Everything Everywhere All at Once merupakan film sci-fi yang menggabungkan aksi, komedi, dan drama keluarga dalam konsep multiverse.
Disutradarai oleh Daniel Kwan dan Daniel Scheinert (the Daniels), film ini menghadirkan Michelle Yeoh, Ke Huy Quan, Stephanie Hsu, Jamie Lee Curtis hingga James Hong.
Sinopsis Film Everything Everywhere All at Once
Film ini mengisahkan tentang Evelyn Wang (Michelle Yeoh), seorang imigran Tingkok yang tinggal di Amerika dan menjalankan usaha laundry bersama suaminya, Waymond Wang (Ke Huy Quan).
Evelyn tengah menghadapi berbagai masalah rumit, bisnis laundry-nya diaudit oleh IRS, suaminya ingin mengajukan cerai, hubungannya dengan putrinya, Joy (Stephanie Hsu), renggang, dan kini ia juga menghadapi tekanan dari ayahnya yang keras kepala, Gong Gong (James Hong).
Suatu hari, saat menghadiri pertemuan dengan petugas IRS, Deirdre (Jamie Lee Curtis), tubuh Waymond diambil alih oleh "Alpha Waymond" versi alternatif-nya dari semesta lain "Alphaverse"
Alpha Waymond memberitahu bahwa Evelyn adalah satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan multiverse dari ancaman sosok jahat, Jobu Tupaki, versi lain dari Joy yang mampu menghancurkan seluruh multiverse melalui "Everything Bagel."
Evelyn belajar menggunakan teknologi "verse-jumping" untuk melawan Jobu dan pasukannya. Dengan teknologi tersebut, Evelyn bisa melintasi berbagai semesta untuk mempelajari keterampilan dari versi-versi dirinya yang lain, termasuk sebagai penyanyi, ahli kungfu, koki dan yang paling absurd menjadi seonggok batu. Namun, semakin dia melompat antar dimensi, semakin kacau pula pikirannya.
Namun, setelah melalui serangkaian konfrontasi, Evelyn perlahan mulai memahami perasaan putrinya, Joy, melalui Jobu Tupaki. Jobu sebenarnya tidak ingin menghancurkan multiverse, melainkan hanya mencari seseorang yang bisa memahami kehampaan yang dirasakannya.
Ulasan Film Everything Everywhere All at Once
Everything Everywhere All at Once adalah sebuah film luar biasa, yang menggabungkan beragam genre mulai dari aksi, komedi, sci-fi, hingga drama keluarga dengan sangat mulus.
Sutradara duo Daniels berhasil menciptakan dunia yang eksentrik sekaligus absurd, yang mana kita akan melihat adegan dua batu yang berbicara di tengah gurun, pertarungan menggunakan jari kelingking berotot, dan semesta yang dihuni oleh manusia dengan jari berbentuk sosis. Semua hal absurd ini tak hanya mengundang tawa, tetapi juga memperlihatkan kreativitas yang tidak terbatas dari kedua sutradara tersebut.
Namun, di balik segala absurditas yang disajikan, film ini menyampaikan pesan yang sangat mendalam. Isu-isu yang relevan seperti trauma lintas generasi, kekecewaan terhadap hidup, dan upaya rekonsiliasi keluarga terselip di antara momen-momen kocak dan aksi yang seru.
Evelyn sebagai tokoh utama membawa luka dari masa kecilnya yang penuh tekanan dari ayahnya, Gong Gong. Tanpa disadari, pola ini berlanjut dalam hubungannya dengan putrinya, Joy. Melalui interaksi mereka, film ini mengingatkan kita bahwa menerima perbedaan dan memutus lingkaran trauma adalah langkah penting menuju hubungan yang lebih baik.
Seiring Evelyn mengunjungi berbagai realitas alternatif, kita juga diberi pelajaran penting bahwa kebahagiaan bukan tentang menjadi "versi terbaik" dari diri kita, melainkan menerima diri kita apa adanya, dalam keadaan apapun yang kita alami saat ini.
Film ini juga menggali gagasan besar seperti nihilisme dan krisis identitas. Namun, yang menarik adalah bagaimana tema-tema ini dikemas dalam lensa yang absurd namun tetap bisa diterima dan dipahami oleh penonton.
Tentunya, tak lengkap rasanya membicarakan film ini tanpa mengapresiasi akting luar biasa dari para pemain, terutama Michelle Yeoh yang memerankan Evelyn. Ia mampu menunjukkan sisi lain dari karakternya di setiap multiverse yang dia masuki.
Begitu pula dengan Ke Huy Quan, ia dengan begitu sempurna menghidupkan karakter Waymond yang selalu mencoba melihat sisi baik dari segala hal, bahkan dalam kondisi yang paling kacau sekalipun.
Pada intinya Everything Everywhere All At Once adalah film yang sangat layak ditonton. Film ini mampu mengemas cerita yang kompleks dengan cara yang menyenangkan, penuh humor, aksi, dan drama yang memikat. Tidak mengherankan jika film ini mendapat banyak pujian dan berhasil meraih tujuh piala Oscar.
BACA BERITA ATAU ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE
Baca Juga
-
4 Rekomendasi Film Dibintangi Andrew Garfield, Terbaru Ada We Live In Time
-
Ulasan Film 12 Angry Men: Perdebatan Sengit dalam Menentukan Nasib Terdakwa
-
Ulasan Film Wolfs: Kolaborasi Dua Fixer Profesional dalam Misi Sarat Intrik
-
Ulasan Film The Lobster: Dunia Distopia yang Tak Ramah untuk Para Jomblo
-
Ulasan Film Bad Times at the El Royale: Konflik Menegangkan di Hotel Misterius
Artikel Terkait
-
Ulasan Serial Lioness, Film Aksi Spionase Ala Tom Clancy dan Jack Ryan
-
Sinopsis Sikandar Ka Muqaddar, Film Terbaru Tamannaah Bhatia di Netflix
-
Ulasan 'Guna-Guna Istri Muda', Horor Sinetron yang Ternyata Cukup Menghibur
-
Ulasan Pilot, Film Jo Jung Suk yang Dinanti tapi Mematahkan Ekspektasi
-
'Waktunya Penghakiman' di Jogja Netpac Asian Film Festival dalam Darah Nyai
Entertainment
-
Rose BLACKPINK Ungkap Alasan Mencium Bruno Mars di Video Musik APT
-
4 Fakta Dilraba Dilmurat, Aktris yang Dijuluki Dewi dari China
-
3 Rekomendasi Drama Korea Upcoming Beragam Genre yang Layak Kamu Nantikan
-
Ma Tianyu, Aktor China Muslim yang Jadi Aktor karena Hidupnya Tragis
-
Ada (G)I-DLE dan TXT, Golden Disc Awards ke-39 Rilis Lineup Artis Pertama
Terkini
-
Dear Suporter, Ini Pesan Shin Tae-yong Sebelum Indonesia Tampil di AFF 2024
-
Menyelami Romansa dan Takdir yang Rumit dalam Novel Jingga dan Senja
-
5 Krim Malam Terbaik untuk Kulit Berjerawat, Bisa Kamu Andalkan!
-
Melampaui Batas Pemikiran Konvensional dari Buku Pola Pikir Out of the Box
-
Comeback ke Timnas, AFF Cup 2024 Jadi Ajang Pembuktian Bagi Arkhan Fikri