Covid-19 menyebabkan kecemasan bagi semua orang. Kecemasan ini bisa menyebabkan kesehatan mental terganggu dan menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Para ahli mengungkapkan pendapatnya terkait pandemi Covid-19 yang menurut mereka menyebabkan kecemasan, kegelisahan, dan ketakutan. Pasalnya, banyak informasi dan isu yang beredar di mana-mana. Bahkan, menurut para ahli, jika pandemi ini berakhirpun tetap akan ada beberapa orang yang masih mempunyai rasa kecemasan berlebih.
Mungkin banyak orang yang bertanya-tanya, mengapa pandemi ini dapat mempengaruhi kondisi kesehatan mental seseorang? Adanya Covid-19 ini dapat membuat semua orang mau tidak mau harus menarik diri dari lingkungannya. Pemerintah juga menetapkan beberapa kebijakan selama masa pandemi ini berlangsung. Seperti halnya kebijakan untuk WFH (work from home) yang diterapkan pemerintah. Hal ini menjadi salah satu kebijakan yang membuat banyak orang merasa gelisah.
Kita dituntut untuk terbiasa dengan teknologi, mengandalkannya untuk pekerjaan yang menurut beberapa orang sulit, sehingga menyebabkan kegelisahan tersendiri. Salah satu kebijakan yang membuat kecemasan banyak orang yaitu dengan diterapkannya karantina, isolasi, atau lockdown. Kebijakan ini membuat masyarakat cemas sehingga menimbulkan beberapa perilaku negatif, seperti sikap impulsif yang membuat banyak orang berusaha menimbun barang-barang agar kebutuhan mereka tetap terpenuhi.
Tidak cuma itu, kebijakan ini juga membuat banyak orang merasa kesepian karena hanya berdiam diri di rumah. Pada dasarnya, manusia merupakan makhluk sosial yang seringkali berinteraksi. Jadi, kebijakan karantina, isolasi, maupun lockdown ini akan terasa lebih sulit untuk dijalani.
Hasil data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk yang berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan diperkirakan lebih dari 12 juta penduduk yang berusia diatas 15 tahun mengalami depresi. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza mengungkapkan bahwa dibandingkan dengan tahun 2018-2019, kasus kesehatan mental meningkat signifikan akibat pandemi Covid-19.
Di tahun 2020, Kemenkes mencatat 277 ribu kasus kesehatan mental di Indonesia yang didominasi oleh jenis depresi. Pandemi ini menyebabkan banyak orang mengalami depresi karena terbatasnya akses untuk melakukan kegiatan dan tidak adanya interaksi sosial. Akibatnya, banyak orang merasa bosan dan kesepian hingga timbul penyakit depresi ini.
Untuk menangani kasus kesehatan mental yang terus meningkat di Indonesia, perlu adanya upaya dari berbagai pihak. Pemerintah sendiri telah membuat undang-undang terkait kesehatan jiwa, yaitu Undang-undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa.
Upaya ini adalah bentuk untuk mewujudkan derajat kesehatan mental yang optimal bagi setiap individu ataupun masyarakat melalui pendekatan yang promotif (peningkatan), preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan rehabilitatif (pemulihan). Di Indonesia, perhatian kesehatan mental masih terbilang sangat tabu. Bahkan kesehatan mental masih disepelekan dan dianggap tidak penting. Banyak masyarakat yang mengartikan kesehatan mental tidak sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Program atau upaya yang dilakukan pemerintah untuk pengendalian masalah kesehatan mental yaitu:
- Meningkatkan cakupan layanan kesehatan mental di puskesmas dan rumah sakit.
- Mendorong pemberdayaan keluarga dan masyarakat dala upaya kesehatan mental.
- Advokasi dan sosialisasi kepada masyarakat terkait masalah kesehatan mental.
Selain upaya pemerintah yang terus berkembang, peran masyarakat juga diperlukan untuk bisa mengoptimalkan semua program yang sudah ada. Butuh dukungan dari berbagai pihak seperti halnya membuat forum perduli kesehatan mental agar masyarakat merasa bebas untuk melepas beban mereka.
Pada intinya, perlu kerja sama dari semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. Kita harus sama-sama perduli terhadap kesehatan mental. Kesehatan mental sendiri merupakan masalah serius yang butuh diperhatikan.
Tag
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Manfaat Mentega Murni untuk Kesehatan Wanita, Redakan Nyeri Menstruasi?
-
Strategi Mengelola Waktu Bermain Gadget Anak sebagai Kunci Kesehatan Mental
-
Tips Minum Air Putih yang Efektif untuk Kesehatan
-
Oleh-oleh dari Kunjungan Prabowo ke Amerika Serikat, Dapat Suntik Dana Jumbo Rp17,5 Triliun untuk Kesehatan Indonesia
-
Ciri Orang Bermental Pengemis dan Tidak Perlu Dikasihani
Health
-
Strategi Mengelola Waktu Bermain Gadget Anak sebagai Kunci Kesehatan Mental
-
Suka Konsumsi Kulit Buah Kopi? Ini 3 Manfaat yang Terkandung di Dalamnya
-
Sehat ala Cinta Laura, 5 Tips Mudah yang Bisa Kamu Tiru!
-
4 Minuman Pengahangat Tubuh di Musim Hujan, Ada yang Jadi Warisan Budaya!
-
6 Penyakit yang Sering Muncul saat Musim Hujan, Salah Satunya Influenza!
Terkini
-
G-Dragon Ekspresikan Ikatan Kuat dengan Fans di Lagu Baru 'Home Sweet Home'
-
3 Produk The Originote Ukuran Jumbo, Ada Micellar Water dan Sunscreen Spray
-
Raih Piala di MAMA Awards 2024, Pidato RIIZE Bikin Nangis Penggemar
-
Tren Childfree di Indonesia Melonjak, Sejauh Mana Negara Hadir?
-
Gagal Ikuti Tim Putra, Timnas Futsal Putri Raih Juara ke-3 di Ajang AFF Cup