‘Sebelum 7 Hari’ adalah film horor Indonesia yang disutradarai oleh Awi Suryadi resmi dirilis pada 23 Januari lalu. Diadaptasi dari film pendek berjudul serupa yang populer dan meraih banyak penghargaan pada 2020.
Salah satu pencapaiannya adalah Best Fiction di ReelOzInd! Australia Indonesia Short Film Competition and Festival 2021. Kini, ‘Sebelum 7 Hari’ menawarkan sajian yang lebih panjang.
Dalam versi panjangnya, ‘Sebelum 7 Hari menawarkan’ eksplorasi cerita yang lebih mendalam. Pertanyaannya, apakah sajian panjang ini mampu membawa ketegangan lebih intens dibandingkan versi pendeknya?
‘Sebelum 7 Hari’ fokus menceritakan kejadian setelah Si Mbah meninggal dunia. Keluarga yang ditinggalkan oleh Si Mbah tersebut mulai mengalami kejadian supranatural yang mengerikan.
Dalam kepercayaan Jawa, bahwa sebelum tujuh hari berlalu, maka arwah dari seseorang yang sudah meninggal masih ada di sekitar rumahnya.
Tari dan Kadar, dua bersaudara bersama dengan anak-anaknya Bian dan Hanif harus mengungkap rahasia dibalik gangguan yang mereka alami, akibat kematian Si Mbah.
Mereka harus berpacu dengan waktu untuk menyelesaikan masalah tersebut, sebelum tujuh hari berlalu. Janji-janji masa lalu serta dendam kini menuntut mereka untuk dipenuhi sebagai sebuah hutang, meskipun menimbulkan pertanyaan mengenai apa yang sebenarnya sudah Si Mbah lakukan semasa hidupnya.
Dalam ‘Sebelum 7 Hari’, terdapat penggunaan bahasa daerah yang kental yang menambah nuansa autentik dan mendalam dan cerita.
Konflik yang dihadapi tidak hanya soal supranatural, tetapi juga hubungan keluarga yang kompleks. Janji-janji masa lalu yang tak terpenuhi kini kembali menghantui mereka, memaksa mereka menyelesaikan masalah yang tertinggal.
Dalam proses ini, mereka juga harus menghadapi pertanyaan besar tentang apa yang sebenarnya telah dilakukan Si Mbah selama hidupnya.
Salah satu daya tarik utama film ini adalah penggunaan bahasa daerah yang kuat, memberikan nuansa autentik dan memperdalam pengalaman penonton.
Selain itu, ‘Sebelum 7 Hari menyentuh isu relevan’, seperti dinamika keluarga yang rumit dan keputusan manusia dalam menghadapi masalah hidupnya.
Dengan pendekatan cerita yang berlapis, ‘Sebelum 7 Hari’ menghadirkan ketegangan yang menyatu dengan unsur budaya lokal.
Film ini bukan hanya soal horor, tetapi juga perjalanan emosional yang menggali hubungan keluarga dan rahasia masa lalu.
Akankah keluarga ini berhasil menyelesaikan masalah mereka sebelum tenggat waktu tujuh hari? Yuk segera cari jawabannya di bioskop terdekat!
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Drama Korea Salon de Holmes: Ketika Ibu-Ibu Kompleks Jadi Detektif Dadakan
-
Fakta Peran Moon Ka Young di Drama 'Law and the City', Jadi Pengacara Muda
-
Di Balik Layar Drama Korea Good Boy: Para Cast Ceritakan Pengalaman Seru Selama Syuting
-
First Impression Good Boy: Aksi Seru, Visual Keren, dan Cerita Bikin Nagih
-
Jadwal Tayang Drama Korea 'Good Boy', Comeback Terbaru Park Bo Gum dan Kim So Hyun
Artikel Terkait
-
Review Film Sakaratul Maut, Ketika Rebutan Warisan Lebih Seram dari Setan
-
Dark Nuns: Perpaduan Eksorsisme & Ritual Tradisional Korea Bikin Merinding
-
4 Rekomendasi Film Karya Robert Eggers, Ada The Witch hingga Nosferatu
-
Carissa Perusset Sempat Vakum Akting Karena Tak Pede Belum Fasih Bahasa Indonesia
-
Widi Mulia Comeback Main Horor: Kok Seru dan di Luar Dugaan!
Entertainment
-
Krisdayanti Ungkap Sosok Atta Halilintar dan Pesan untuk Aurel Hermansyah
-
Bukan Hanya Soal El dan Azriel, Begini Persahabatan Maia Estianty dan Kris Dayanti
-
Akui Berselingkuh, DJ Bravy Coba Lindungi Nama Baik Erika Carlina
-
Susul Lola Tung, Nicole Kidman Dikonfirmasi Main Film The Young People
-
Debut Tayang Film Christy Kurang Memuaskan, Sydney Sweeney Tetap Bangga
Terkini
-
Film yang Lahir dari Hati dan Jujur, Akan Selalu Ada di Hati Sinefil
-
Kamu Gak Punya Privilege? Tenang, Hidup Tetap Bisa Kamu Menangkan!
-
Bukan Cuma Milik Indonesia, Catatan Kemenangan Timnas U-17 Juga Jadi Rekor Regional
-
Anti Geser! 4 Rekomendasi Setting Spray untuk Kulit Berminyak
-
Ketika Komunitas Sekolah Marjinal Jadi Rumah Kedua Anak Marjinal Yogyakarta