From The World of John Wick: Ballerina adalah film aksi-thriller yang merupakan spin-off dari waralaba John Wick.
Film ini disutradarai Len Wiseman, dengan naskah yang ditulis oleh Shay Hatten (penulis naskah John Wick: Chapter 3–4), dan melibatkan beberapa produser lama seperti Chad Stahelski, Basil Iwanyk, dan Erica Lee.
Dibintangi oleh Ana De Armas, Keanu Reeves, Ian McShane, Norman Reedus, Lorenza Izzo, Anjelica Huston, David Castaneda hingga Gabriel Bryne, film ini telah tayang di bioskop Indonesia sejak tanggal 6 Juni 2025.
Film ini mengisahkan tentang Eve Macarro (Ana De Armas), seorang perempuan muda yang hidupnya berubah drastis akibat tragedi memilukan yang dialaminya saat masih kecil.
Eve kecil menyaksikan secara langsung ketika ayahnya, Javier (David Castaneda), dibunuh secara brutal oleh sekte pembunuh yang dipimpin sosok misterius bernama The Chancellor (Gabriel Bryne).
Tragedi tersebut meninggalkan luka mendalam dan membuat Eve tumbuh dengan tekad untuk membalas dendam.
Sepeninggal ayahnya, Eve kemudian bertemu dengan Winston Scott (Ian McShane), manajer Hotel Continental di New York.
Melihat potensi dalam diri Eve, Winston memutuskan untuk mengirimkannya ke Ruska Roma—sebuah organisasi rahasia yang melatih anak-anak yatim menjadi pembunuh profesional.
Di bawah bimbingan The Director (Anjelica Huston) dan Nogi (Sharon Duncan-Brewster), Eve menjalani latihan intensif selama bertahun-tahun hingga tumbuh menjadi penari balet yang anggun sekaligus pembunuh ulung dengan kemampuan tempur mematikan.
Suatu hari, usai menyelesaikan sebuah misi, Eve secara tidak sengaja bertemu dengan seseorang yang ternyata masih terkait dengan sekte pembunuh yang telah merenggut nyawa ayahnya.
Dipicu oleh rasa dendam yang semakin membara, Eve pun meminta informasi dari The Director mengenai sekte tersebut.
Namun, The Director memperingatkannya agar tidak bertindak gegabah, karena sekte tersebut ternyata telah menjalin perjanjian damai dengan Ruska Roma. Mencampuri urusan mereka akan dianggap sebagai pelanggaran serius—bahkan bisa memicu perang.
Meski demikian, Eve tetap bersikeras untuk menuntaskan dendamnya. Ia memburu anggota-anggota sekte tersebut dan membunuh mereka satu per satu.
Karena tindakannya semakin di luar kendali, The Director akhirnya meminta bantuan John Wick (Keanu Reeves) untuk menghentikannya.
Ulasan Film From the World of John Wick: Ballerina
Setelah sukses dengan empat filmnya, John Wick kembali memperluas semestanya lewat Ballerina (2025), sebuah spin-off yang kali ini berfokus pada karakter Eve Macarro yang diperankan dengan mengesankan oleh Ana de Armas.
Dengan latar waktu yang berada di antara John Wick: Chapter 3 – Parabellum dan John Wick Chapter 4, film ini tidak hanya menawarkan aksi brutal khas franchise-nya, tapi juga menyuguhkan visual yang memikat.
Dari sisi sinematografi, Ballerina tampil menawan dengan estetika neo-noir khas semesta John Wick. Di bawah arahan sinematografer Romain Lacourbas, film ini memanfaatkan pencahayaan remang dan dominasi warna neon biru, ungu, serta merah untuk menciptakan atmosfer yang intens sekaligus elegan.
Pergerakan kameranya juga terasa sangat dinamis dan luwes. Pada adegan perkelahian di klub malam, misalnya, kamera dengan gesit mengikuti setiap gerakan Eve, menciptakan sensasi seolah penonton turut terayun dalam tiap serangan yang dilancarkan.
Selain itu, film ini juga memberikan sedikit sentuhan khas film John Wick melalui penggunaan teknik long take, slow motion, dan framing dramatis. Hal ini terlihat jelas dalam adegan pertarungan di toko senjata, serta dalam adegan ketika Eve ditabrak oleh mobil milik anggota kultus.
Len Wiseman selaku sutradara, bekerja sama dengan Chad Stahelski (sutradara John Wick) sebagai produser eksekutif, menyajikan pertarungan demi pertarungan yang tak hanya eksplosif, tetapi juga nyaris seperti tarian.
Gun-fu tetap menjadi gaya khas, namun kali ini tampil lebih variatif dan kreatif. Koreografi pertarungan disusun dengan presisi ritmis, dan tak jarang pula memanfaatkan benda-benda tak lazim sebagai senjata. Mulai dari pisau lipat, remote TV, kapak, piring, tiang besi hingga sepatu ice skating—semuanya digunakan Eve dalam rangkaian aksi mematikan.
Namun, sekuens aksi yang benar-benar mencolok baru muncul di babak akhir film, saat Eve berhadapan dengan salah satu anggota sekte pembunuh di pedesaan bersalju Hallstatt, Austria.
Dalam adegan ini, keduanya saling menyerang menggunakan flamethrower, menciptakan duel api yang dramatis di tengah lanskap bersalju. Namun sialnya, di tengah pertarungan, senjata Eve tiba-tiba kehabisan bahan bakar.
Tak kehilangan akal, Eve segera meraih selang air di dekatnya dan menggunakannya untuk melawan balik. Semburan air bertekanan tinggi dari selang tersebut berhasil mengimbangi—bahkan mematahkan—serangan api dari lawannya.
Visual api yang menjalar dengan cepat, bertabrakan dengan semburan air dalam tempo yang nyaris koreografis, menciptakan pengalaman sinematik yang memikat dan sepertinya jarang dijumpai di film-film aksi kebanyakan.
Sebagaimana spin-off yang baik, Ballerina tetap terhubung erat dengan semesta aslinya lewat kemunculan tokoh-tokoh penting seperti The Director, Winston, Charon ( mendiang Lance Reddick) hingga sang Baba Yaga sendiri—yang muncul dalam beberapa adegan krusial, termasuk duel menegangkan dengan Eve di Hallstatt.
Duel ini menjadi salah satu puncak koreografi aksi yang memperlihatkan perbedaan gaya bertarung mereka. Meskipun John Wick lebih berpengalaman, Eve yang masih muda membuktikan bahwa dirinya bukan lawan yang mudah untuk ditaklukkan.
Latar tempat juga memperkuat atmosfer gelap dan dramatis dalam film. Sebagian besar pengambilan gambar dilakukan di Praha, Republik Ceko, dengan lokasi-lokasi ikonik seperti Stasiun Masarykovo dan Teater Nasional Nova Scena. Area seperti Karlin dan Bubenec juga memberikan nuansa autentik yang mendukung tone cerita.
Dari sisi cerita, Ballerina memang belum bisa menandingi kompleksitas narasi yang dimiliki film utama John Wick.
Menurut saya pribadi, alur ceritanya terlalu sederhana dan predictable. Karakter pendukung dalam film ini terasa kurang tergali, dan beberapa momen emosional berlalu terlalu cepat.
Kita sebagai penonton memang diberikan secuil kilas balik tentang masa lalu Eve yang tragis, tapi tak cukup banyak untuk benar-benar membangun ikatan emosional yang kuat.
Meski demikian, semua kekurangan itu sebagian besar tertutupi oleh kualitas produksi yang tinggi.
Visual yang menawan, atmosfer yang kuat, serta koreografi aksi yang brutal dan kreatif membuat Ballerina tetap layak disaksikan, terutama oleh penggemar setia franchise John Wick.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
5 Rekomendasi Film yang Dibintangi Anya Taylor-Joy, Terbaru Ada The Gorge
-
5 Rekomendasi Film yang Dibintangi Theo James, Terbaru Ada The Monkey
-
5 Rekomendasi Film Horor yang Dibintangi Willem Dafoe, Terbaru Ada Nosferatu
-
3 Film Kolaborasi Christian Bale dan Amy Adams yang Pantang Dilewatkan
-
Ulasan Film Back in Action: Comeback Cameron Diaz setelah 10 Tahun Vakum
Artikel Terkait
-
4 Fakta dan Sinopsis Film Bring Her Back, Kisah Horor yang Dibalut dengan Duka
-
5 Fakta Menarik Tak Ingin Usai di Sini, Film Comeback Vanesha Prescilla
-
Sinopsis Bring Her Back, Karya Sutradara Film Talk To Me
-
10 Peringkat Film Box Office Amerika, John Wick: Ballerina Pepet Lilo & Stitch
-
Review Film Ballerina: Aksi Brutal yang Elegan dari Semesta John Wick!
Ulasan
-
Awit Sinar Alam Darajat, Lokasi Terbaik untuk Staycation di Garut
-
Ulasan Novel King of Envy: Cinta Terlarang Antara Billionaire dan Supermodel
-
Ulasan Novel Circe: Kisah Seorang Dewi tak Berbakat dan Makhluk Mitologis
-
Review Film Barron's Cove: Kematian Anak dan Amarah Ayah
-
Pantai Teluk Asmara: Eksotisme Surga Malang Selatan yang Tersembunyi
Terkini
-
6 OOTD Simpel ala Vidi Aldiano untuk Inspirasi Tampil Kece saat Hangout
-
Gustavo Franca Resmi Hengkang, Wajah Baru Persib Bandung Menarik Ditunggu?
-
Lepas Ze Valente, Persik Kediri Siapkan Gebrakan Besar di Musim 2025/2026?
-
Lolos ke Ronde Keempat Kualifikasi, Indonesia Bikin Negara-Negara Asia Tenggara Makin Susah
-
4 Rekomendasi Film Korea tentang Konflik Negara, Penuh Aksi dan Ketegangan!