Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Sapta Stori
Poster drama "Black School Rulers" (Asianwiki)

Setiap sekolah pasti menerapkan berbagai aturan yang harus dipatuhi para siswanya. Jika siswa kedapatan melanggar, ia akan dikenakan sanksi atau hukuman. Namun, apa jadinya jika para siswa memberontak terhadap aturan sekolah, bahkan bertekad untuk mengubahnya? Inilah yang terjadi dalam dramaBlack School Rules”.

Drama Black School Rules bercerita tentang dua orang siswa bernama Sora Onoda (diperankan oleh Shori Sato) dan Chuya Tsukioka (diperankan oleh Kaito Takahashi).

Sekolah tempat mereka belajar menerapkan aturan yang sangat ketat, seperti rambut harus berwarna hitam, tak boleh memakai sepeda ke sekolah, siswi dilarang berkuncir, dan lain sebagainya.

Demi menjaga semua aturan tetap ditegakkan, para guru memantau murid mereka setiap pagi untuk menegur mereka yang melanggar aturan, bahkan tak segan mengusir mereka.

Sora dan Chuya merasa beberapa aturan terlalu ketat, tak beralasan dan terasa tidak masuk akal. Misalnya saja, seperti warna rambut yang harus hitam. Sora menyaksikan sendiri seorang teman sekelasnya tidak boleh memasuki sekolah, karena rambutnya berwarna coklat alami. Ia baru bisa masuk sekolah setelah mewarnai rambutnya menjadi hitam.

Peraturan lainnya yang tak bisa mereka terima adalah adanya larangan bekerja paruh waktu bagi murid. Padahal, Chuya adalah salah seorang siswa yang harus bekerja sambilan untuk membantu keluarganya, karena sang ayah telah tiada. Ia terpaksa harus menyembunyikan kenyataan bahwa dirinya bekerja paruh waktu di sebuah toko roti.

Sora dan Chuya pun menyusun berbagai rencana untuk bisa mengubah aturan-aturan yang mengikat itu. Salah satu usaha Sora ialah mengusulkan kepada ketua OSIS untuk membuat petisi.

Sayangnya, tak ada yang mendukung dirinya, termasuk sang ketua OSIS. Penolakan itu mendorong Sora memutuskan untuk membuat sendiri kotak dan formulir petisi demi menentang ketatnya aturan sekolah.

Beberapa waktu kemudian, Sora mengambil kotak petisi itu dan mendapati bahwa kotak itu telah terisi. Artinya, ada orang-orang yang mendukung pergerakannya. Namun, sebelum Sora sempat melihat nama siapa saja yang tertera di dalam formulir petisi, kotak itu lebih dahulu direbut oleh wakil ketua OSIS yang memergoki Sora.

Sora pulang dengan hati yang kecewa dan tertekan. Akan tetapi, saat ia tiba di rumah, ia menemukan secarik kertas petisi yang bertuliskan namanya sendiri. Di belakang kertas itu, ada sebuah alamat situs dan perintah untuk berkumpul yang ditujukan kepada lima orang pemberontak, tanpa menyebutkan nama orang-orang tersebut.

Sora pun mengakses laman tersebut dan benar saja, ada empat orang lain yang mengaksesnya. Masing-masing dari mereka menggunakan sebuah karakter tokoh dan nama samaran agar tidak ada yang mengetahui identitas mereka.

Satu-satunya petunjuk dalam laman tersebut adalah terdapat keterangan bahwa laman tersebut hanya bisa diakses oleh orang-orang yang telah menandatangani petisi yang Sora buat. Di laman tersebut, mereka menyusun berbagai rencana pemberontakan terhadap aturan sekolah.

Lantas, selain Sora, siapakah empat orang lainnya yang masuk ke laman tersebut? Berhasilkah mereka mewujudkan tujuan mereka untuk mengubah aturan sekolah yang mereka rasa terlalu mengekang? Saksikan kelanjutan cerita Sora dan empat pemberontak lainnya dalam drama Black School Rules. Selamat menonton!

Sapta Stori