Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Dea Pristotia
Nam Joo-Hyuk dalam drama Twenty Five Twenty One [Hancinema]

Sejak drama Korea 'Reply' tayang, drama dengan latar tahun 80 dan 90-an menjadi sesuatu yang menarik perhatian. Penonton dihadapkan pada konflik yang disebabkan oleh keterbatasan pada masa tersebut. Bahkan latar peristiwa yang terjadi pada tahun tersebut juga dimasukkan sebagai faktor yang mempengaruhi jalan ceritra.

Namun berbeda dengan serial 'Reply' yang menghadirkan akhir bahagia, ada beberapa drama yang justru membuat penonton menguras air mata penonton. Meskipun demikian alur ceritanya tetap disuguhkan dengan apik dan menarik perhatian penonton. Berikut adalah 3 drama Korea yang berlatar tahun 80 dan 90-an yang berakhir dengan sad ending.  

1. Youth of May

Go Min-Si dan Lee Do-Hyun dalam drama Youth of May [Hancinema]

Diperankan oleh Lee Do-Hyun dan Go Min-Si, drama ini menghadrikan cerita romansa yang tidak disengaja. Myung-Hee merupakan seorang perawat, temannya meminta tolong padanya agar datang menggantikannya dalam kencan buta. Lalu Myung-Hee bertemu dengan Hee-Tae. Ternyata mereka justru saling menyukai, mereka menyembunyikan hubungan mereka. Lee Soo-Ryeon yang awalnya tidak menginginkan Hee-Tae menjadi berubah pikirannya.

Drama ini berlatar di tahun 1980-an saat terjadi masa pergolakan Gwangju. Kisah cinta mereka ini sebagai simbol dari bertahan di antara kesulitan. Mereka berdua berusaha melarikan diri dari Gwangju, namun mereka tidak pernah meninggalkan Gwangju. Di awal episode enonton akan disuguhkan cerita yang manis. Inilah yang membuat perpisahan menjadi terasa sangat tragis.

2. Snowdrop

Jung Hae-In dan Jisoo dalam drama Snowdrop [Hancinema]

Ini adalah sebuah kisah cinta terlarang antara anak kepala NSP (Perencana Keamanan Nasional) dan seorang mata-mata Korea Utara. Secara tidak sengaja, Eun Yeong-Ro melakukan kencan buta dan saling jatuh hati pada pandangan pertama dengan Lim Soo-Ho. Mereka beberapa kali bertemu dan semakin menyukai satu sama lain. Hingga suatu malam, Soo-Ho mendapati dirinya berdarah-darah dan bersembunyi di asrama wanita Universitas Hosu. Karena Yeong-Ro mengenalnya, ia dan teman-temannya menyembunyikannya. Yeong-Ro terus merawat Soo-Ho di atap gedung asrama hingga seluruh lukanya sembuh. Namun keadaan berbalik dan semakin rumit.

BACA JUGA: Kenakalan Mario Dandy Kena Spill Diduga Pernah Kabur Setelah Isi Bensin Mobil BMW Full Tank

Soo-Ho justru menjadikan seluruh mahasiswa dan seisi asrama tersebut tawanan. Perasaan Yeong-Ro menjadi kacau mencerna semua keadaan yang tiba-tiba ini. Tapi, mereka berdu pada akhirnya berhasil meyakinkan perasaan satu sama lain dan memutuskan mencoba dalam keadaan yang sulit. Hubungan mereka seperti memasuki jalan buntu, dan mereka tahu itu. Tentu saja pada akhirnya mereka tidak bertemu dengan akhir yang bahagia.

3. Twenty Five Twenty One

Kim Tae-Ri dan Nam Joo-Hyuk dalam drama Twenty Five Twenty One [Hancinema]

Lewat drama ini sebenarnya penonton sudah diberi jawaban tentang hubungan Baek Yi-Jin dan Na Hee-Do. Tentang bagaimana anak Na Hee-Do, Kim Min-Chae membawa penonton pada kisah masa remaja ibunya dengan cinta pertamanya. Penonton diajak merasakan masa muda Na Hee-Do dan cinta pertamanya untuk jatuh bangun meraih mimpi dan saling merelakan masing-masing. Tentang persahabatan, keberanian, kerja keras, yang memang hanya bisa terjadi di tahun 90 an.

Drama ini berlatar kejadian krisis IMF yang menyebabkan banyak negara terdampak, termasuk Korea Selatan dan tentunya Indonesia. Menonton drama ini seperti menyaksikan kenangan yang sangaat dirindukan oleh Na Hee-Do. Sebenarnya drama ini berakhir dengan ending realistis. Tapi para penonton yang sudah terlanjur jatuh cinta dengan karakter Baek Yi-Jin sperti belum bisa merelakannya dan menyebut drama ini sad ending.

Itulah 3 drama Korea berlatar tahun 80 dan 90-an yang dapat menguras air mata penonton. Bagaimana, tertarik menonton? Untuk kalian yang sedang butuh alasan menangis pastikan nonton 3 drama ini ya!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Dea Pristotia