Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | M. Fuad S. T.
Rafael Struick berselebrasi setelah mencetak gol ke gawang Korea Selatan di Piala Asia U-23 (the-afc.com)

Perjalanan Timnas Indonesia U-23 dalam kampanye perburuan gelar di Piala Asia U-23 akhirnya harus terhenti di babak semifinal gelaran. Melansir laman the-afc.com, Ernando Ari Sutaryadi dan kolega harus mengubur mimpi mereka untuk menapaki partai final gelaran setelah karena menuai kekalahan dari Uzbekistan dengan skor dua gol tanpa balas.

Satu gol dari Khusayin Norchaev dan gol bunuh diri Pratama Arhan, menjadi penghalang laju Indonesia ke partai puncak gelaran dan kini harus rela untuk berebut posisi ketiga terbaik saja melawan Irak.

Namun, jika dilihat-lihat, meskipun secara tak langsung ternyata ada peran dari seorang Rafael Struick di balik kekalahan Timnas Indonesia U-23 dari Uzbekistan di laga semifinal lalu. Namun jangan berpikiran negatif dulu, di sini peran Rafael tentu saja berkaitan dengan taktik dan strategi permainan yang dikembangkan oleh Timnas Indonesia di laga tersebut.

Seperti yang kita ketahui bersama, Timnas Indonesia U-23 memang harus bermain tanpa Struick di laga empat besar gelaran melawan Uzbekistan. Jika kita mengacu pada laman transfermarkt, pemain berusia 21 tahun tersebut harus absen karena akumulasi kartu kuning yang didapatkannya saat berlaga melawan Yordania dan Korea Selatan lalu.

Dan bisa kita lihat, tanpa seorang Struick, Timnas Indonesia tak memiliki sosok pemain depan yang bertipe pemecah konsentrasi lawan dalam skema permainan mereka. Sananta yang bertipikal striker murni, tak bisa memainkan peran sebagai penarik pemain bertahan lawan, sehingga membuat pergerakan bola ke area pertahanan Uzbekistan menjadi tersendat.

Imbasnya pun terlihat sangat besar. Tanpa pemain depan tipikal pemecah konsentrasi lawan seperti Struick, para pemain tengah Indonesia tak bisa mengembangkan permainan mereka dengan baik. Witan Sulaeman dan Marselino Ferdinan yang biasanya tampil bebas di lini kedua karena kecerdasan Struick dalam membuka peluang, di laga melawan Uzbekistan kemarin hampir tak terlihat.

Pun kita juga melihat perbedaan besar di lini depan Timnas Indonesia di laga melawan Uzbekistan dan laga-laga sebelumnya. Jika di laga melawan Uzbekistan kemarin Sananta terlihat bermain statis di central lini serang, maka tidak demikian jika Struick yang dimainkan.

Ketika Struick yang mengisi lini serang Pasukan Merah Putih, dirinya akan bermain jauh lebih dinamis, tak hanya menunggu bola di sekitar area penalti lawan saja seperti halnya yang ditunjukkan oleh Sananta.

Dan bisa kita lihat bersama, karena tak adanya pemain seperti Struick di lini serang Indonesia, pemain-pemain dari lini lainnya pun tak bisa bermain dengan baik, dan berimbas pada kekalahan yang dialami oleh anak-anak Garuda di laga semifinal melawan Uzbekistan lalu.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

M. Fuad S. T.