Hikmawan Firdaus | Siti Nuraida
Rangga & Cinta sukses di Busan, kini lanjut ke Hawaii Film Festival 2025. (Instagram/@filmranggacinta)
Siti Nuraida

Film musikal “Rangga & Cinta” semakin mempertegas eksistensinya sebagai salah satu karya terbaru Indonesia yang mampu berbicara di panggung internasional. Setelah mendapatkan kesempatan tayang perdana di ajang bergengsi Busan International Film Festival (BIFF) 2025 di Korea Selatan, film ini dipastikan akan melanjutkan perjalanan festivalnya ke Hawaii International Film Festival (HIFF) pada Oktober mendatang.

Kabar tersebut disampaikan secara resmi oleh pihak produksi, dan disambut penuh antusias oleh para pemain maupun penonton. Beberapa media seperti Suara, Liputan6, Kompas, dan CNN Indonesia juga mengonfirmasi langkah berani film ini dalam mengarungi jalur festival dunia.

Debut Berkesan di Busan

Melansir dari Kompas.com, pemutaran perdana Rangga & Cinta di Busan menjadi langkah awal yang manis. Film ini berhasil menarik perhatian penonton internasional dengan nuansa musikal yang segar dan berbeda dari kisah klasik Ada Apa Dengan Cinta? (AADC) yang menjadi inspirasinya.

Bukan sekadar cerita cinta, film ini diracik dengan gaya penceritaan musikal. Menurut Liputan6, tim produksi memang sengaja menghidupkan kembali kisah legendaris tersebut melalui pendekatan baru: drama romantis yang dibalut dengan lagu, musik, dan koreografi tari.

Konsep musikal ini jelas menghadirkan tantangan tersendiri, terutama dalam proses casting. Masih dari Liputan6, produser dan sutradara Riri Riza menekankan bahwa pemain yang dipilih harus memenuhi tiga aspek: akting yang mumpuni, kemampuan vokal yang solid, serta kepiawaian menari. Dengan kata lain, aktor maupun aktris tidak hanya dituntut berperan secara emosional, tetapi juga harus menyatu dalam musikalitas yang ditawarkan film.

Sambutan Hangat dari Penonton Internasional

Mengutip Suara.com, suasana saat pemutaran di Busan sangat meriah. Penonton terlihat begitu antusias menikmati alur cerita dan lagu-lagu yang ditampilkan. Hal ini membuat para pemain merasa terharu dan bangga karena karya mereka bisa diapresiasi di luar negeri.

Salah satunya datang dari Leya Princy, pemeran Cinta, yang menyampaikan bahwa dirinya sangat terkesan dengan reaksi penonton internasional. Menurut Leya, “penonton terlihat excited, mereka menikmati, dan itu pengalaman yang luar biasa buat aku.”

Senada dengan itu, El Putra Sarira selaku pemeran Rangga mengungkapkan momen berkesan ketika ada penonton asal Jepang yang khusus datang ke Busan untuk menonton Rangga & Cinta. El Putra menuturkan bahwa hal tersebut menjadi pengalaman tak terlupakan sepanjang kariernya, sekaligus bukti bahwa film ini punya daya tarik lintas negara.

Menuju Festival Hawaii: Langkah Berikutnya

Setelah sukses di Busan, film ini tidak berhenti di situ. Dilansir dari CNN Indonesia, produser Toto Prasetyanto mengumumkan bahwa Rangga & Cinta akan tampil di Hawaii International Film Festival (HIFF) 2025. Festival tersebut dikenal sebagai salah satu ajang film terbesar di kawasan Asia Pasifik, dan menjadi pintu penting bagi karya-karya Asia untuk dikenal lebih luas.

Toto menyebutkan bahwa pemilihan Hawaii sebagai destinasi berikutnya merupakan strategi untuk memperluas jangkauan penonton. Ia menambahkan, selain Hawaii, masih ada festival lain yang tengah mereka persiapkan, meski belum bisa diumumkan secara terbuka saat ini.

Melansir dari Liputan6, Toto juga menyampaikan:

“Selain di Busan, ada satu lagi Festival Hawaii di bulan Oktober. Ada juga satu festival lain, tapi belum bisa di-spill sekarang.”

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa film ini memang diproyeksikan untuk melanglang buana, bukan hanya sekadar tayang di dalam negeri.

Film Musikal Sebagai Identitas Baru

Salah satu daya tarik utama Rangga & Cinta adalah keberaniannya untuk tampil sebagai film musikal. Menurut Liputan6, format musikal dipilih untuk memberikan penyegaran dari kisah klasik AADC, sekaligus memperlihatkan bahwa film Indonesia juga mampu menyajikan genre yang jarang dieksplorasi.

Penggunaan musik, koreografi, dan dialog yang berbaur dalam lagu, membuat film ini terasa lebih teatrikal dan emosional. Hal tersebut membuat penonton tidak hanya diajak menyaksikan kisah cinta Rangga dan Cinta, tetapi juga ikut larut dalam energi musikal yang disajikan.

Keterlibatan Sutradara & Tantangan Produksi

Menurut Suara.com, sutradara Riri Riza bersama tim produksinya menggarap film ini dengan penuh totalitas. Mereka ingin memberikan sesuatu yang berbeda sekaligus menjaga esensi romantisme khas AADC yang sudah melekat di hati penonton Indonesia.

Tantangan terbesar justru datang dari aspek musikal. Tidak semua aktor siap untuk berakting sambil bernyanyi dan menari, sehingga proses seleksi pemain dilakukan sangat ketat. Para aktor bahkan harus menjalani pelatihan khusus sebelum syuting dimulai.

Relevansi & Harapan untuk Perfilman Indonesia

Mengutip Kompas.com, langkah Rangga & Cinta yang sukses menembus festival internasional dianggap sebagai pencapaian besar bagi perfilman Indonesia. Kehadirannya di BIFF dan HIFF menunjukkan bahwa film Tanah Air mampu bersaing, bahkan dalam genre yang tidak biasa seperti musikal.

CNN Indonesia juga menegaskan bahwa capaian ini dapat membuka jalan bagi lebih banyak film Indonesia untuk berani tampil di kancah internasional. Dengan kualitas produksi yang matang, cerita yang universal, serta pendekatan kreatif seperti musikal, film Indonesia memiliki peluang besar untuk mendapatkan apresiasi yang lebih luas.

Kesimpulan

Rangga & Cinta bukan hanya sekadar kebangkitan kisah cinta legendaris Rangga dan Cinta, tetapi juga sebuah eksperimen berani dalam menggabungkan genre musikal dengan drama romantis. Kehadirannya di Busan International Film Festival menjadi pembuka jalan yang manis, dan partisipasinya di Hawaii International Film Festival mempertegas ambisi film ini untuk mendunia.

Dengan sambutan hangat dari penonton internasional, dukungan penuh dari para pemain dan tim produksi, serta strategi yang jelas dalam menapaki jalur festival, Rangga & Cinta berpotensi menjadi salah satu representasi terbaik perfilman Indonesia di mata dunia.

Film ini bukan hanya menghibur, tetapi juga menjadi simbol optimisme baru bahwa karya lokal mampu meraih pengakuan global ketika digarap dengan serius, kreatif, dan penuh dedikasi.