Dalam era penelitian medis yang terus berkembang, paradigma pengobatan gangguan kesehatan mental sedang mengalami pergeseran menuju terapi yang inovatif dan terbukti efektif. Salah satu tren terkini yang menarik perhatian dunia medis adalah terapi psikedelik.
Terapi psikedelik adalah sebuah pendekatan yang menggunakan zat psikedelik untuk tujuan terapeutik. Meskipun memiliki sejarah yang kontroversial, terapi psikedelik kini mengundang minat serius dari para peneliti dan profesional kesehatan mental karena potensinya dalam merawat berbagai gangguan mental.
Namun, bagaimana sebenarnya terapi psikedelik bekerja? Apa mekanisme di balik keberhasilannya? Dalam artikelini, kita akan membahas lebih jauh tentang terapi psikedelik dan bagaiman cara terapi psikedelik bekerja.
1. Apa itu psikedelik?
Menurut jurnal Pharmacopsychiatry, psikedelik adalah jenis obat-obatan yang mengubah persepsi, mood, dan proses kognitif. Mereka dikenal karena kemampuannya untuk menyebabkan keadaan kesadaran yang berubah, seringkali dijelaskan sebagai pengalaman mistis atau spiritual. Psikedelik meliputi zat seperti psilosibin (ditemukan dalam "magic mushroom"), LSD, DMT, dan MDMA.
Berdasarkan hasil penelitian dalam jurnal Science, psikedelik memilki manfaat terapeutik, terutama dalam pengobatan depresi, kecemasan, dan kecanduan. Dilaporkan bahwa mereka memiliki manfaat terapeutik yang cepat dan berkepanjangan setelah satu atau beberapa dosis.
2. Apa itu terapi psikedelik?
Terapi psikedelik merujuk pada penggunaan zat psikedelik, seperti psilosibin, MDMA, atau LSD, dalam suatu setting terapeutik di bawah bimbingan profesional terlatih untuk mengobati gangguan kesehatan mental. Berdasarkan hasil penelitian yang diternitakan dalam jurnal JAMA pada tahun 2023.
Zat-zat ini telah menunjukkan potensi dalam mengurangi kondisi-kondisi seperti depresi, kecemasan, gangguan stres pasca-trauma, gangguan makan, dan kecanduan. Terapi ini melibatkan penciptaan lingkungan yang mendukung agar individu dapat mengalami efek dari zat psikedelik, yang dapat menghasilkan peningkatan kesadaran, terobosan emosional, dan perasaan keterhubungan.
3. Bagaimana psikedelik bekerja dalam pengaturan terapi?
Matthew Johnson, PhD, profesor di Johns Hopkins Medicine, menjelaskan bahwa terapi psikedelik bekerja melalui dua mekanisme utama: neuroplastisitas otak dan pengalaman perjalanan halusinasi. Pertama-tama, efek neuroplastisitas atau perubahan otak terjadi ketika seseorang terpapar halusinogen seperti LSD atau psilosibin.
Zat-zat ini memengaruhi reseptor serotonin bernama 5-HT2a di otak. Hal Ini menyebabkan perubahan drastis dalam cara otak berkomunikasi, memungkinkan area yang biasanya tidak berinteraksi untuk saling berkomunikasi, dan sebaliknya. Dengan membuka komunikasi yang tidak biasa ini, terbentuklah lingkungan di mana koneksi saraf baru dapat terbentuk, membuka pintu bagi pemikiran dan perspektif baru.
Kedua, pengalaman perjalanan halusinasi juga berperan penting. Penelitian yang dipublikasikan dalam ACS Pharmacology & Translational Science pada 2021 menunjukkan bahwa pengalaman ini, termasuk pengaturan dan karakteristik praktisi, memiliki dampak signifikan.
Sebagian besar orang melaporkan pengalaman yang mendalam, melihat diri mereka dari perspektif yang berbeda, atau mendapatkan wawasan yang memicu pola pikir baru. Fenomena ini sering mirip dengan terobosan yang dapat dihasilkan dalam terapi konvensional.
Namun, keberhasilan perawatan psikedelik tidak hanya terletak pada perjalanan itu sendiri. Komponen integrasi setelahnya memainkan peran penting. Selama fase integrasi, seorang terapis dapat membantu individu memproses apa yang kamu alami secara sehat, memperkuat pembelajaran yang didapat, dan membantu kamu dalam penyesuaian diri terhadap kehidupan setelah terapi.
Meskipun terapi psikedelik masih memerlukan lebih banyak penelitian untuk memahami potensinya secara menyeluruh, bukti awal menunjukkan bahwa ini bisa menjadi terobosan besar dalam pengobatan gangguan kesehatan mental. Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun terapi psikedelik menunjukkan potensi positif dalam penelitian klinis, penting untuk dicatat bahwa penggunaan zat-zat ini masih ilegal di banyak negara. Oleh karena itu, jika ada minat untuk menjalani terapi psikedelik, hal tersebut harus dilakukan di bawah bimbingan profesional yang terlatih dan dalam pengaturan terkendali.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Apa Kamu Sudah Menggunakan Concealer yang Cocok? Tips dan Trik Memilih Concealer
-
Melawan Dampak Buruk Fast Fashion: Upaya Sederhana untuk Selamatkan Lingkungan
-
Mengenal Bigorexia, Ketika Kamu Terobsesi Menjadi Kuat dan Kekar
-
Bebaskan Diri dari Stres Digital dengan Trik Ajaib Ini, Wajib Dicoba!
-
Ingin Hidup Lebih Sehat dan Bahagia? Terapkan 7 Cara Lawan Toxic Productivity!
Artikel Terkait
-
Waspada! Stres Jadi Ancaman Para Pekerja
-
Daftar 5 Makanan Bantu Pemulihan Stroke, Ini Saran Dokter
-
Israel Hujani Rumah Sakit dengan Serangan, Pasokan Medis PBB di Gaza Ludes
-
Bonus Demografi Indonesia di Tangan Milenial dan Gen Z, Apakah Mereka Siap Menerima Tantangan?
-
Makan Siang Bergizi Jadi Kunci Kesehatan Mental yang Optimal
Health
-
Pro dan Kontra: Kebijakan Cukai untuk Minuman Berpemanis Dalam Kemasan, Benarkah Efektif?
-
Bukan Pilihan Alternatif, Mengapa Vape Sama Berbahaya dengan Rokok Biasa?
-
Ini 3 Tanda Tubuhmu Terlalu Banyak Mengonsumsi Kopi, Apa Saja?
-
Mabuk hingga Keracunan, Kenali Bahaya Mengkonsumsi Bunga Terompet
-
3 Cara Mudah Menangani Kondisi Sesak Napas Mendadak
Terkini
-
Sinopsis Citadel: Honey Bunny, Series Terbaru Varun Dhawan di Prime Video
-
4 Rekomendasi Film yang Dibintangi Dakota Fanning, Terbaru Ada The Watchers
-
Sukses! Mahasiswa Amikom Yogyakarta Adakan Sosialisasi Pelatihan Desain Grafis
-
EXO 'Monster': Pemberontakan dari Psikis Babak Belur yang Diselamatkan Cinta
-
Tayang 22 November, Ini 4 Pemain Utama Drama Korea When The Phone Rings