Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Dea Nabila Putri
Ilustrasi cemas (unsplash)

Semua orang memiliki rasa terikat satu sama lain, terutama sifat manusia yang alamiah sebagai makhluk sosial. Sebut saja hubungan antara orang tua dan anak, suami istri, atau kakak dan adik. Hubungan keterikatan satu sama lain hendaknya bisa membantu sesama dalam menghadapi permasalahan kehidupan. Namun, ada kalanya rasa takut kehilangan seseorang muncul ketika ada pemicunya. Keterikatan kita terhadap orang orang di sekitar mungkin mampu membuat kita merasa kesepian bila mereka tidak berada di samping kita. Kecemasan akan hal ini disebut dengan anxious attachment.

Anxious attachment akan menimbulkan rasa cemas berlebihan dan membuat kita mengalami kesulitan untuk merasa aman dalam hubungan. Hal ini kita andaikan seperti anak kecil yang mungkin bergantung terhadap pengasuh atau merasakan rasa takut ketika pengasuh pergi.

Sebagai orang dewasa, orang yang terlibat dalam anxious attachment ini mungkin rentan terhadap kecemburuan atau rasa tidak aman lainnya tentang hubungan. Menyandur dari healthline.com, para peneliti belum bisa membuktikan apa yang menyebabkan seseorang merasakan tipe keterikatan tertentu, meskipun gaya dan perilaku pengasuhan mungkin berpengaruh terhadap mereka.

Dalam kasus di mana orang-orang yang mengalami anxious attachment, pola asuh saat masih kecil yang tidak konsisten mungkin menjadi faktor yang berkontribusi dalam terjadinya anxious attachment ini. Orang tua dengan perilaku pengasuhan yang tidak konsisten sering kali mempedulikan anaknya tetapi tidak peka secara emosional dan bisa bersikap dingin di lain waktu.

Misalnya, tindakan tidak menggendong bayi yang menangis untuk menghindari sifat manja yang dirasa akan muncul di anak sebenarnya dapat menyebabkan perkembangan yang lamban dan mengalami keterikatan berlebihan terhadap pengasuh. Genetika juga dapat berperan dalam anxious attachment ini.

Beberapa ciri anxious attachment bagi orang dewasa adalah seseorang mungkin membutuhkan kepastian dan kasih sayang yang konstan dari pasangannya. Mereka juga mengalami kesulitan ketika merasa sendirian atau tidak memiliki pasangan. Hal ini disebabkan ketergantungan mereka terhadap orang lain dan rasa takut ditinggalkan yang berlebihan. 

Ciri lainnya yaitu kesulitan mereka untuk mempercayai orang lain. Rasa percaya yang mereka miliki akan tergerus seiring dengan pengalaman mereka di masa lalu dan sangat takut untuk merasa diabaikan. Maka dari itu, orang yang mengalami anxious attachment ini cenderung lebih aktif untuk mempertahankan suatu hubungan bahkan hubungan yang toxic karena ketakutan mereka untuk sendirian tersebut.

Tak hanya itu, gejala lain yang ditimbulkan adalah mereka bisa menjadi pribadi yang terlalu sensitif terhadap tindakan dan suasana hati pasangan. Hal ini juga membuat kejiwaan mereka menjadi sangat emosional, impulsif, tidak terduga, dan sering murung.

Jika kamu mengalami hal seperti itu, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi dnegan profesional. Hal ini akan mencegahmu dari hal-hal yang tidak diinginkan di masa depan.

Dea Nabila Putri