Sejak awal Covid-19 pada awal tahun 2020, kita semua diharuskan untuk berdiam diri di rumah dan tidak diperbolehkan untuk pergi dan bertemu orang di luar rumah. Maka dari itu ada hal lain yang membuat banyak orang cemas selain virus itu sendiri, yaitu gangguan kesehatan mental.
Ini terlihat dari beberapa gejala yang ditunjukan oleh orang-orang yang terpapar virus Covid-19 yang isolasi di rumah maupun di rumah sakit. Gejala yang ditunjukan antara lain adalah depresi dan kecemasan.
Setelah ditelusuri ternyata hal tersebut dapat terjadi karena para pasien Covid-19 cenderung berfikir negatif dan ada juga yang memiliki trauma yang berkaitan dengan kesendirian dalam satu ruangan dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Pandemi virus Covid-19 membuat kita harus beradaptasi dengan gaya hidup yang baru, dan tidak semua orang menganggap hal tersebut adalah hal yang mudah. Gaya hidup baru yang harus kita lakukan adalah seperti karantina di rumah dan physical distancing.
Maka dari itu, masyarakat lainya yang tidak terpapar virus juga rentan terkena gangguan kesehatan mental. Tidak sedikit orang merasa tertekan dan cemas bila harus diam di rumah dalam waktu yang cukup panjang. Juga dengan adanya physical distancing banyak menimbulkan jarak fisik maupun secara emosional dengan orang-orang terdekat, mendengar informasi yang simpang siur juga dapat membuat orang kebingungan.
Selain gaya hidup atau regulasi baru, hal lain yang dapat memicu seseorang terkena gangguan kesehatan mental adalah adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan juga banyak yang usahanya gulung tikar akibat pandemi Covid-19.
Menurut artikel dari website Universitas Airlangga, berikut adalah cara sederhana yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mental selama pandemi.
1. Menyaring informasi yang didapatkan
Kita harus dapat memilih berita atau informasi yang kita dapatkan secara bijak. Tidak semua berita atau informasi kita telan atau terima begitu saja, ada beberapa berita yang tidak membuat kita menjadi lebih baik sebaiknya dihindarkan.
2. Membatasi pemakaian sosial media
Informasi atau berita yang kita dapatkan sekarang lebih banyak berasal dari sosial media dan di sosial media tidak sedikit oknum-oknum yang menyebarkan berita palsu.
Alangkah baiknya jika kita mengurangi atau membatasi penggunaan sosial media dan menggantikan dengan melakukan aktifitas lain yang dapat membuat kita tidak fokus terhadap berita atau informasi yang tidak benar dan yang dapat mengganggu kesehatan mental kita.
3. Menjaga hubungan dengan berkomunikasi dengan keluarga dan sahabat
Karena adanya karantina maka tidak sedikit dari kita yang harus jauh dari keluarga dan sahabat. Untuk menjaga hubungan tersebut kita dapat berkomunikasi dengan banyak cara karena sudah adanya perkembangan teknologi. Seperti chat, telpon dan video call.
Dengan begitu kita tidak perlu khawatir kita akan merasa kesepian atau merasa hubungan akan merenggang.
Demikian cara mengurangi kecemasan selama pandemi.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Junk Food dan Makanan Ultra Proses Bisa Perburuk Kesehatan Mental, Pikir Ulang sebelum Konsumsi
-
Juni 'Mengerikan' Menanti Prabowo: Beban Utang Jatuh Tempo Capai Rp 178 Triliun, Warisan Pandemi
-
Duka yang Diabaikan: Remaja Kehilangan Orang Tua, Siapa Peduli?
-
Dituding NPD, Baim Wong Jalani Tes Kesehatan Mental Sampai HIV
-
Mengenal Fangirling Sebagai Coping Mechanism untuk Bertahan Hidup
Health
-
Cognitive Offloading: Ketika Otak Tak Lagi Jadi Tempat Menyimpan Informasi
-
Digital Fatigue dan Mental Overload: Saat Notifikasi Jadi Beban Psikologis
-
5 Tips Atasi Lelah setelah Mudik, Biar Energi Balik Secepatnya!
-
Mengenal Metode Mild Stimulation Dalam Program Bayi Tabung, Harapan Baru Bagi Pasangan
-
Kenali Tongue Tie pada Bayi, Tidak Semua Perlu Diinsisi
Terkini
-
Dijegal Semen Padang FC, Misi Persija Finish di Empat Besar Gagal Total?
-
MEOVV 'Hands Up' Penyemangat untuk Terus Maju Lewat Melodi yang Menggebu
-
Kisah Inspiratif dari Out of My Mind, Melihat Dunia dari Perspektif Berbeda
-
Bawa Leeds United Promosi, Ternyata Pascal Struijk Bukan Pemain Indonesia Pertama di EPL
-
Jordi Amat Akui Belum Tahu Nasib di JDT, Bantah Rumor Hijrah ke Indonesia?