Bimo Aria Fundrika
Young On Top (YOT) (Dok. istimewa)

Di tengah derasnya perubahan dunia profesional, anak muda dihadapkan pada tantangan besar: tuntutan karier yang cepat, persaingan ketat, dan tekanan sosial yang tinggi. Banyak yang merasa kehilangan arah — tidak tahu harus mulai dari mana untuk mengembangkan diri atau membangun jejaring yang bermanfaat.

Ruang aman untuk belajar dan tumbuh bersama pun tak selalu mudah ditemukan. Sebagian komunitas hanya berfokus pada hiburan, sementara kebutuhan anak muda untuk mendapatkan bimbingan, inspirasi, dan pengalaman nyata kerap terabaikan. Akibatnya, banyak potensi yang belum tergali, dan generasi muda sering kali merasa berjalan sendiri di tengah perubahan yang begitu cepat.

Menjawab tantangan itu, Young On Top (YOT) hadir sebagai wadah bagi anak muda untuk berkembang, berjejaring, dan memberi dampak positif bagi masyarakat. Melalui enam pilar utamanya, sosial, teknologi, komunikasi, pendidikan (katalis), bisnis, dan kepemimpinan, YOT berupaya membentuk generasi muda yang tangguh, adaptif, dan inspiratif.

Melalui enam pilar utamanya, sosial, teknologi, komunikasi, pendidikan (katalis), bisnis, dan kepemimpinan, YOT ingin membentuk anak muda yang tangguh dan inspiratif.

“Aku gabung di YOT region Jakarta karena komunitasnya besar banget dan jaringannya luas. Banyak banget pengalaman dan pelajaran yang bisa aku ambil di sini,” kata Suci Nuraziza, Koordinator Divisi Sosial YOT Jakarta.

Bagi Suci, YOT bukan sekadar tempat nongkrong anak muda. Ia adalah ruang belajar yang hidup.

“Yang bikin beda, YOT punya acara tahunan besar, namanya YOTMC. Itu kayak perayaan ulang tahun YOT, dan biasanya menghadirkan tokoh-tokoh besar seperti Najwa Shihab, Ariel Tatum, dan Ayudia Bing Slamet. Selalu ditunggu setiap tahun,” ujarnya.

Tidak ada kegiatan mingguan yang kaku. Setiap region justru ditantang membuat 12 proyek sepanjang tahun sesuai pilar masing-masing. “Aku di divisi sosial, jadi banyak program ke arah sosial masyarakat. Dari Februari sampai Desember, semua sudah dirancang dengan tema berbeda,” jelasnya.

Menariknya, setiap anggota diberi ruang untuk bereksplorasi. “Aku dan partnerku bebas bikin program sendiri. Kita brainstorming bareng, tukar ide, lalu bikin proyek inovatif. Komunikasinya dua arah banget, bukan top-down,” ujar Suci. Setelah setiap kegiatan, evaluasi jadi hal wajib. “Kadang jujur-jujuran, tapi tujuannya membangun. Itu bikin tim makin solid.”

Salah satu pengalaman paling berkesan baginya adalah company visit ke OPPO Indonesia. “Kita tur langsung ke pabrik, lihat proses pembuatan HP, bahkan sempat praktik. Seru banget! Itu pengalaman yang bisa banget menarik anak baru kalau dipublikasikan,” kenangnya.

Selain itu, YOT Jakarta rutin mengadakan webinar pengembangan karier dan bisnis. “Kita pernah bahas soal membangun bisnis, dan antusiasmenya tinggi banget. Jadi selain leadership, kita juga dapat insight dunia kerja dan kewirausahaan,” tambahnya.

YOT juga terbuka bagi siapa pun, tanpa memandang asal. Setiap calon anggota wajib mengikuti YOT Leadership Program (YOT LP), pelatihan daring berbasis video untuk membangun dasar kepemimpinan. “Secara sistem, YOT terbuka banget buat semua anak muda yang mau berkembang,” ujar Suci.

Tentang merchandise YOT, ia menjelaskan, “Itu bukan buat komersil, tapi simbol identitas. Kita nggak punya PDH, jadi kaos YOT itu kayak seragam. Biar orang tahu, kita dari YOT Jakarta, bukan organisasi abal-abal,” katanya sambil tertawa.

Walau belum banyak kolaborasi eksternal, semangat sinergi tetap dijaga.

“Kita sempat rencana kerja sama sama forum perempuan di UNJ, tapi belum sempat. Tapi ke depan, pasti bisa,” ucapnya optimistis.

Bagi Suci, visi besar YOT sederhana tapi kuat: membantu anak muda menjadi lebih kuat, positif, dan berdampak. Dengan semangat belajar, kolaborasi, dan kepedulian sosial, Young On Top membuktikan bahwa komunitas bukan sekadar tempat bersenang-senang, melainkan ruang nyata untuk tumbuh, menginspirasi, dan membawa perubahan dari lingkar kecil ke dampak yang lebih luas.

Penulis: Muhammad Ryan Sabiti.