Apakah kamu sudah mengetahui kalau mengonsumsi glukokortikoid sebagai terapi pengobatan asma dapat memicu gangguan pada tulang, yakni osteoporosis? Hal tersebut tentu saja bukan tanpa penyebab. Oleh karena itu, untuk mengetahui penyebabnya lebih jauh simak di bawah ini, ya!
Mengenal gangguan pernapasan asma
Salah satu jenis gangguan pernapasan yang banyak dijumpai di masyarakat adalah asma. Ketika sedang kambuh, asma membuat penderitanya akan merasakan gangguan pernapasan seperti napas yang tersendat sehingga membuat mereka tidak nyaman saat bernapas.
Bagian dada akan terasa sesak seperti tertekan, terdengar suara napas yang berbunyi ‘ngik-ngik,’ serta batuk akibat terjadinya penyempitan saluran napas. Oleh karenanya, gangguan pernapasan asma memiliki beberapa obat untuk mengatasi berbagai gejala yang ada, salah satunya melalui terapi glukokortikoid.
Namun, yang cukup sering dijumpai adalah obat semprot (reliever inhaler). Dalam obat tersebut terdapat kandungan short acting beta 2 agonist (SABA) yang berguna untuk melegakan saluran napas sehingga meredakan serangan yang berlangsung.
Pada beberapa kasus asma yang sudah kronis, yaitu ketika penderitanya sering mengalami kekambuhan, dibutuhkan obat lain seperti glukokortikoid untuk menurunkan risiko kekambuhan asma. Namun, tahukah kamu bahwa glukokortikoid memiliki dampak buruk bagi kesehatan tulang yang dirasakan penderita ketika memasuki usia lanjut, seperti osteoporosis? Berikut ini penjelasannya.
Apa Dampak Glukokortikoid bagi Tulang?
Konsumsi glukokortikoid sering kali dikaitkan dengan penurunan densitas tulang. Apa itu densitas? Densitas memiliki arti kepadatan. Kondisi ini dapat memicu osteoporosis dan membuat tulang rentan mengalami fraktur (patah tulang).
Dalam salah satu jurnal yang diterbitkan pada tahun 2015 oleh Rheumatic & Musculosceletal Disorders disebutkan bahwa sebanyak 30-50% pasien yang mengonsumsi glukokortikoid dalam waktu jangka panjang dapat mengalami fraktur atau patah tulang akibat osteoporosis.
Dalam jurnal itu juga dikatakan lho bahwa glukokortikoid dapat meningkatkan risiko patah tulang meskipun dikonsumsi dengan dosis yang rendah (2,5-5 mg per hari). Selain itu, risiko patah tulang juga dapat meningkat setelah kita mengonsumsi glukokortikoid selama 3 bulan.
Bagaimana Glukokortikoid Menimbulkan Osteoporosis?
Dalam sebuah jurnal yang diterbitkan pada tahun 2009 oleh Sari Pediatric dikatakan tulang tersusun dari beberapa jenis sel seperti osteoblas dan osteoklas. Lalu, apa fungsi osteoblas dan osteoklas?
Osteoblas merupakan sel pembentuk tulang yang memicu terjadinya pembentukan tulang (bone forming), sedangkan osteoklas merupakan sel pemecah tulang yang memicu terjadinya pemecahan/resorpsi tulang (bone resorption). Pembentukan dan kerja kedua jenis sel tulang tersebut dipengaruhi oleh beberapa hormon dalam tubuh, salah satunya adalah glukokortikoid. Glukokortikoid merupakan hormon yang dapat meningkatkan pembentukan osteoklas.
Pada dasarnya, glukokortikoid dapat diproduksi oleh tubuh. Ketika kita menerima terapi glukokortikoid, maka kadar glukokortikoid dalam tubuh akan meningkat sehingga terjadi pembentukan osteoklas yang semakin meningkat. Peningkatan ini berpengaruh pada peningkatan risiko terjadinya pemecahan tulang. Risiko inilah yang menyebabkan kita lebih rentan mengalami osteoporosis jika menerima terapi glukokortikoid.
Terapi glukokortikoid yang dilakukan memicu peningkatan jumlah osteoklas, sehingga proses pemecahan tulang yang terjadi lebih besar dibandingkan dengan proses pembentukan tulangnya. Padahal, dalam kondisi normal seharusnya proses pembentukan serta pemecahan tulang terjadi secara seimbang.
Selain memengaruhi pembentukan osteoklas, glukokortikoid juga dapat mengurangi penyerapan kalsium pada saluran pencernaan. Ditambah lagi, glukokortikoid juga meningkatkan pengeluaran kalsium melalui ginjal, padahal kalsium memiliki peranan dalam pencegahan osteoporosis.
Pencegahan Osteoporosis pada Terapi Glukokortikoid
Pencegahan osteoporosis atau penurunan densitas tulang dapat dilakukan dengan mengonsumsi nutrisi tulang yang adekuat seperti protein, fosfat, kalsium, serta vitamin D. Kandungan-kandungan makanan tersebut dapat diperoleh dari ikan, telur, susu, kacang, sayur-sayuran hijau, dan lainnya.
Selain itu, perlu juga untuk menghindari makanan atau minuman yang menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan tulang seperti minuman berkarbonasi atau bersoda, juga menghindari paparan asap rokok.
Perpaduan antara konsumsi vitamin D dan kalsium diakui lebih efektif untuk pencegahan osteoporosis yang diakibatkan oleh glukokortikoid dibandingkan sekadar mengonsumsi vitamin D saja maupun kalsium saja.
Dosis obat yang diberikan pun berpengaruh terhadap efektivitas kandungan makanan tersebut. Makin kecil dosis yang dikonsumsi, makin efektif upaya pencegahannya. American College of Rheumatology Ad Hoc Committee on Glucocorticoid Induced Osteoporosis merekomendasikan program pencegahan osteoporosis yang diinduksi oleh glukokortikoid sebagai berikut.
- Semua pasien yang menerima terapi glukokortikoid dianjurkan untuk mengonsumsi suplementasi kalsium sebanyak 500-1000 mg/hari, serta vitamin D sebanyak 800 IU/hari, atau vitamin D aktif (α-kalsidiol 1μg/hari atau kalsitriol 0,5μg/hari).
- Pada pasien yang menerima terapi glukokortikoid dengan dosis sedang-tinggi dianjurkan untuk mengonsumsi kalsium sebanyak 500-1000 mg/hari, disertai vitamin D aktif (α-kalsidiol 1μg/hari atau kalsitriol 0,5μg/ hari).
- Bagi pasien dengan hipogonadal dapat diberikan hormon pengganti seperti estrogen maupun testosteron.
Meski memiliki risiko, bukan berarti tidak ada cara yang bisa dilakukan untuk mencegah osteoporosis pada seseorang yang harus melakukan terapi glukokortikoid. Salah satu faktor yang penting adalah memerhatikan asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh. Pastikan agar kandungan nutrisi serta vitamin yang menunjang kesehatan tulang sehari-hari telah terpenuhi.
Referensi:
- Briot, K., & Roux, C. (2015). Glucocorticoid-induced osteoporosis. Rheumatoid & Musculoskeletal Diseases, e000014.
- Pawitri, A. (2019, 07 02). Makanan untuk Tulang agar Sehat dan Tak Mudah Keropos. Retrieved from SehatQ: https://www.sehatq.com/artikel/makanan-untuk-tulang-yang-kaya-vitamin-d-dan-kalsium
- Setyorini, A., Suandi, I., Sidiartha, I. G., & Suryawan, W. B. (2009). Pencegahan Osteoporosis dengan Suplementasi . Sari Pediatri,, 32-38.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Mengenal Terapi Genqi untuk Atasi Saraf Kejepit dan Struktur Tubuh Bermasalah
-
Terapi Cahaya: Solusi Ampuh Atasi Depresi Tanpa Obat?
-
Cara Menjaga Kesehatan Tulang Bagi Wanita Menopause Demi Cegah Osteoporosis
-
Daftar 5 Makanan Bantu Pemulihan Stroke, Ini Saran Dokter
-
Pernah Ribut Gegara Terapi Cuci Otak, Apa Reaksi IDI usai Dokter Terawan Jabat Penasihat Khusus Prabowo?
Health
-
Strategi Mengelola Waktu Bermain Gadget Anak sebagai Kunci Kesehatan Mental
-
Suka Konsumsi Kulit Buah Kopi? Ini 3 Manfaat yang Terkandung di Dalamnya
-
Sehat ala Cinta Laura, 5 Tips Mudah yang Bisa Kamu Tiru!
-
4 Minuman Pengahangat Tubuh di Musim Hujan, Ada yang Jadi Warisan Budaya!
-
6 Penyakit yang Sering Muncul saat Musim Hujan, Salah Satunya Influenza!
Terkini
-
Makna Perjuangan yang Tak Kenal Lelah di Lagu Baru Jin BTS 'Running Wild', Sudah Dengarkan?
-
Ulasan Buku 'Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan Saja, di Mana Saja', Bagikan Tips Jago Berkomunikasi
-
Puncak FFI 2024: Jatuh Cinta Seperti di Film-Film Sapu Bersih 7 Piala Citra
-
Polemik Bansos dan Kepentingan Politik: Ketika Bantuan Jadi Alat Kampanye
-
Ditanya soal Peluang Bela Timnas Indonesia, Ini Kata Miliano Jonathans