Seni bukan sekadar ekspresi, tetapi juga sarana untuk bermimpi dan menciptakan. Sayangnya, akses terhadap seni belum merata—hanya segelintir orang yang memiliki kesempatan untuk benar-benar berkarya.
Melihat kesenjangan ini, Dreamity Indonesia hadir untuk membuka peluang bagi mereka yang ingin berkreasi tetapi terhalang oleh keterbatasan.
Pendiri Dreamity Indonesia, Salma Noorfitria Ningrum, telah akrab dengan dunia seni sejak kecil. Namun, semakin dewasa, ia menyadari bahwa privilese masih menjadi faktor utama yang menentukan siapa yang bisa berkarya dan siapa yang hanya bisa bermimpi.
Dari keresahan itulah, komunitas ini lahir.
“Banyak anak-anak yang tidak memiliki sumber daya atau dukungan yang cukup untuk bisa mengakses seni,” ujar Salma.
Dreamity Indonesia berupaya mengurangi ketimpangan ini dengan menghadirkan ruang belajar dan berkarya bagi anak-anak. Mereka percaya bahwa seni bisa menjadi jembatan antara impian dan kenyataan.
“Makanya kita namakan Dreamity Indonesia,” kata Salma. “Karena kami ingin lebih banyak pemimpi yang lahir dan berkembang lewat seni.”
Namun, perjalanan mereka tidak selalu mulus. Stigma bahwa seni tidak penting dan tidak menghasilkan masih kerap menjadi tantangan.
“Seni itu bagian dari kehidupan kita,” tegas Salma. “Siapa yang tidak pernah mendengarkan musik atau mencoret-coret dengan krayon? Seni selalu ada di sekitar kita, hanya saja sering tak disadari.”
Untuk memperluas akses terhadap seni dan melawan stigma tersebut, Dreamity Indonesia menjalankan berbagai program, seperti Ilmu Dreami, yang menghadirkan edukasi seni dan budaya, serta Ilmu Dreami Live, sesi diskusi virtual dengan narasumber inspiratif.
Setiap tiga bulan, mereka juga menggelar Kelas Dreami, di mana anak-anak bisa belajar dan berkarya langsung dalam kegiatan berbasis komunitas. Hingga kini, sudah ada empat kelas yang terlaksana, memberikan pengalaman seni yang menyenangkan bagi anak-anak.
“Kami ingin anak-anak mengenal berbagai bentuk seni, mencoba, dan menemukan kebahagiaan di dalamnya,” kata Salma.
Hasil karya para peserta akan ditampilkan dalam Kreasi Dreami, sebagai bukti bahwa bakat bisa muncul dari siapa saja, serta sebagai pengingat bahwa seni adalah hak semua orang.
Dreamity Indonesia juga membuka kesempatan bagi siapa saja untuk menjadi relawan. Tidak ada syarat khusus—cukup memiliki minat terhadap seni dan semangat berbagi dengan anak-anak.
Ke depan, komunitas ini ingin terus memperluas edukasi tentang seni serta mendorong lebih banyak anak untuk berani bermimpi dan berkarya.
Penulis: Kayla Riasya Salsabila
Baca Juga
-
Psikolog Lita Gading Sentil Nikita Mirzani Live Jualan dari Rutan: Apa Bedanya dengan di Luar?
-
Idealis, Danilla Riyadi Minta Album Barunya Didengar dari Awal
-
Inspirasi Gaya Photobooth Bareng Pacar ala Hanum Mega dan Rafly Ardiansyah
-
Ammar Zoni Minta Dokter Kamelia Urus Surat Nikah, Sang Kekasih Respons Belum Siap
-
Program Lestari: Sekolah Hijau yang Cerdas dan Berkarakter
Artikel Terkait
Community-hub
-
Tak Sekadar Nongkrong Young On Top Buktikan Anak Muda Bisa Bergerak dan Berdampak
-
Japanese Club: Dari Nongkrong Santai Jadi Rumah Kedua Pecinta Jejepangan
-
Ekspedisi Patriot: Jejak Anak Muda di Tengah Tantangan Kawasan Transmigrasi
-
Plan to End Violence: Gerakan Orang Muda Lawan Kekerasan di Sekolah
-
Mengenal Komunitas Love and Light: Ruang Tumbuh Melalui Journaling
Terkini
-
Psikolog Lita Gading Sentil Nikita Mirzani Live Jualan dari Rutan: Apa Bedanya dengan di Luar?
-
Idealis, Danilla Riyadi Minta Album Barunya Didengar dari Awal
-
Inspirasi Gaya Photobooth Bareng Pacar ala Hanum Mega dan Rafly Ardiansyah
-
Ammar Zoni Minta Dokter Kamelia Urus Surat Nikah, Sang Kekasih Respons Belum Siap
-
Program Lestari: Sekolah Hijau yang Cerdas dan Berkarakter