Diklasifikasikan sebagai gangguan mood, itulah yang disebut dengan depresi. Seseorang dengan gejala depresi akan mengalami perubahan suasana hati, seperti merasa sedih, kehilangan, hingga marah yang mengganggu aktivitas di keseharian. Semua gejala itu cukup umum dialami orang dengan gangguan medis ini.
Meskipun depresi dan kesedihan tampak memberi gejala serupa, tetapi keduanya merupakan dua kondisi yang berbeda. Depresi biasanya melibatkan rasa kekecewaan mendalam pada diri sendiri, sedangkan kesedihan tidak. Contohnya, seseorang yang sedang berduka karena ditinggal orang terkasih otomatis bisa merasakan kesedihan mendalam. Namun, belum tentu ia sampai mengalami depresi karena hal itu.
Mengutip situs Psychiatry, dapat disimpulkan bahwa depresi adalah penyakit medis serius yang dapat memengaruhi perasaan, cara berpikir, dan perilaku seseorang. Depresi dapat diatasi dengan penanganan medis yang tepat seperti obat-obatan dan terapi.
Seperti apa gejala depresi yang umum dialami?
Berikut ini merupakan beberapa gejala depresi yang biasanya dialami orang dengan gangguan depresi:
- Sedih, cemas, atau merasa hampa
- Merasa pesimis, tidak punya harapan, dan merasa tidak berharga
- Menangis terus-menerus
- Kehilangan minat untuk melakukan hobi atau hal yang menyenangkan
- Merasa lelah atau kehilangan energi untuk beraktivitas
- Sulit konsentrasi, mengingat, atau membuat keputusan
- Sulit tidur atau banyak tidur
- Hilang nafsu makan hingga alami perubahan berat badan yang drastis
- Mengalami sakit kepala kronis
- Memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup hingga percobaan bunuh diri
Apa penyebab depresi?
Penyebab depresi bisa sangat beragam. Seseorang yang mengalami depresi umumnya memiliki faktor utama yang menyebabkan hal itu menimpanya. Biasanya, gangguan mood ini terjadi karena ketidakseimbangan senyawa kimia dalam otak seseorang. Kondisi itu membuat pengaruh besar pada suasana hati, pikiran, hingga perilaku manusia.
Selain itu, penyebab depresi juga bisa karena pengaruh hormon dalam tubuh. Hal ini umumnya menimpa perempuan yang mengalami perubahan level hormon estrogen dan progesteron saat sedang menstruasi. Sedikit banyak hal itu berpengaruh pada suasana hati perempuan.
Riwayat keluarga juga dapat menjadi salah satu faktor. Biasanya, orang yang memiliki ayah atau ibu dengan riwayat depresi cenderung akan menurunkannya pada sang anak. Berkaitan dengan keluarga, adanya trauma masa kecil karena pola asuh orang tua juga memungkinkan seseorang alami kondisi medis ini.
Selain itu, masih banyak faktor lainnya yang mungkin dialami seperti struktur otak hingga kondisi medis tertentu yang berpengaruh pada mood seseorang. Maka dari itu, sangat tidak dianjurkan untuk melakukan self-diagnose. Lakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan profesional seperti psikolog dan psikiater jika muncul tanda-tanda depresi.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
5 Teknik Psikoterapi untuk Menangani Gangguan Mental, Ciptakan Coping Mechanism Sehat
-
Di Balik Gaun Pengantin, Luka Psikologis Pernikahan Dini
-
Ulasan Buku A Little Less Broken: Merangkai Sebuah Harapan dari Kepedihan
-
Benarkah Merokok Berlebihan Bisa Rusak Kesehatan Mental? Ini Faktanya
-
Hari Perempuan Sedunia 2025: Saatnya Percepat Aksi untuk Kesehatan Mental Perempuan
Health
-
Mengenal Metode Mild Stimulation Dalam Program Bayi Tabung, Harapan Baru Bagi Pasangan
-
Kenali Tongue Tie pada Bayi, Tidak Semua Perlu Diinsisi
-
Jangan Sepelekan Cedera Olahraga, Penting untuk Menangani secara Optimal Sejak Dini
-
3 Tips agar Tetap Bugar saat Menjalankan Ibadah Puasa Ramadan
-
Intermittent Fasting vs. Keto, Mana yang Lebih Efektif untuk Panjang Umur?
Terkini
-
'Yumi's Cells' Kembali dengan Season 3, Kim Go Eun Kembali Memerankan Yumi
-
Antara Pangan Instan dan Kampanye Sehat, Ironi Spanduk di Pasar Tradisional
-
Kenalan Sama Kechun, Bintang Drama Pendek yang Jadi Sensasi di TikTok
-
Bikin Gagal Move On! 3 Drama Medis Korea Ini Siap Bikin Kamu Pengen Jadi Dokter!
-
Reuni Lagi, Lee Do Hyun dan Go Min Si Bakal Bintangi Drama Baru Hong Sisters