Scroll untuk membaca artikel
Munirah | Intan Tita
Ilustrasi Vaksin Gotong Royong. (Dok: Mayora Group)

Vaksin COVID-19 yang tengah dikembangkan ada bermacam-macam. Ada vaksin yang memanfaatkan virus Corona yang telah dimatikan atau dilemahkan, ada juga vaksin yang memanfaatkan teknologi rekayasa genetika. Salah satu contoh jenis vaksin tersebut adalah vaksin mRNA.

Akhir-akhir ini, sebagian masyarakat mungkin sering mendengar pemberitaan terkait pengembangan vaksin sebagai salah satu solusi untuk menanggulangi pandemi COVID-19.

Namun, sebagian masyarakat Indonesia mungkin masih belum memahami dan masih bertanya-tanya mengenai efektivitas vaksin dan bagaimana proses pengembangan vaksin sebelum akhirnya dapat digunakan.

Layaknya obat dan vaksin lainnya, pengembangan vaksin COVID-19 harus melalui tiga tahap uji klinis. Setelah memenuhi ketiga tahap uji klinis tersebut dan dinyatakan efektif serta aman digunakan, vaksin COVID-19 baru bisa mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Saat ini, sudah ada vaksin COVID-19 yang memasuki uji klinis tahap III di Indonesia. Penelitian terhadap vaksin COVID-19 tersebut melibatkan 1.620 sukarelawan. Bila riset ini berjalan lancar, vaksin COVID-19 diprediksi dapat tersedia dan digunakan secara luas oleh masyarakat Indonesia pada tahun 2022.

Apa saja si yang boleh dan tidak boleh dilakukan setelah vaksin, yuk simak!

1. Berolahraga

Menurut ahli penyakit infeksi dari Denver Health dr David Wyles, MD, selama tidak muncul keluhan yang serius dan telah selesai menjalani observasi selama 30 menit setelah divaksinasi, tidak ada larangan untuk berolahraga.

Meski muncul beberapa keluhan ringan setelah divaksinasi, itu tidak menjadi alasan untuk tidak berolahraga. Sampai saat ini, tidak ada bukti yang menunjukkan olahraga setelah divaksinasi akan mengurangi efektivitasnya.

2. Minum obat

Setelah vaksin bolehkah minum obat? Dokter penyakit dalam dari RS CK Birla, Gurgaon, dr Tushar Tayal, mengatakan obat seperti paracetamol boleh dikonsumsi untuk meminimalkan gejala seperti cemas, pusing, dan demam.

Namun, jika gejala yang dirasakan berkepanjangan, dr Tayal menganjurkan untuk tidak mengkonsumsi obat pereda sakit atau pain killer. Akan jauh lebih baik jika berkonsultasi ke dokter.

3. Membuka masker

Menurut ahli imunologi di Universitas Stanford Michal Tal, PhD, masker harus terus dipakai sampai semua orang sudah divaksinasi dan berhasil mengendalikan virus. Untuk itu, disarankan untuk tidak membuka masker karena risiko penularan virus masih bisa terjadi.

4. Berhubungan intim

Dikutip dari Inside Hook, dokter spesialis penyakit menular Anne Liu mengatakan orang yang sudah divaksinasi boleh berhubungan seks, meski pasangannya belum mendapat vaksin. Dengan catatan, orang tersebut harus dalam keadaan sehat dan berasal dari lingkungan atau satu rumah.

Nah, selain 4 hal di atas, tetap perlu dijaga yaitu asupan nutrisi yang tidak boleh kendor ya!

Intan Tita