Pada tahun 1999, kejutan terbesar di dunia film datang dari The Blair Witch Project. Disutradarai oleh Daniel Myrick dan Eduardo Sanchez, film ini mengangkat cerita mengerikan tentang tiga mahasiswa pembuat film dokumenter.
Kisahnya dimulai saat Heather Donahue, Michael Williams, dan Joshua Leonard memutuskan untuk menyelidiki legenda urban menyeramkan yang disebut sebagai Blair Witch.
Mereka menuju hutan di dekat Burkittsville, Maryland, tempat yang dikenal angker karena banyaknya anak-anak yang dilaporkan hilang sejak era 1940-an.
Meski masyarakat sekitar enggan masuk terlalu jauh ke hutan itu, ketiganya tetap nekat masuk dengan hanya berbekal dua kamera dan perlengkapan mendaki seadanya.
Mereka awalnya menemukan tumpukan batu kecil yang terlihat seperti disusun dengan sengaja. Namun seiring waktu, mereka mulai kehilangan arah dan tersesat di tengah hutan.
Suasana kian mencekam saat suara-suara aneh terdengar setiap malam dan tumpukan batu mulai muncul di tempat-tempat yang belum pernah mereka datangi. Rasa panik pun mulai menguasai kelompok ini.
Hingga pada suatu malam, Josh tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Mereka seharusnya sudah pulang berhari-hari sebelumnya, tapi tak ada kabar.
Setahun kemudian, satu-satunya yang ditemukan hanyalah rekaman dari kamera mereka yang perlahan mengungkap apa yang sebenarnya terjadi di dalam hutan kelam tersebut.
Sepanjang film, sosok hantu atau entitas gaib lainnya tak secara gamblang muncul di layar, tapi justru itulah yang membuat atmosfer filmnya membuat kita merinding.
Teror yang tak terlihat ini membuat imajinasi penonton berkelana liar membayangkan sendiri seperti apa wujud Blair Witch.
Dan bagi banyak orang, rasa takut yang muncul dari bayangan sendiri bisa jauh lebih mengerikan dibanding apa pun yang bisa diciptakan tim efek visual.
The Blair Witch Project pertama kali tayang di bioskop dengan mengusung konsep seolah-olah film tersebut merupakan rekaman asli dari tiga mahasiswa pembuat film dokumenter yang hilang.
Meski pada akhirnya menjadi semacam rahasia umum bahwa film ini sepenuhnya fiksi dan para pemerannya sempat tampil di berbagai acara talk show saat tur promosi film, banyak penonton saat itu tetap yakin bahwa kisah mengerikan dalam film tersebut benar-benar nyata.
Saat dirilis, The Blair Witch Project sukses besar dengan meraup pendapatan global sebesar 248 juta dolar AS, padahal film ini hanya dibuat dengan bujet antara 200 hingga 500 ribu dolar.
Dengan struktur cerita yang sederhana dan penggunaan efek suara serta teror yang tidak pernah memperlihatkan wujud Blair Witch secara langsung, film ini menuai pujian sebagai salah satu film horor paling menyeramkan.
Dari segi kritik, beberapa hal yang dikeluhkan penonton antara lain penggunaan kamera goyang yang berlebihan hingga membuat penonton tak nyaman, kualitas gambar yang buruk, serta akting para pemain yang dinilai kurang meyakinkan.
Selain itu, ending yang ambigu dan minimnya alur cerita yang jelas membuat beberapa orang merasa bingung dan kurang puas.
Tak sedikit pula yang menganggap film ini terlalu dibesar-besarkan oleh strategi pemasarannya, sementara horor yang ditampilkan justru tak seintens yang dijanjikan.
The Blair Witch Project pun tak lepas dari kontroversi. Salah satu isu yang paling banyak disorot adalah soal honor para pemeran utamanya.
Ketiga aktor utama dalam film ini secara terbuka meluapkan kekecewaan mereka karena hanya menerima bayaran yang sangat kecil, padahal filmnya meraup keuntungan fantastis.
Mereka bahkan sempat mengajukan permintaan agar studio pemilik hak film tersebut, Lionsgate—yang kini memegang lisensi setelah Artisan Entertainment bubar—memberikan bayaran tambahan berupa royalti.
Terlepas dari itu, The Blair Witch Project tetap diakui sebagai film yang memopulerkan sub-genre horror found footage.
The Blair Witch Project sebenarnya bukan film pertama yang menggunakan teknik found footage. Jauh sebelumnya, ada film asal Italia berjudul Cannibal Holocaust (1980).
Namun, The Blair Witch Project-lah yang berhasil membawa konsep tersebut ke khalayak luas dan menjadikannya formula sukses dalam perfilman horor modern.
Baca Juga
-
PV Chained Soldier Season 2 Rilis, Hadirkan 10 Komandan Demon Defense Force
-
Produksi Sekuel Film Alien: Romulus Bakal Berlanjut dengan Sutradara Baru
-
Netflix Siap Tayangkan Anime Baki-Dou Tahun 2026, Ini Teaser Perdananya
-
Raup 83 Juta Dolar, Film The Conjuring: Last Rites Dominasi Box Office AS
-
Penayangan Witch Hat Atelier Anime Ditunda, Pindah Tayang ke Tahun 2026
Artikel Terkait
-
First Look Warung Pocong: Teror Tumbal dan Tawa Lepas dalam Horor Komedi yang Dibintangi Trio Komika
-
3 Film dengan Latar Pabrik, Ada yang Dibintangi Erika Carlina dan Dipromosikan Saat Hamil
-
Lorong Kost: Bunuh Diri, Gangguan Gaib, dan Upaya Selamat dari Kengerian
-
5 Rekomendasi Film Horor Korea Temani Akhir Pekan, Ada Exhuma-The Call
-
Lebih Sadis dan Tragis, Film Kitab Sijjin & Illiyyin Guncang Horor Indonesia
Entertainment
-
Kronologi Wafatnya Encuy 'Preman Pensiun': Ditemukan Istri, Langsung Dimakamkan Malam Itu Juga
-
Sinopsis dan Jadwal Tayang The Dauntless Youths, Drama China Baru Zhang Kangle
-
Anime Mairimashita Iruma-kun Musim ke-4 Dipastikan Tayang April 2026
-
PV Chained Soldier Season 2 Rilis, Hadirkan 10 Komandan Demon Defense Force
-
Bertajuk Arcadia, Chen EXO Umumkan Tanggal Comeback Album Solo Terbaru
Terkini
-
Sri Mulyani: Pahlawan atau Simbol Kegagalan?
-
Reshuffle dan Hilangnya Ruang untuk Teknokrat
-
4 Ide Daily Outfit Simpel ala V BTS, Bikin Gaya Keren Maksimal!
-
Hanya Bermain Imbang, Laga Lawan Lebanon Ternyata Dilingkupi Satu Fakta yang Tak Banyak Orang Tahu!
-
FMD 2025: Meski Unggul Dalam 3 Modal Ini, Skuat Garuda Urung Kalahkan Lebanon