Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Ryan Farizzal
Salah satu adegan di film Tabayyun (IMDb)

Di tengah gempuran film Hollywood dan genre horor yang lagi nge-trend, Tabayyun hadir sebagai angin segar di perfilman Indonesia. Film drama religi yang rilis pada 8 Mei 2025 ini bukan cuma soal cerita yang bikin mewek, tapi juga memberi pelajaran hidup yang relevan banget dengan zaman sekarang.

Disutradarai oleh Key Mangunsong, diadaptasi dari novel best-seller karya Ilyas Bachtiar, dan dibintangi oleh aktor-aktris papan atas seperti Titi Kamal, Ibrahim Risyad, Naysilla Mirdad, Farrell Rafisqy, sampai aktris senior Jenny Rachman, Tabayyun sukses bikin penonton naik-turun emosi. Yuk, simak langsung ulasan berikut!

Tabayyun berkisah tentang Zalina (Titi Kamal), seorang ibu tunggal yang berjuang membesarkan anaknya, Arka (Farrell Rafisqy), di tengah stigma sosial.

Identitas ayah Arka yang misterius bikin Zalina jadi bahan gunjingan di kantor. Belum lagi, hidupnya makin rumit ketika Arlo (Ibrahim Risyad), anak bos perusahaan tempat dia bekerja, jatuh cinta padanya. Masalahnya, Arlo sudah dijodohkan dengan Arum (Naysilla Mirdad), perempuan dari keluarga terpandang.

Ditambah, ibunya Arlo, Samira (Jenny Rachman), nggak setuju sama hubungan mereka. Konflik pun memanas ketika masa lalu kelam Zalina mulai terbongkar lewat proses “tabayyun” — istilah yang berarti mencari kejelasan atau kebenaran.

Ceritanya sendiri mengalir dengan apik, meski kadang terasa sedikit berlebihan di beberapa momen dramatis. Tapi, ini justru bikin aku ikut hanyut.

Tabayyun bukan cuma soal cinta terlarang atau drama keluarga, tapi juga tentang bagaimana kita sering buru-buru nge-judge orang tanpa tahu cerita di baliknya. Tema ini super relevan di era media sosial, di mana hoax dan fitnah gampang banget menyebar.

Review Film Tabayyun

Salah satu adegan di film Tabayyun (IMDb)

Titi Kamal sebagai Zalina adalah bintangnya film ini. Aktingnya benar-benar ngena, dari ekspresi rapuh sampai momen-momen kuat sebagai ibu yang nggak mau menyerah.

Kurasa karakter Zalina punya character development yang solid, bikin kita bisa lihat sisi kuat juga fragile-nya sebagai ibu. Ibrahim Risyad sebagai Arlo juga nggak kalah ciamik kok, membawa chemistry yang bikin penonton percaya sama perjuangan cintanya.

Naysilla Mirdad dan Jenny Rachman juga tampil memukau, apalagi Jenny yang bikin Samira terasa kompleks — bukan cuma antagonis, tapi punya alasan kuat di balik sikapnya.

Secara visual, Tabayyun punya sinematografi yang oke namun kurang sinematik di beberapa bagian sih menurutku. Tapi, kekurangan ini tertutupi dengan soundtrack yang bikin suasana makin hidup.

Ada tiga lagu orisinal: “Tanpa Balasmu” (Fabio Asher), “Lewat Semesta” (Anggis Devaki), dan “Menaruh Hati Tanpa Hati-Hati” (Nabila Ellisa). Ketiganya lagu ini bukan cuma enak didengar, tapi juga menggambarkan perjalanan emosional para karakternya.

Pesan moral yang dalam judul Tabayyun sendiri diambil dari istilah dalam Islam yang berarti mencari kejelasan sebelum mengambil kesimpulan. Film ini mengajari kita untuk nggak gampang menghakimi orang lain, apalagi tanpa tahu cerita lengkapnya.

Salah satu kutipan ikonik dari Arlo, “Seburuk-buruknya masa lalu seseorang, dia tetap berharga di mata Allah,” benar-benar menancap di hati. Film ini juga memberikan pesan bahwa masa lalu seseorang tidak menentukan nilai mereka sekarang, dan proses memaafkan diri sendiri itu penting banget.

Jelas ada di akting para pemainnya, terutama Titi Kamal yang bikin penonton ikut nangis. Ceritanya juga punya pesan moral yang kuat dan relate sama kehidupan sehari-hari. Soundtrack-nya jadi nilai plus, apalagi untuk yang suka lagu-lagu emosional.

Tapi, ada beberapa kekurangan nih dari segi ceritanya kadang terasa too much dan durasinya agak kepanjangan dan penyajian visualnya kurang greget dibandingkan film drama lain. Tapi, secara keseluruhan, kekurangan ini nggak terlalu mengganggu pengalaman nontonku kok.

Tabayyun adalah film yang wajib ditonton, terutama buat kamu yang suka drama yang nggak cuma bikin nangis, tapi juga mengajak berpikir. Dengan durasi 1 jam 52 menit, film ini sukses mengaduk-ngaduk emosi penonton yang ada di bioskop, dari sedih, gemes, sampai haru.

Buat para ibu tunggal atau siapa aja yang pernah merada dihakimi, film ini seperti pelukan hangat yang memberikan semangat. Rating dari aku setelah menonton film ini: 7/10, menunjukkan film ini cukup aku apresiasi sih. Jadi, siapin tisu, beli tiket, dan nikmati emosinya di bioskop terdekat!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Ryan Farizzal