Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Yayang Nanda Budiman
Potret Mooner.[Instagram/@moonermooner]

Mooner adalah sebuah supergrup asal Bandung yang dibentuk oleh empat musisi yang telah dikenal luas dari band-band sebelumnya. Mereka adalah Rektivianto Yoewono dari The Sigit (bass dan produser), Absar Lebeh dari The Slave (gitar), Marshella Safira dari Sarasvati (vokal), dan Prama Kusuma dari Sigmun (drum), yang sudah akrab di telinga para pecinta musik Indonesia. Band ini mengusung genre Heavy Rock dan dikenal dengan lirik-lirik yang unik, jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari.

Salah satu hal yang membuat Mooner menonjol adalah lirik-lirik mereka yang kaya dan jarang ditemukan dalam lagu-lagu lain. Dengan pilihan diksi yang tak lazim, lagu-lagu mereka mengajak pendengar untuk menggali makna lebih dalam. Misalnya, dalam lagu "Ingkar", liriknya menciptakan jembatan antara kenyataan dan khayalan, mendorong imajinasi pendengar untuk menjelajah.

Dalam lagu “Ingkar” Mooner mencoba menawarkan nada-nada yang sangat merangsang pemikiran, menjelajahi batasan nalar dan menciptakan jembatan antara kenyataan dan khayalan. Gitar dengan suara crunch yang tajam, disusun dalam pola teknik tutti, membangun aransemen lagu ini menjadi ajakan bagi pendengarnya untuk terlibat dalam nada-nada repetitif yang menghipnotis, setidaknya selama lima menit durasi lagu.

Intro lagu yang berlangsung selama empat puluh lima detik memulai dengan dinamika perlahan hingga mencapai klimaks yang membawa kita masuk ke ruang vokal. Suara yang berlapis, meskipun menggunakan notasi yang sama, tetap memberikan nuansa yang berbeda, ditambah dengan efek delay di akhir liriknya.

Dari segi lirik, meskipun terdapat penggunaan diksi yang mungkin terasa asing bagi pendengar awam, hal ini justru menjadi daya tarik tersendiri. Interpretasi yang liar oleh pendengar bisa menambah keasyikan saat lagu beralih ke modulasi dengan tempo yang lebih cepat. 

Lirik terakhir, “nyanyian lodoh, tuk kaum koplo,” disampaikan dengan vokal yang innocent namun energik, menciptakan semacam babak kedua dari klimaks sebelumnya.

Aspek atmosferik dari komposisi lagu “Ingkar” juga diperkuat oleh visualisasi dalam klip musiknya. Sosok misterius yang dibalut kain merah menambah elemen imajinatif dari lagu ini, dikelilingi oleh pemandangan indah yang juga merangsang pikiran penonton. Kombinasi antara musik dan visual menjadi pengalaman seni yang menawan.

Saat lagu memasuki tiga menit, permainan gitar menjadi lebih agresif di bagian interlude. Kombinasi antara melodi dan ritme yang dinamis menciptakan komposisi yang menarik dan penuh energi, memberikan “pukulan” kuat di setiap notasinya. Ini menghasilkan sensasi adiktif bagi pendengar, karena setiap notasi terasa mudah diingat, meski pola-pola tersebut diulang.

Menuju akhir lagu, Mooner memperlambat tempo dan memberikan ruang kosong dalam aransemen, sebelum menutup dengan permainan drum yang kuat, diakhiri oleh semua instrumen yang sebelumnya beraksi liar di sepanjang lagu.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Yayang Nanda Budiman