduk-aduk perasaan dengan begitu efektif, terutama pada episode tujuh dan delapan yang benar-benar menghantam perasaan.

Dengan hanya sepuluh episode berdurasi satu jam, 'Melo Movie' mampu menyajikan kisah yang utuh dan memuaskan.

Serial ini membuktikan bahwa romansa tidak harus selalu penuh dengan adegan dramatis berlebihan untuk tetap terasa menyentuh.

Sebaliknya, dengan membiarkan emosi berkembang secara alami dan mengalir dalam narasi yang tenang, drama ini justru semakin terasa dekat dengan penontonnya.

Meski mungkin tidak untuk semua orang, bagi mereka yang bisa terhubung dengan tema-tema yang diangkat, drama ini akan meninggalkan kesan yang mendalam dan tak terlupakan. 'Melo Movie' bisa ditonton di Netflix, ya!

Anggia Khofifah P