M. Reza Sulaiman | N. Zahrani
Ilustasi memilih susu (shutterstock.com/Anatoliy Cherkas)
N. Zahrani

Produk susu tersedia dalam beragam pilihan: non-fat, low-fat, hingga whole (penuh lemak). Sejak lama, berbagai pedoman gizi—termasuk dari lembaga kesehatan terkemuka—menganjurkan agar memilih varian rendah atau bebas lemak.

Alasannya, asupan lemak jenuh dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung. Namun, pertanyaan yang kerap muncul adalah: benarkah varian rendah lemak selalu lebih unggul dibandingkan yang penuh lemak? Mari kita telaah secara lanjut.

1. Latar belakang dan perubahan cara pandang

Rekomendasi untuk memilih produk susu rendah lemak atau bebas lemak pertama kali muncul pada tahun 1980 dengan diterbitkannya edisi pertama Pedoman Diet untuk Amerika. Panduan tersebut, yang diadopsi oleh lembaga kesehatan seperti American Heart Association dan World Health Organization, menyatakan bahwa mengonsumsi lemak jenuh dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, dan oleh karena itu, memilih produk susu rendah lemak adalah pilihan yang lebih baik.

Namun, seiring berjalannya waktu, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa rekomendasi tersebut mungkin tidak sepenuhnya tepat. Dr. Dariush Mozaffarian, seorang kardiolog dan profesor kedokteran di Universitas Tufts, mencatat bahwa sebagian besar studi tentang efek kesehatan lemak susu tidak menemukan manfaat yang signifikan dalam memilih versi rendah lemak.

2. Apa kata penelitian?

Penelitian terkini menunjukkan bahwa asosiasi antara konsumsi produk susu dan risiko terhadap kondisi seperti tekanan darah tinggi, penyakit kardiovaskular, dan diabetes tipe 2 seringkali tetap ada, tanpa memandang apakah orang memilih produk rendah lemak atau penuh lemak. Menurut studi dalam International Journal of Obesity, meskipun produk susu berlemak penuh memiliki kalori lebih tinggi, penelitian menemukan bahwa mereka yang mengonsumsinya tidak cenderung menambah berat badan.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet pada tahun 2018 yang melibatkan 136.000 orang dewasa dari 21 negara selama sembilan tahun. Ditemukan bahwa, selama masa penelitian, mereka yang mengonsumsi dua porsi atau lebih produk susu per hari memiliki kemungkinan 22 persen lebih kecil untuk terkena penyakit kardiovaskular dan 17 persen lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi produk susu sama sekali. Khususnya, mereka yang mengonsumsi lebih banyak lemak jenuh dari produk susu tidak memiliki kemungkinan terkena penyakit jantung atau kematian.

3. Lemak susu bukan semata-mata musuh

Mengapa produk susu rendah lemak mungkin tidak seburuk yang dulu dipikirkan? Dr. Ronald Krauss, seorang profesor pediatri dan kedokteran di Universitas California, San Francisco, menyoroti fakta bahwa tidak semua lemak jenuh sama. Menurut penelitian dalam jurnal PLOS Medicine menunjukkan bahwa jenis lemak jenuh yang ditemukan dalam produk susu memiliki efek yang netral atau bahkan bermanfaat bagi kesehatan, terutama dalam mengurangi risiko penyakit diabetes tipe 2 dan jantung koroner.

Menurut Marie-Caroline Michalski, direktur penelitian di Institut Penelitian Nasional Pertanian, Pangan, dan Lingkungan Perancis, lemak susu secara alami dikemas dalam struktur unik yang disebut membran globul lemak susu, komponen struktur ini dapat membantu mengikat kolesterol di saluran pencernaan sehingga berpotensi meningkatkan kadar kolesterol darah.

Menurut Dr Michalski, jenis makanan olahan susu tertentu mungkin lebih baik dibandingkan yang lain, yoghurt dan keju misalnya. Ini mungkin karena keduanya merupakan makanan fermentasi, yang dapat memasok bakteri baik ke usus. Mereka juga mengandung molekul bermanfaat lainnya yang dibuat selama fermentasi, termasuk Vitamin K, yang mendukung kesehatan jantung.

4. Saran untuk pemilihan produk susu

Sementara panduan diet resmi mungkin belum sepenuhnya memperbarui rekomendasinya, para ahli menawarkan saran praktis. Penny Kris-Etherton, seorang profesor ilmu gizi Universitas Pennsylvania, merekomendasikan untuk tetap mempertahankan tiga porsi produk susu per hari, dengan satu atau dua dari porsi tersebut dapat berasal dari produk susu penuh lemak.

Dr. Mozaffarian menyarankan untuk menyertakan satu atau dua porsi yogurt dan keju per hari, memberikan preferensi pada versi yang tidak berasa untuk menghindari tambahan gula. Namun, dalam pemilihan produk susu, preferensi pribadi juga diakui sebagai faktor penting. Memilih produk yang kamu nikmati dapat membantu mempertahankan keseimbangan diet yang sehat.

Pilihan antara produk susu rendah lemak dan penuh lemak memang tidak memiliki satu jawaban pasti. Sejumlah bukti menunjukkan bahwa lemak susu mungkin tidak seburuk yang selama ini dibayangkan, namun kehati-hatian tetap diperlukan saat memilih. Kuncinya adalah menyesuaikan pilihan dengan selera, toleransi, dan kebutuhan kesehatanmu, agar manfaatnya dapat diperoleh secara optimal.