Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Novan Harya Salaka
Ilustrasi sedih, Duck Syndrome (pexels.com/ksenia-kartasheva)

Ketika seseorang terlihat mengarungi kehidupannya dengan tenang, tapi sesungguhnya sedang mengalami tekanan besar dan bersusah payah mempertahankan posisinya, inilah yang disebut duck syndrom. Cara bebek berenang adalah analogi yang digunakan untuk menjelaskan perasaan ini. Si bebek memang tampak tenang meluncur di permukaan, tapi sesungguhnya kakinya terus mendayung sekuat tenaga, demi menjaganya tetap mengapung di atas air.

Perasaan semacam ini dialami pula oleh sebagian orang. Istilah ini tidak secara formal merujuk pada penyakit mental tertentu, tetapi perasaan susah payah mempertahankan sikap tenang secara eksternal sembari bergelut memenuhi tuntutan hidup adalah sesuatu yang nyata.

Darimana sindrom ini muncul? Menurut betterhelp, sindrom ini disebut juga dengan Stanford Duck Syndrome karena diciptakan di Universitas Stanford. Sindrom ini merupakan sebuah kiasan yang disematkan pada mereka yang berusaha tampak tenang, tetapi sesungguhnya mengalami tekanan dan kepanikan untuk meraih suatu tujuan. Orang yang mengalami perasaan ini bisa jadi menaruh tekanan atau standar yang tinggi pada diri mereka sendiri.

Masih menurut sumber yang sama, gangguan mental umum dialami kalangan mahasiswa. Sebuah riset menunjukkan bahwa 63 persen mahasiswa merasa kewalahan dengan masalah kecemasan. Sementara itu, 40 persen lagi melaporkan depresi berat yang berefek pada kesulitan beraktivitas.

Duck syndrome secara formal memang belum dikategorikan sebagai penyakit mental, tetapi ada gejala yang dapat dikenali pada mereka yang mengalami stres berat karena mempertahankan sikap tenang, bahkan memaksakan untuk memperlihatkan bahwa hidup sedang baik-baik saja. Berikut adalah beberapa di antaranya:

  1. Merasa kewalahan dengan situasi
  2. Kesulitan menenangkan pikiran
  3. Merasa bersalah pada diri sendiri, kesepian, atau membandingkan diri dengan orang lain, merasa bahwa orang lain selalu dapat melakukan sesuatu dengan lebih baik
  4. Merasa grogi
  5. Gejala fisik seperti merasa tak punya energi, susah tidur, otot tegang, mimisan
  6. Gejala kognitif seperti, khawatir terus menerus, pelupa, susah fokus.
  7. Perubahan pada kebiasaan seperti selera makan, konsumsi alkohol berlebih

Lalu, apa yang dapat kita lakukan untuk mengatasi duck syndrome? Mengutip dari Alodokter, beberapa tips berikut dapat membantu kamu menjaga kesehatan mental, yaitu:

  • Melakukan konseling
  • Mengenali kapasitas diri
  • Belajar mencintai diri sendiri
  • Menjalani gaya hidup sehat
  • Luangkan waktu untuk diri sendiri
  • Mengubah pola pikir menjadi lebih positif

Selain itu, bila belum mengalami perubahan, masih merasa kewalahan dengan perasaan tak tenang dan kecemasan, jangan takut dan malu untuk mencari pertolongan dari profesional. Sekian.

Novan Harya Salaka