Selain mengutamakan skill bermain yang dimiliki, salah satu hal utama yang dinilai oleh coach STY untuk pemanggilan pemain ke timnas Indonesia adalah perilaku atau tingkah laku mereka. Sejauh ini, jika terdapat pemain yang mengindikasikan perbuatan indisipliner, maka bisa dipastikan namanya akan dicoret.
Dan semesta seolah membuktikan, para pemain yang pernah merasakan pencoretan dari pelatih asal Korea Selatan tersebut, saat ini karir persepakbolaannya terus menurun dan bahkan semakin ruwet. Bahkan, di antara mereka hingga saat ini masih merasa kesulitan untuk sekadar mendapatkan klub, padahal dulunya mereka adalah langganan pemanggilan timnas.
1. Osvaldo Haay
Nasib kurang mujur dialami oleh Osvaldo Haay. Sempat digadang-gadang menjadi salah satu pemain bintang masa depan Indonesia, Osvaldo kini justru berstatus sebagai pemain tanpa klub. Osvaldo yang bermain luar biasa di Piala AFF U-22 tahun 2018 dan Sea Games 2019, sempat terlibat polemik dengan tak mengindahkan panggilan coach STY. Alhasil, tanpa pikir panjang, pelatih asal Korea Selatan itupun tak lagi melirik jasa mantan pemain Persija Jakarta tersebut hingga saat ini.
Sempat menjadi salah satu benteng tangguh di lini pertahanan Indonesia, Nurhidayat Haji Haris justru saat ini berstatus sebagai pemain tanpa klub. Kapten Timnas Indonesia U-19 di putaran final Piala Asia U-19 edisi tahun 2018 itu terakhir kali membela Bhayangkara FC, dan sejak 1 Juli 2023 lalu sudah tak lagi memiliki klub profesional.
BACA JUGA: Liga 1: Menanti Ketegasan Erick Thohir Atasi Klub dengan Suporter Bandel
Dalam perjalanan karirnya di Timnas, Nurhidayat sejatinya pernah mendapatkan panggilan dari coach Shin Tae Yong untuk masuk dalam skuat kualifikasi Piala Dunia 2022 lalu. Namun sayangnya, sang pemain tiba-tiba menghilang dari skuat Timnas. Usut punya usut, pelatih asal Korea Selatan tersebut mencoret Nurhidayat karena tindakan indisipliner dan kerap tak tepat waktu. Tak hanya itu, Nurhidayat juga tak dapat menjaga pola makan sepertimana yang diatur dalam program latihan.
Semoga saja hal ini menjadi semacam pelajaran bagi mereka berdua dan para pemain lainnya ya. Karena bagaimanapun, karir seorang pemain sepak bola tak selalu berada di atas, ada kalanya harus turun di titik terbawah. Ketika berada di puncak karir dan mendapatkan panggilan untuk memperkuat Timnas, sebaiknya hal itu dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan hati yang tulus, karena kita semua tak tahu apa yang akan terjadi kedepannya.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Disia-siakan oleh Indonesia, Shin Tae-yong Justru Laris Manis di Korea Selatan
-
Di Balik Kegagalan Meraih Juara, Ada Deja Vu yang Menghantui Timnas Indonesia
-
Timnas Filipina dan 3 Alasan Piala AFF U-23 Edisi 2025 Tak Akan Terlupakan oleh Mereka
-
Piala AFF U-23 dan Tebaran Ancaman Filipina Terhadap Kekuatan Mapan Sepak Bola Asia Tenggara
-
Piala AFF U-23 dan Raihan Gelar Individu yang Terasa Hambar bagi Seorang Jens Raven
Artikel Terkait
Hobi
-
Dari Lapangan ke Layar: Futsal dan Viral Culture di Sosial Media
-
Baru Main Futsal? Ini Formasi yang Wajib Kamu Coba Biar Nggak Keteteran
-
Futsal Bukan Sekadar Hobi, Tapi Gaya Hidup Anak Muda Zaman Now!
-
Futsal dan Filosofi Hidup: Dari Lapangan, Mimpi dan Karakter Diri
-
BRI Super League: PSIM Yogyakarta Ratakan Menit Bermain dalam Uji Coba
Terkini
-
XL (Extra Love) oleh Ichillin': Sebarkan Perasaan Cinta dengan Dosis Besar
-
Membenahi Mindset Seksis: Saat Istri Cerdas Bukan Ancaman, Tapi Anugerah
-
Review Jujur Film The Bad Guys 2, Sedang Tayang di Bioskop
-
7 Drama China yang Dibintangi Zhao Qing, Terbaru The Immortal Ascension
-
Ulasan Novel Overruled: Ambisi Dua Pengacara dalam Memperebutkan Kemenangan