Hikmawan Firdaus | Raysazahra A.M
Film Black Phone 2 (Universal Pictures)
Raysazahra A.M

Film Black Phone 2 telah tayang di bioskop Indonesia sejak 15 Oktober lalu. Sekuel dari film horor The Black Phone (2021) ini membuka penayangan dengan pendapatan box office yang cukup tinggi di tengah akhir pekan.

Menyadur laporan dari Variety pada Senin (20/10/2025), Black Phone 2 telah memperoleh total pendapatan senilai 42 juta dolar AS. Penjualan tiket tersebut terdiri dari 15,5 juta dolar AS dari 71 wilayah internasional dan 26,5 juta dolar AS dari Amerika Serikat dan Kanada.

Pasar luar negeri dengan pembukaan tertinggi adalah Meksiko dengan 4,3 juta dolar AS, disusul Inggris dan Irlandia dengan 1,4 juta dolar AS, serta Brasil dengan 1,2 juta dolar AS.

Sekuel ini memang diproduksi dengan budget dua kali lebih mahal dari film pertamanya yang hanya menelan sebesar 18 juta dolar AS.

Namun meski butuh lebih dari 75 juta dolar AS untuk mencapai titik impas, pembukaan akhir pekan bernilai 42 juta dolar AS menjadi sinyal positif bagi Universal Pictures dan Blumhouse.

Film ini menjadi kemenangan yang sudah lama dinantikan setelah beberapa proyek-proyek Blumhouse sebelumnya gagal memenuhi ekspektasi.

Sepanjang tahun 2025, Blumhouse menghadapi hasil mengecewakan dari Wolf Man yang hanya meraup 35,2 juta dolar AS secara global dari anggaran 25 juta dolar AS, serta M3GAN 2.0 yang menghabiskan biaya produksi antara 15 hingga 25 juta dolar AS, namun hanya meraih 39,1 juta dolar AS.

Kini hanya dalam satu akhir pekan, Black Phone 2 berhasil melampaui total pendapatan kedua film tersebut. Secara keseluruhan, film ini meraih nilai B di CinemaScore, dengan rating 74% dari kritikus dan 85% dari penonton di situs Rotten Tomatoes.

Disutradarai oleh Scott Derrickson, Black Phone 2 melanjutkan kisah kembalinya sang pembunuh berantai gila yang dikenal dengan nama The Grabber. Ceritanya berlangsung beberapa tahun setelah kematian sang pembunuh di tangan Finney di film pertama.

Kemampuan psikis adik perempuan Finney, Gwen, semakin berkembang. Mimpi-mimpi Gwen mulai membawanya pada petunjuk menuju sebuah kamp dan penglihatan mengerikan tentang anak-anak laki-laki yang telah tewas.

Di sisi lain, Finney mulai curiga bahwa sosok The Grabber yang seharusnya sudah lama mati mungkin belum benar-benar pergi. Bersama Gwen dan Ernesto, mereka menelusuri kamp tersebut.

Apa yang mereka temukan justru adalah sosok lain yang bangkit secara supranatural. Kali ini, ia kembali dengan dendam yang jauh lebih kelam.

Black Phone 2 hadir dengan lapisan cerita yang lebih kompleks ketimbang film pertama. Film ini memberi penjelasan lebih dalam mengenai kekuatan psikis Gwen yang memunculkan perkembangan menarik sepanjang cerita.

Selain itu, penonton juga diperkenalkan pada latar baru tentang masa lalu The Grabber serta kisah tragis sang ibu yang tampak seperti memiliki dorongan bunuh diri.

Terungkap bahwa The Grabber ternyata telah memberikan dampak besar terhadap kehidupan keluarga mereka jauh sebelum menculik Finney dan kejadian masa lalu itulah yang akhirnya menjadi landasan bagi rangkaian peristiwa dalam film ini.

Dalam wawancara bersama GamesRadar+, Scott Derrickson mengonfirmasi bahwa cerita kali ini akan berpindah latar dari masa SMP ke masa SMA yang berarti jalan ceritanya akan dibuat lebih kelam dibanding film pertamanya.

Perbedaan utamanya adalah jika film pertama bisa disebut kisah coming-of-age di masa SMP, maka sekuelnya ini adalah kisah coming-of-age di masa SMA. Dan keduanya jelas membawa nuansa yang sangat berbeda. Film coming-of-age di SMA menuntut sesuatu yang lebih intens, harus lebih visceral, lebih berani, lebih menegangkan, bahkan lebih menakutkan," kata Scott Derrickson.

"Saya merasa perubahan yang dialami seseorang antara masa SMP dan SMA adalah salah satu fase paling signifikan dalam hidup. Karena itu, bisa kembali menggali karakter-karakter ini yang kini sudah berkembang sebagai individu setelah empat tahun berlalu sejak peristiwa film pertama menjadi hal yang sangat menarik bagi saya.” ujarnya lebih lanjut.