Hikmawan Firdaus | Raysazahra A.M
Potret Robin Williams (IMDb)
Raysazahra A.M

Belakangan ini, media sosial tengah diramaikan dengan beredarnya berbagai konten hasil teknologi kecerdasan buatan (AI) yang dapat meniru suara dan wajah sejumlah figur publik.

Fenomena ini kian marak karena kemampuannya menampilkan sosok yang tampak begitu nyata, bahkan terhadap tokoh-tokoh yang telah meninggal dunia.

Salah satu yang menjadi sorotan ialah munculnya sejumlah video buatan AI yang menampilkan potret salah satu aktor dan komedian, Robin Williams. Ia meninggal dunia pada tahun 2014 di usia 63 tahun.

Meski banyak yang menganggap konten tersebut dibuat untuk mengenang sang aktor, tidak semua pihak melihatnya demikian.

Lewat Instagram Stories, putri Robin Williams bernama Zelda Williams secara tegas meminta publik untuk berhenti membuat dan mengirimkan video mendiang ayahnya yang merupakan hasil buatan AI.

Zelda Williams sebelumnya telah menyuarakan penolakannya terhadap penggunaan AI terkait dampaknya yang luas bagi industri hiburan. Ia mengaku tak suka terhadap praktik tersebut, terlebih jika dilakukan tanpa izin pihak yang bersangkutan.

Namun, meski sudah berulang kali menyampaikan pendapatnya, masih banyak pihak yang terus membagikan konten yang menampilkan sosok sang ayah, sehingga memaksanya kembali menegaskan sikapnya terhadap isu ini.

Tolong, berhenti kirimkan video AI yang meniru ayah saya. Berhentilah berpikir kalau saya ingin melihatnya atau akan memahaminya. Saya tidak ingin dan tidak akan pernah. Kalau niatmu hanya untuk mengganggu, percayalah, saya sudah melihat hal yang jauh lebih buruk," tulis Zelda Williams, dikutip pada Kamis (9/10/2025).

"Saya tinggal batasi akunmu dan lanjutkan hidup. Tapi tolong, kalau kamu masih punya sedikit rasa empati, berhentilah melakukan hal ini terhadap dia, terhadap saya, terhadap siapa pun. Cukup sudah. Ini konyol, buang-buang waktu dan energi, dan percayalah, ini bukan hal yang dia inginkan.” lanjutnya.

Zelda Williams merupakan salah satu pendukung kuat upaya Screen Actors Guild–American Federation of Television and Radio Artists (SAG-AFTRA) dalam memerangi penyalahgunaan AI selama aksi mogok Hollywood pada 2023.

Ia berpendapat bahwa perlu ada regulasi yang melarang peniruan suara aktor maupun penciptaan kemiripan wajah mereka tanpa izin.

Dalam beberapa tahun terakhir, Hollywood sendiri terus bergulat dengan meningkatnya penggunaan teknologi AI yang memicu banyak figur ternama angkat suara untuk menyampaikan pendapat mereka terkait cara penggunaan serta potensi dampaknya.

Banyak pihak menyoroti masalah etika dan hukum yang dapat timbul akibat teknologi ini, khususnya dalam pembuatan replika AI dari sosok yang telah meninggal tanpa izin.

SAG-AFTRA berhasil mengamankan perlindungan kontrak yang mewajibkan adanya persetujuan yang jelas, kontrak yang transparan, serta kompensasi yang adil setiap kali replika digital seorang aktor digunakan. Namun, tantangan masih terus bermunculan.

Belum lama ini, terungkap bahwa sebuah perusahaan telah menciptakan sosok aktris buatan AI bernama Tilly Norwood dengan tujuan menjadikannya bintang film besar berikutnya.

Keberadaan sosok buatan ini memicu gelombang kecaman dan reaksi keras dari sejumlah aktor ternama beserta serikat mereka, termasuk bintang Galactus, Ralph Ineson, yang memberi tanggapan bahwa agen-agen mulai berlomba untuk mewakili figur AI tersebut.

Sean Astin selaku presiden baru SAG-AFTRA yang baru terpilih mengecam keras penciptaan sosok Tilly Norwood dan menuturkan bahwa serikat akan terus berjuang menentang hal tersebut.

Dalam pernyataannya, pihak serikat menegaskan bahwa Tilly Norwood tidak lebih dari sekadar karakter yang dihasilkan oleh program komputer yang tidak memiliki pengalaman hidup untuk dijadikan acuan serta tidak memiliki emosi.

Meski begitu, jalan yang harus ditempuh masih panjang, dan serikat kini menghadapi lebih banyak rintangan dari sebelumnya dalam upaya mereka mendorong regulasi yang lebih ketat serta peningkatan transparansi di industri.