Cerita dimulai ketika Amanda Waller, agen pemerintah yang kejam dan manipulatif, memiliki misi yang tampaknya mustahil. Dia mengumpulkan tim Task Force X alias Suicide Squad para penjahat kelas kakap yang diberi pilihan, jalankan misi berbahaya atau tetap membusuk di penjara. Namun, kali ini misi mereka bukan di kota lain atau negara musuh, melainkan di dimensi lain!
Melalui portal misterius, Waller mengirimkan tim yang beranggotakan Harley Quinn, Deadshot, King Shark, Clayface, shapeshifter yang menyeramkan. Mereka terlempar ke sebuah dunia isekai yang dihuni orc, naga, sihir dan kerajaan dengan hierarki feodal.
Dalam dunia asing ini, mereka masih terikat pada misi berbahaya dari Waller dengan tenggat waktu yang ketat. Gagal berarti bom di leher mereka akan meledak. Para penjahat ini harus beradaptasi, menggunakan kemampuan unik mereka dan yang terpenting, tidak saling bunuh satu sama lain, sambil berusaha menyelesaikan misi di dunia yang jauh lebih gila dari rumah mereka.
Di saat genre isekai seringkali terasa repetitif dengan formula protagonis yang overpowered atau bereinkarnasi, anime ini datang dengan sebuah taruhan yang benar-benar out of the box. Ide menggabungkan dua entitas yang begitu berbeda kekacauan, anti heroisme dan kekerasan khas DC Comics dengan petualangan epik, sistem sihir dan struktur masyarakat abad pertengahan ala isekai adalah langkah yang berani, bahkan bisa dibilang gila. Namun, justru kegilaan inilah yang menciptakan potensi komedi. Hal ini menghadirkan benturan budaya yang ekstrem. Bagaimana karakter seperti Harley Quinn yang impulsif dan memiliki humor gelap berinteraksi dengan penduduk desa fantasi yang lugu, bagaimana King Shark yang kuat namun polos beradaptasi dengan ekosistem monster mitologi, reaksi para penjahat yang terbiasa dengan teknologi modern melihat keberadaan naga, elf atau mantra sihir adalah sumber komedi.
Karena dasarnya mereka penjahat, sifat mereka itu ya penuh konflik. Mereka nggak saling percaya satu sama lain. Sifat egois itu sudah mendarah daging. Setiap anggota itu lebih mikirin gimana caranya selamat sendiri, dapet keuntungan sendiri atau bahkan kadang mau mengkhianati teman satu timnya kalau ada kesempatan. Mereka itu tim yang disfungsional, malah seringkali masalah terbesar mereka datang dari dalam tim itu sendiri karena sifat dan tujuan mereka yang bertabrakan. Inilah yang bikin dinamika tim sangat menarik. Kita akan melihat bagaimana orang-orang yang sudah terbiasa curiga, berkhianat, dan hanya memikirkan diri sendiri ini dipaksa untuk bekerjasama.
Kehadiran Wit Studio untuk menggarap adaptasi ini memberikan jaminan awal yang kuat bahwa setidaknya dari sisi presentasi visual, anime Suicide Squad Isekai akan memanjakan mata. Wit Studio sangat piawai dalam menganimasikan. Mengingat Suicide Squad adalah tim yang penuh dengan karakter-karakter yang mengandalkan pertarungan fisik, senjata api, ledakan dan kekuatan super, anime ini akan menuntut animasi aksi berkualitas tinggi. Kita bisa membayangkan gerakan akrobatik Harley Quinn yang lincah, hantaman brutal dari King Shark, tembakan tepat sasaran dari Peacemaker, atau kekacauan yang ditimbulkan Clayface, semuanya digambarkan dengan sangat mulus dan detail.
Selain aksi dan karakter, Wit Studio juga handal dalam menciptakan latar belakang dan lingkungan isekai. Dunia isekai tempat Suicide Squad terdampar terasa hidup dan berbeda dari dunia asal mereka. Mulai dari hutan lebat, reruntuhan kuno, gua yang gelap, hingga kota bergaya abad pertengahan dengan detail arsitektur yang apik. Dengan Wit Studio di balik produksi visual, Anime Suicide Squad Isekai tidak hanya menjual premis crossover yang gila, tetapi juga menjanjikan visual yang memuaskan dari segi animasi.
Bagi penggemar DC yang penasaran melihat villain favorit mereka di luar zona nyaman atau penggemar isekai yang mencari sesuatu yang benar-benar berbeda, wajib nonton anime ini. Bahkan para penjahat terkejam pun bisa menjadi pahlawan.
Baca Juga
-
Review Anime I Have a Crush at Work, Dari Musuh Jadi Pasangan Rahasia
-
Review Anime Girls Band Cry, Realitas Pahit Industri Musik Indie
-
Review Anime Drifter, Tokoh Sejarah Terkenal Adu Pedang di Dunia Fantasi
-
Review Anime Medalist, Keterbatasan Menjadi Kekuatan untuk Meraih Mimpi
-
Review Anime Oshi no Ko, Obsesi Berlebihan Merubah Fans Jadi Pembunuh
Artikel Terkait
-
Kata Ariyo Wahab Soal Ribut-Ribut Royalti Performing Rights
-
3 Kematian Karakter Anime yang Buat Penggemar Kecewa dan Marah, Siapa Saja?
-
Review Film Thunderbolts*: Sisa-Sisa Harapan dari Semesta Marvel yang Letih
-
Review Anime I Have a Crush at Work, Dari Musuh Jadi Pasangan Rahasia
-
Review Anime Girls Band Cry, Realitas Pahit Industri Musik Indie
Ulasan
-
Secawan Kopi, Menikmati Kopi dan Hidangan Khas Bengkalis di Pekanbaru
-
Kesenian Bantengan: Antara Warisan Budaya dan Keresahan Sosial
-
Review Film Thunderbolts*: Sisa-Sisa Harapan dari Semesta Marvel yang Letih
-
Review Anime I Have a Crush at Work, Dari Musuh Jadi Pasangan Rahasia
-
Review Anime Girls Band Cry, Realitas Pahit Industri Musik Indie
Terkini
-
Sudirman Cup 2025: Alwi Farhan Tampil Impresif Buka Poin Pertama Indonesia
-
Generasi Layar, Ketika Game Online Mengganti Dunia Nyata
-
Ekonomi Baik-Baik Saja? Pak Presiden, Rakyat Minta Bukti, Bukan Janji
-
Anti Boring! Intip 4 Padu Padan Gaya Kasual ala Mingi ATEEZ yang Effortless
-
Jadi Dokter Spesialis, Gong Myeong Ungkap Perannya di Second Shot At Love