Serial Experiments Lain merupakan sebuah anime sci-fi horor 13 episode yang tayang pada 6 Juli 1998 sampai 28 September 1998, serta menelurkan satu game PlayStation pada 24 November 1998. Rilisnya bahkan mendahului film The Matrix (1999) yang sama-sama mengangkat tema teknologi dan dunia maya. Menginjak seperempat abad sejak rilis, Serial Experiments Lain telah mencapai status legendaris karena memprediksi masa depan manusia dengan internet.
Sinopsis
Seorang gadis tingkat SMP bernama Rein (Lain) Iwakura mendapat surel dari teman sekelasnya Chisa Yomoda. Yang pelik adalah, Chisa mengirim surel ke Lain dan seluruh angkatan sekolahnya seminggu setelah ia bunuh diri. Iseng, Lain membalas surel tersebut dan terkejut bahwa "Chisa" menyapa balik. "Chisa" berdalih ia bunuh diri untuk meninggalkan tubuh fisiknya dan melanjutkan hidup di dalam Wired, istilah anime tersebut untuk dunia maya.
Ngeri namun penasaran, Lain meminta ayahnya untuk membelikan komputer yang lebih mutakhir, yang kemudian dimodifikasi Lain seiring seri berjalan. Lain yang dianggap polos di dunia nyata menjadi 'ratu internet' dengan kepribadian tegas di Wired. Ia pun terjebak ke dalam sebuah konspirasi terorisme siber dengan semakin banyaknya orang yang mati.
Menjadi anime yang tak lekang waktu
Serial Experiments Lain kembali viral menjelang 2020 dan setelah lockdown pandemi diberlakukan, karena ia meramal aneka bahaya ketergantungan dan penyalahgunaan teknologi internet masa kini. Banyak testimoni kaum milenial dan gen Z yang bersimpati dengan tokoh Lain karena berbagai paparan dari internet telah berefek pada psikologi mereka. Lagu pembuka Duvet yang dimainkan oleh Bôa pun baru-baru ini populer di TikTok, karena nuansa rock yang ceria sekaligus melankolis membuat pendengarnya seakan dibawa kembali ke masa kecil.
Direksi yang eksperimental, penonton kebingungan akan jalan cerita
Serial Experiments Lain berhasil menciptakan atmosfer seram yang tidak biasa dan hampir tak pernah direplikasi anime lain setelah peredarannya. Daripada memakai unsur kegelapan, ia menggunakan cahaya putih atau latar siang hari untuk menambah suasana stres. Anime Serial Experiments Lain akhirnya dikenal sebagai salah satu produk avant-garde paling ikonis sepanjang masa.
Pendekatan eksperimental itulah yang menjadi kekuatan dan kelemahan terbesarnya. Mulai dari episode 5, jalan adegan dan dialog mulai terpotong-potong atau bertele-tele, dan seakan terlalu banyak yang terjadi dalam satu episode. Sementara itu, versi gamenya memiliki latar cerita yang berbeda dan dijalankan secara linear dengan fokus terbatas sehingga lebih cepat dimengerti.
Penutup
Serial Experiments Lain ialah sebuah potongan media klasik yang layak dinikmati setidaknya sekali seumur hidup bagi penikmat karya berjiwa indie atau eksperimental. Namun siap-siap dibuat bosan atau teralih perhatiannya karena kecepatan alur yang sering berubah secara tiba-tiba. Secara keseluruhan, ia senantiasa memperingati penontonnya agar tak terlalu jauh bermain dalam dunia maya.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Mengenal Chika Takiishi, Antagonis Wind Breaker Terobsesi Kalahkan Umemiya
-
3 Episode Terbaik Moonrise, Anime Fiksi Ilmiah yang Tayang di Netflix
-
3 Karakter Akan Bersinar di Anime Solo Leveling Season 3, Ada Favoritmu?
-
5 Momen Paling Ditunggu Penggemar Manhwa di Anime Solo Leveling Season 3
-
Review Anime Zenshu, Potret Industri Animasi Jepang yang Sesungguhnya
Entertainment
-
5 Rekomendasi Film Baru Sambut Akhir Pekan, Ada Pengepungan di Bukit Duri
-
Mengenal Chika Takiishi, Antagonis Wind Breaker Terobsesi Kalahkan Umemiya
-
Banjir Cameo, 4 Karakter Hospital Playlist Ini Ramaikan Resident Playbook
-
Another Simple Favor, Proyek Reuni Anna Kendrick-Black Lively Rilis 1 Mei
-
Kalahkan Woodz, Mark NCT Raih Trofi Kedua Lagu 1999 di Program 'Music Bank'
Terkini
-
Review Film Muslihat: Ada Setan di Panti Asuhan
-
Belajar Pendidikan dan Pembangunan Jati Diri Masyarakat dari Taman Siswa
-
Perantara Melalui Sang Dewantara: Akar Pendidikan dan Politik Bernama Adab
-
4 Tampilan OOTD ala Tzuyu TWICE, Makin Nyaman dan Stylish!
-
The Help: Potret Kefanatikan Ras dan Kelas Sosial di Era Tahun 1960-an