Sekar Anindyah Lamase | Ervina E. W.
YOASOBI (jpop.fandom.com/YOASOBI)
Ervina E. W.

Musik memiliki kekuatan untuk menjadi cermin emosi, membantu kita merasakan setiap tahapan kesedihan dan kebangkitan. Karya-karya dari duo musik Jepang, YOASOBI, adalah contoh sempurna dari hal ini. Dengan lirik yang naratif dan melodi yang dinamis, lagu-lagu mereka tidak hanya enak didengar, tetapi juga bisa menjadi teman setia dalam perjalanan menyembuhkan hati yang patah.

Perjalanan move on bukanlah sebuah peristiwa tunggal, melainkan serangkaian proses emosional yang panjang dan berliku. Dimulai dari perasaan hampa, terjebak dalam kenangan, hingga akhirnya bangkit dan menemukan diri kembali. Sebab move on bukanlah hal yang mudah, memiliki teman setia pasti akan sangat membantu. Untuk itu, berikut adalah lima lagu YOASOBI yang cocok untuk menemani setiap langkah dalam proses move on. 

1. Yoru ni Kakeru (untuk tahap awal: merasa hampa dan ingin mengakhiri semua)

Yoru ni Kakeru sempurna untuk menggambarkan perasaan kacau dan putus asa di awal proses move on. Liriknya yang penuh urgensi, seperti “Boku dake no ‘sayonara’ da” (Ini 'selamat tinggal' milikku seorang) mencerminkan keinginan untuk melarikan diri dari kenyataan pahit. Melodi yang cepat dan intens mencerminkan gejolak emosi yang tidak tertahankan, seolah-olah hati kita sedang berlari kencang tanpa arah.

Yoru ni Kakeru tidak mengajak kita untuk menyerah, melainkan untuk menghadapi rasa sakit itu apa adanya. Dengan mendengarkan lagu ini, kita seakan diizinkan untuk sejenak tenggelam dalam kesedihan tanpa perlu menyembunyikannya. Ini adalah langkah pertama untuk mengakui bahwa rasa sakit itu nyata, sebelum kita bisa mulai mengatasinya.

2. Ano Yume o Nazotte (untuk tahap nostalgia: terjebak dalam kenangan manis)

Usai melewati masa-masa terburuk, kita kerap terjebak dalam fase nostalgia, di mana kenangan manis muncul tanpa diundang. Melodi Ano Yume o Nazotte yang ringan dan melankolis sangat pas untuk mendeskripsikan perasaan ini, seakan mengulang-ulang kenangan yang sama. Sesuai dengan liriknya, “Mata kano basho de, mata ano keshiki de” (Lagi-lagi di tempat itu, lagi-lagi pemandangan itu), lagu ini cocok untuk merenung dan mengenang masa lalu.

Ano Yume o Nazotte adalah teman ideal untuk merenung, membiarkan diri mengenang tanpa perlu dihanyutkan oleh kepedihan. Kita diajarkan untuk menghargai setiap momen yang pernah ada, tetapi pada saat yang sama, menyadari bahwa itu hanyalah mimpi yang telah berakhir. Mengakui indahnya masa lalu merupakan bagian penting dari proses melepaskan dan bergerak maju.

3. Haruka (untuk tahap menerima: belajar mengikhlaskan)

Tiba di fase menerima, emosi kita mulai tenang, serta ada rasa damai yang perlahan muncul menggantikan kesedihan. Melodinya yang hangat dan liriknya yang tulus seakan menjadi soundtrack dari proses penerimaan. Sebagaimana liriknya, “Sayonara ni wa, itsuka atatakai omoide ni kawaru hi ga kuru” (Pada 'selamat tinggal' ini, suatu saat nanti akan tiba hari di mana ia berubah menjadi kenangan yang hangat), lagu ini mengajarkan kita untuk mengikhlaskan perpisahan.

Haruka mengingatkan kita bahwa tidak semua cerita harus berakhir dengan kebahagiaan karena ada keindahan tersendiri dalam keikhlasan. Lagu ini adalah lagu yang menunjukkan bahwa kita bisa berterima kasih atas kenangan yang pernah ada, bahkan setelah semuanya berakhir. Mendengarkan lagu ini seolah memberi kita restu untuk melanjutkan hidup.

4. Gunj (untuk tahap bangkit: kembali percaya diri)

Setelah mengikhlaskan, saatnya kita kembali menemukan kekuatan dalam diri sendiri. Gunj adalah lagu yang sempurna untuk menyalakan kembali semangat yang sempat padam, dengan aransemen musik yang megah dan lirik yang inspiratif. Sesuai dengan penggalan liriknya, “Kawatte yuku koto o osorenai de” (Jangan takut untuk berubah), lagu ini mendorong kita untuk berani melangkah dan kembali merangkai mimpi.

Makna Gunj lebih dari sekadar move on dari seseorang, melainkan tentang move on menuju diri yang lebih baik. Lagu ini adalah semacam mantra bagi kita untuk kembali percaya pada diri sendiri dan menemukan "warna biru" atau jati diri kita yang sempat pudar. Dengan melodi yang kuat, lagu ini dapat menjadi sebuah pemicu untuk membangun kembali kepercayaan diri yang sempat hancur.

5. Kaibutsu (untuk tahap transformasi: menjadi pribadi yang lebih kuat)

Proses move on puncaknya adalah ketika kita bukan hanya sembuh, melainkan juga berubah menjadi pribadi yang jauh lebih kuat. Lagu Kaibutsu yang memiliki energi intens dan agresif cocok untuk tahap ini, dengan liriknya yang berbunyi “Kimi ga omoeba, boku wa tsuyoku nareru” (Jika kau pikirkan, aku bisa menjadi kuat). Meski liriknya tentang melindungi orang lain, ia bisa diinterpretasikan sebagai proses transformasi kita menjadi sosok yang tangguh.

Kibutsuji menunjukkan bahwa kita telah melewati kesedihan dan kini siap menghadapi tantangan baru dengan keberanian yang besar. Ini adalah lagu yang memotivasi kita untuk tidak lagi menjadi korban, melainkan menjadi pahlawan bagi diri sendiri. Dari patah hati, kita bangkit menjadi sosok baru yang siap menaklukkan dunia dengan kekuatan yang telah kita bangun.

Pada akhirnya, proses move on adalah sebuah perjalanan yang sangat personal dan unik bagi setiap orang. Musik, terutama dari YOASOBI, dapat menjadi pendamping yang berharga untuk melalui setiap fase emosional. Oleh karena itu, semoga playlist di atas bisa menemani siapa pun yang merasa ingin dipeluk, dari hati yang hancur hingga menjadi pribadi yang utuh dan lebih kuat.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS