World Health Organization (WHO) merumuskan konsep "Sehat" sebagai suatu keadaan yang sempurna, baik fisik, kondisi mental, maupun sosial. Sedangkan kesehatan mental diartikan sebagai kondisi dari kesejahteraan seorang individu, yang termasuk di dalamnya kemampuan untuk mengelola stres. Kesehatan mental mencakup kesehatan psikologis, emosional, dan juga sosial. Kesehatan mental sangat penting untuk dijaga sebab memengaruhi bagaimana seorang individu dapat berpikir, merasa, dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.
Sayangnya, terkadang kita tidak cukup peka untuk menyadari bila kesehatan mental kita mulai menurun. Kita selalu mengatakan, "Saya baik-baik saja." Akan tetapi, pada kenyataannya tidak begitu. Kita terlalu menyepelekan masalah kesehatan mental hingga lupa untuk memeriksakannya kepada sang ahli. Hal inilah yang menyebabkan ada banyak berita bunuh diri yang disebabkan oleh stres berkepanjangan.
Mengutip dari Halodoc, ada 5 tanda kapan kita perlu untuk pergi berkonsultasi dengan seorang psikolog.
1. Rasa cemas yang sulit untuk dikendalikan
Setiap individu pasti pernah merasakan yang namanya cemas. Cemas adalah salah satu bentuk emosi yang biasanya diiringi dengan perasaan tidak nyaman, gelisah, hingga perasaan takut. Rasa cemas bisa hadir ketika seorang individu tengah berada di tengah keadaan yang mengancam. Oleh karena itu, dapat dikatakan bila cemas adalah perasaan yang lumrah dirasakan oleh setiap individu.
Akan tetapi, jika rasa cemas ini terjadi secara berlebihan dan sulit untuk dikendalikan, kondisi ini dapat memicu stres yang tentu saja dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
2. Stres jangka Panjang
Stres adalah kondisi dimana psikis seseorang mengalami tekanan, baik tekanan secara emosi ataupun tekanan mental. Kondisi stres dapat dipicu oleh rasa cemas juga kegelisahan yang berlebihan. Pemicu lain stres adalah perasaan individu yang mudah tersinggung.
Stres yang dialami seorang individu dapat berdampak negatif pada kondisi fisiknya, seperti mengalami gangguan tidur, sakit kepala, nyeri dada, nyeri otot, hipertensi, hingga penyakit berbahaya yang lebih berbahaya, seperti gangguan jantung.
Jika pikiran-pikiran pemicu stres tidak segera dihilangkan, maka individu yang mengidap stres dapat saja menyimpang dari lingkungan. Seperti menarik diri dari dunia luar, berkurangnya nafsu makan, emosi yang tidak stabil, bahkan berkemungkinan untuk melakukan hal-hal yang tidak sehat untuk mengurangi perasaan stres tersebut, layaknya meminum alkohol, merokok, hingga mengonsumsi obat-obatan terlarang.
3. Suasana hati yang berubah secara ekstrem
Perubahan suasana hati yang ekstrem dikenal sebagai mood swing. Mood swing yang dirasakan seperti perubahan suasana hati yang mendadak dan naik-turun dalam waktu singkat, rasa bahagia yang seketika menjadi rasa marah, dan mudah tersinggung. Bahkan mood swing pada kasus yang parah bisa saja menyebabkan halusinasi hingga depresi.
4. Berhalusinasi
Halusinasi adalah kondisi dimana dapat mendengar, mencium aroma, dan melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Sensasi yang dirasakan oleh individu yang berhalusinasi terasa begitu nyata, sehingga ia sulit untuk membedakan yang mana halusinasi dan yang bukan. Halusinasi tidak boleh dianggap sepele, sebab berpotensi untuk membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
5. Menyakiti diri sendiri
Menyakiti diri sendiri seperti misalnya menggoreskan silet ke tangan, menjambak rambut dengan kuat, membenturkan kepala ke dinding, dan lain sebagainya. Pada kasus yang parah, kondisi ini dapat menimbulkan hasrat untuk melakukan percobaan bunuh diri.
Itu adalah lima tanda yang harus diperhatikan untuk segera menghubungi psikolog dan berkonsultasi. Jangan pernah menyepelekan masalah mental. Mulai sekarang, mari kita bisa sedikit lebih peka terhadap keadaan kita. Sayangi diri sendiri, baru menyayangi orang lain.
Baca Juga
-
4 Hal yang Bikin Si Doi Ilfeel Banget sama Kamu, Yuk Hindari!
-
5 Ciri yang Menunjukkan Seseorang Memiliki Kepribadian Omega, Kamu Termasuk?
-
Pasangan Tidak Peka? Ini 4 Cara untuk Menghadapinya!
-
4 Gejala Batu Amandel, Salah Satunya Bau Mulut
-
5 Hal Penting tentang Ablutophobia, dari Definisi hingga Treatment
Artikel Terkait
-
Strategi Mengelola Waktu Bermain Gadget Anak sebagai Kunci Kesehatan Mental
-
Aroma Menenangkan dan Efek Relaksasi, Bantu Gen Z Jadi Lebih Percaya Diri
-
Stres dan Diabetes: Bagaimana Kondisi Mental Memengaruhi Pengelolaan Gula Darah
-
Tingkatkan Kompetensi, Polda Jambi Gelar Pelatihan Pelayanan Prima
-
Serangan 'Operasi Bunuh Diri' Hamas di Tel Aviv Tewaskan Satu Orang, Ditengah Upaya Gencatan Senjata
Health
-
Strategi Mengelola Waktu Bermain Gadget Anak sebagai Kunci Kesehatan Mental
-
Suka Konsumsi Kulit Buah Kopi? Ini 3 Manfaat yang Terkandung di Dalamnya
-
Sehat ala Cinta Laura, 5 Tips Mudah yang Bisa Kamu Tiru!
-
4 Minuman Pengahangat Tubuh di Musim Hujan, Ada yang Jadi Warisan Budaya!
-
6 Penyakit yang Sering Muncul saat Musim Hujan, Salah Satunya Influenza!
Terkini
-
Makna Perjuangan yang Tak Kenal Lelah di Lagu Baru Jin BTS 'Running Wild', Sudah Dengarkan?
-
Ulasan Buku 'Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan Saja, di Mana Saja', Bagikan Tips Jago Berkomunikasi
-
Puncak FFI 2024: Jatuh Cinta Seperti di Film-Film Sapu Bersih 7 Piala Citra
-
Polemik Bansos dan Kepentingan Politik: Ketika Bantuan Jadi Alat Kampanye
-
Ditanya soal Peluang Bela Timnas Indonesia, Ini Kata Miliano Jonathans