Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Arifa Radhiyya
Potret Grup SEVENTEEN dalam Festival Musik Glastonbury 2024 (X/@pledis_17)

Dirilis sebagai bagian dari mini album ke-11 bertajuk 'SEVENTEENTH HEAVEN', lagu 'SOS' menjadi salah satu track yang menarik banyak perhatian. Menariknya, lagu ini merupakan garapan dari salah satu DJ dan produser musik ternama, yaitu Marshmello.

Lebih dari sekadar rilisan studio, 'SOS' seperti menjadi anthem yang kuat dalam penampilan live SEVENTEEN di sejumlah festival musik bergengsi dunia, termasuk Glastonbury 2024 dan Lollapalooza 2024.

Melalui lagu 'SOS', SEVENTEEN seolah mengajak pendengar untuk menyusuri dunia yang tengah terperangkap dalam kekacauan. Lirik pembuka, “Day to day to day, it's like we're an infinite roulette,” menggambarkan kehidupan yang penuh ketidakpastian, terus berputar layaknya roda keberuntungan tanpa bisa ditebak siapa yang akan menjadi korban berikutnya. Suasana semakin mencekap dengan kalimat, "spin it, spin it, spin it, now, who's the next target?" 

Frasa seperti “This isn't what you want, Ain’t the true happiness” menjadi semacam upaya mempertanyakan kembali arah hidup yang selama ini dijalani. Lirik itu juga menyoroti bagaimana manusia hidup dalam dunia yang telah melenceng dari nilai-nilai sejatinya. Oleh sebab itu, pada lirik berikutnya terdapat sebuah ajakan untuk mencari jalan keluar, "We need to find a way out."

Masuk ke bagian reff, lirik “S-O-S-O-S-O, right now. Everyday we're fightin'. A silent war we never wanted," terasa sangat relevan dengan kondisi dunia saat ini. Banyak orang yang tengah berjuang dalam namun yang tak terlihat, entah itu melawan tekanan mental, konflik sosial, atau ketidakpastian ekonomi.

Kalimat berikutnya, “people keep on dyin’, when the world is killing you,” menyuarakan realita pahit akan tidak sedikit orang yang kehilangan harapan, merasa lelah, dan terjebak dalam sistem yang terus menekan tanpa memberi ruang untuk bernapas. Ini bukan sekadar teriakan putus asa, tapi juga panggilan agar dunia lebih peduli.

Bagian tengah lagu memperkuat nuansa krisis kemanusiaan yang ingin disoroti SEVENTEEN. Dengan lirik seperti, “hiding and hiding each other, smile and cover and cover,” menggambarkan bagaimana kita kerap saling menyembunyikan luka, berpura-pura baik-baik saja, dan hidup dalam kepalsuan demi bertahan di tengah tekanan sosial.

Menariknya, terdapat sebuah sarkasme pada lirik berikutnya. “Sell it and buy it like water, when did we normalize danger,” merupakan sebagai sindiran halus terhadap masyarakat yang terbiasa memperjualbelikan 'hal-hal berbahaya' tanpa lagi merasa itu salah.

Di sisi lain, SEVENTEEN juga mempertanyakan jati diri lewat lirik, “can't recognize us anymore.” Ada krisis identitas yang dihadapi oleh masyarakat modern: menjadi asing bagi diri sendiri karena terlalu sering menyesuaikan diri dengan dunia yang keras.

Di tengah atmosfer kelam tersebut, lagu ini perlahan menjelma menjadi seruan penyelamatan, simbolik lewat panggilan “just shoot the SOS.” Kata SOS sendiri adalah sinyal internasional untuk permintaan bantuan, dan SEVENTEEN menjadikannya sebagai ajakan untuk berani meminta pertolongan, dan tidak memendam luka sendiri.

Kalimat “don't worry, I'll be waiting here all the time 'cause I'm your friend,” menjadi pelukan hangat yang mereka berikan kepada siapa pun yang merasa sendirian. Meski dunia penuh dengan luka, kita masih bisa jadi penyembuh satu sama lain.

Lirik penutup yang berbunyi, “we're gonna be okay, our tomorrow is a brighter day,” adalah klimaks harapan dalam lagu ini. Di sinilah lagu 'SOS' menemukan nadanya yang paling manusiawi, bahwa walau dunia terasa gelap, selalu ada kemungkinan fajar baru jika kita mau saling mengandalkan dan tidak menyerah.

Arifa Radhiyya