Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Hayuning Ratri
Ilustrasi mengantuk (Unsplash/@christnerfurt)

Makanan yang masuk ke dalam tubuh akan diubah dalam bentuk energi agar kita dapat beraktivitas dengan baik. Namun, mengapa tak sedikit orang yang mengaku justru merasakan kantuk setelah makan?

Zat gizi dalam makanan mulai diserap oleh tubuh setelah sampai di organ lambung dalam sistem pencernaan. Zat gizi akan disalurkan ke bagian-bagian tubuh yang membutuhkan. Mengutip dari laman Hellosehat, sebagian besar zat tersebut akan diubah dalam bentuk energi yang digunakan oleh otot di seluruh tubuh sebagai alat gerak. Sementara sebagian lainnya akan berperan membantu tubuh dalam produksi dan pengaturan berbagai macam hormon. Misalnya, hormon kolesistokinin dan glukagon bertanggung jawab menimbulkan rasa kenyang sekaligus menaikkan kadar gula darah. Selain itu juga terdapat hormon serotonin dan hormon melatonin yang memicu rasa kantuk.

Kombinasi yang berasal dari berbagai macam hormon ini tidak hanya mengakibatkan seseorang merasa mengantuk setelah melakukan aktivitas makan, akan tetapi juga dapat membuat tubuh menjadi lemas dan lelah.

Pada umumnya, timbulnya rasa kantuk dapat meningkat ketika seseorang makan makanan yang kaya akan kandungan karbohidrat dan triptofan. Contoh makanan yang kaya akan kandungan tersebut diantaranya nasi, kentang, roti-rotian, pasta, susu, dan pisang.

Kondisi merasa lemas dan mengantuk sesuai makan biasa disebut dengan food coma atau dalam dunia medis dikenal dengan postprandial somnolen. Hal ini adalah sesuatu yang sangat wajar dan dapat terjadi pada hampir setiap manusia, apalagi jika makan terlalu berlebihan.

Namun demikian, ada pula yang mengalami rasa kantuk dan kelelahan setelah makan yang disebabkan oleh gangguan kesehatan tertentu, seperti diabetes dan penyakit celiac.

Hayuning Ratri