Scroll untuk membaca artikel
Sekar Anindyah Lamase | Raysazahra A.M
Potret Jeremy Strong (IMDb)

Sekuel film The Social Network kini mulai menunjukkan perkembangan. Sejak The Social Network Part II mulai digarap, rumor soal kembalinya Jesse Eisenberg sebagai bintang utama sempat santer beredar.

Namun sayangnya, Jesse Eisenberg tidak akan kembali memerankan sosok CEO Meta, Mark Zuckerberg, di sekuel tersebut.

Menyadur laporan dari Deadline pada Sabtu (2/8/2025), nama Jeremy Strong kini muncul sebagai kandidat terkuat untuk memerankan Mark Zuckerberg di The Social Network Part II.

Jeremy Strong dilaporkan tengah dalam tahap pembicaraan dengan Sony Pictures, meski belum ada tawaran resmi yang dilayangkan.

Ia disebut-sebut akan bergabung bersama aktris pemenang Oscar, Mikey Madison, serta bintang serial The Bear, Jeremy Allen White, yang juga tengah dirumorkan mengisi peran di film ini.

Sepanjang kariernya, Jeremy Strong sudah mengoleksi segudang penghargaan bergengsi, yakni Golden Globe, Primetime Emmy, dan Tony Award.

Piala Golden Globe dan Emmy ia boyong berkat aktingnya sebagai Kendall Roy dalam serial HBO yang dipuji kritikus, Succession. Di layar lebar, ia tampil dalam The Trial of the Chicago 7 dan Armageddon Time.

Lewat perannya di The Apprentice, Jeremy Strong meraih nominasi Oscar untuk Aktor Pendukung Terbaik sekaligus nominasi Golden Globe.

Aktor ini juga dijadwalkan beradu akting dengan Jeremy Allen White dalam drama musikal biografi produksi 20th Century Studios, Springsteen: Deliver Me From Nowhere, yang bakal hadir di bioskop pada 20 Oktober mendatang.

Aaron Sorkin, yang menulis naskah The Social Network, kembali menggarap sekuelnya sebagai sutradara, penulis, sekaligus produser. Sorkin sendiri memang sudah sejak lama ingin membuat kelanjutan dari film tersebut.

Namun, sekuelnya tidak akan menjadi lanjutan langsung dari kisah di film pertama. Sebaliknya, The Social Network Part II diperkirakan akan mengangkat berbagai isu besar, mulai dari dampak pasca-Pemilu AS 2020, pengaruh negatif Facebook terhadap remaja dan anak-anak, hingga keterkaitannya dengan kekerasan di dunia nyata.

Film ini terinspirasi dari The Facebook Files, rangkaian laporan investigasi yang diterbitkan The Wall Street Journal pada 2021 dan membongkar sisi gelap serta kerusakan yang ditimbulkan oleh platform tersebut.

Bagi yang belum menonton film pertamanya, kisah dalam The Social Network disampaikan lewat kilas balik dari dua sidang gugatan hukum yang berjalan bersamaan.

Film ini mengupas proses pengembangan dan awal mula berdirinya Facebook. Di balik proyek ambisius ini, ada dua mahasiswa Harvard—Mark Zuckerberg dan Eduardo Saverin—yang awalnya adalah sahabat dekat dan kemudian menjadi pendiri Facebook.

Berawal dari blog berisi curhatan tentang mantan pacarnya dan sebuah situs yang ia ciptakan untuk menilai tingkat seberapa menariknya para mahasiswi kampus, Mark Zuckerberg mendapat tawaran kerja sama dari si kembar Cameron dan Tyler Winklevoss bersama rekannya, Divya Narendra.

Mereka ingin menciptakan situs jejaring sosial eksklusif untuk mahasiswa Harvard. Ia menyetujui ide itu, namun diam-diam justru mengembangkan proyeknya sendiri dengan dana dari Saverin—tanpa memberitahu si kembar Winklevoss dan Narendra.

Mark Zuckerberg mengklaim bahwa ia sama sekali tidak menggunakan satu pun kode dari proyek mereka. Saat thefacebook—sebutan awal untuk Facebook—mulai berkembang pesat, si kembar dan Divya Narendra mencoba mencari cara untuk mendapatkan kembali apa yang mereka yakini sebagai hak atas ide mereka.

Seiring ekspansi situs ini ke kampus-kampus lain, perbedaan visi pun mulai muncul antara Mark Zuckerberg dan Eduardo Saverin. Saverin ingin menghasilkan uang lewat iklan karena ia telah membiayai situs itu sepenuhnya dan memiliki pola pikir bisnis sebagai mahasiswa ekonomi.

Sementara Mark Zuckerberg, yang sejak awal tidak terlalu peduli soal uang, khawatir bahwa iklan akan mengurangi citra situs tersebut yang justru menjadi daya tarik utamanya.

Ketika Facebook mulai menarik perhatian Sean Parker, pendiri Napster yang kehidupan digitalnya terbilang pasang surut, konflik internal pun semakin memanas.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Raysazahra A.M