Pasca memenangi matchday kesembilan melawan China (5/6/2025) langkah Timnas Indonesia untuk melaju ke ronde keempat babak kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia sudah tak terbendung lagi.
Meskipun pada akhirnya di partai terakhir melawan Jepang (10/6/2025) Pasukan Merah Putih dihantam enam gol tanpa balas oleh Samurai Blue, namun posisi mereka tetap aman dari kejaran dua tim yang berada di bawah mereka, yakni China dan Bahrain.
Menyadur laman Suara.com (14/6/2025), Pasukan Garuda menjadi satu-satunya negara dari kawasan non-Timur Tengah yang berhasil melaju ke ronde keempat kualifikasi. Pada laga penentuan yang menurut jadwal bakal dimainkan di bukan Oktober 2025 mendatang tersebut, Jay Idzes dan kolega bakal bersaing dengan Irak, Arab Saudi, Qatar, Oman dan Uni Emirat Arab, yang semuanya berasal dari kawasan yang sama, yakni Asia Barat.
Melihat lawan-lawan yang bakal dihadapi, tentunya bukan perkara yang mudah bagi Pasukan Merah Putih untuk bisa meraih poin dari mereka. Baik Irak, Oman, Uni Emirat Arab, bukanlah tim yang mudah untuk ditaklukkan. Terlebih lagi Arab Saudi dan Qatar yang tiba-tiba saja ditunjuk menjadi tuan rumah oleh AFC, tentu selain masalah teknis, jika ingin menaklukkan mereka, Timnas Indonesia juga harus mempertimbangkan faktor non-teknis saat pertandingan digulirkan.
Sejatinya, untuk mengarungi kerasnya ronde keempat babak kualifikasi nanti, Timnas Indonesia sudah tak lagi memiliki permasalahan dalam hal komposisi pemain. Sejauh ini, para pemain yang ada di skuat Garuda, baik itu yang berasal dari kompetisi dalam negeri maupun yang abroad, mereka memiliki kualitas yang cukup bisa diandalkan dan mampu bersaing dengan negara-negara lain.
Sehingga, jika dikatakan kualitas pemain menjadi titik lemah bagi Indonesia untuk bersaing di ronde keempat nanti, hal tersebut bukanlah sebuah hal yang dapat dibenarkan seratus persen. Namun sayangnya, komposisi pemain yang cukup mewah untuk bilangan para peserta ronde keempat kualifikasi nanti tak disertai dengan kematangan skema permainan dari sang pelatih, Patrick Kluivert.
Jika kita obyektif, harus diakui bahwa di bawah asuhan mantan pemain Timnas Belanda tersebut, Timnas Indonesia memiliki kecenderungan penurunan permainan. Memang, secara statistik, Kluivert saat ini memiliki rekor fifty-fifty, yang mana dari empat pertandingan yang dijalani, dirinya berhasil memenangkan pertandingan dua kali dan kalah sebanyak dua kali.
Namun, permainan sepak bola tentunya terlalu naif jika hanya mengukur capaiannya dari rasio menang-kalah yang didapatkan oleh sebuah tim atau seorang pelatih. Namun lebih kompleks daripada itu.
Dari sisi permainan, tentunya kita sepaham bahwa di empat laga terakhir bersama Kluivert, Indonesia memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan. Mulai dari rapuhnya lini pertahanan, belum optimalnya kinerja lini penyerangan, chemistry antar pemain yang masih lemah, hingga belum jelasnya arah permainan yang hendak diterapkan oleh Kluivert di tim ini.
Belum matangnya permainan yang dikembangkan oleh Kluivert ini sebenarnya sudah mulai terbaca semenjak laga debutnya melawan Australia di bulan Maret 2025 lalu. Kala itu, Kluivert yang memiliki filosofi permainan menyerang, memaksakan anak asuhnya untuk keluar mengurung tim lawan, hingga berakibat gelontoran lima gol ke gawang Maarten Paes.
Pun demikian halnya dengan tiga laga lainnya. Meskipun di laga melawan Bahrain dan China Timnas Indonesia bisa meraih kemenangan, namun jangan salah, kemenangan tersebut masih lah belum terlalu meyakinkan imbas permainan yang belum jelas di tubuh Timnas Indonesia.
Bahkan, di laga melawan China, tanpa menafikan kerja keras para pemain di lapangan, harus kita akui bahwa kemenangan yang didapatkan oleh Indonesia itu digendong oleh hadiah penalti yang didapatkan oleh Indonesia. Sebuah hal yang pastinya belum cukup untuk membuat para pendukung merasa yakin dengan kualitas melatih Kluivert di Timnas Indonesia.
Sementara di laga terakhir melawan Jepang? Ah, tentu saja kita hanya bisa mengelus dada. Karena jika dibandingkan dengan pertemuan melawan Jepang di era pelatih sebelumnya, apa yang ditampilkan oleh Timnas Indonesia di pertandingan tersebut sangat jauh kualitas perlawanannya.
Sekali lagi, yang menjadi permasalahan bukanlah komposisi pemain, namun kematangan strategi dari sang pelatih. Dan jika Indonesia ingin terus menghidupkan persaingan, Kluivert harus berkejaran dengan waktu sebelum ronde keempat dimulai empat bulan lagi.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Disia-siakan oleh Indonesia, Shin Tae-yong Justru Laris Manis di Korea Selatan
-
Di Balik Kegagalan Meraih Juara, Ada Deja Vu yang Menghantui Timnas Indonesia
-
Timnas Filipina dan 3 Alasan Piala AFF U-23 Edisi 2025 Tak Akan Terlupakan oleh Mereka
-
Piala AFF U-23 dan Tebaran Ancaman Filipina Terhadap Kekuatan Mapan Sepak Bola Asia Tenggara
-
Piala AFF U-23 dan Raihan Gelar Individu yang Terasa Hambar bagi Seorang Jens Raven
Artikel Terkait
-
Timnas Indonesia Wajib Waspada, Malaysia akan Naturalisasi 10 Pemain!
-
Penonton Kecewa! Ole Romeny dan Marselino Ferdinan Absen di Piala Presiden 2025?
-
Pilih Kasih! Jika AFC Fair, Negara Mana yang Seharusnya Jadi Tuan Rumah Ronde Keempat Kualifikasi?
-
Update Harga Pasar Timnas Indonesia usai Nilai Jay Idzes Melejit Kalahkan Mees Hilgers
-
3 Sosok Perempuan di Karier Jay Idzes Pemain Berbandrol Rp130 M
Hobi
-
0,5 Detik yang Menentukan di Futsal: Saat Keputusan Datang Sebelum Kesempatan
-
Kenapa Futsal Bisa Jadi Olahraga Favorit Anak Muda? Ini Alasannya!
-
Sejarah Futsal, Saat Olahraga Bisa Bawa Harapan dan Ubah Masa Depan
-
Futsal: Olahraga Murah Meriah, Jadi Sumbu Perputaran Roda Ekonomi Rakyat
-
Nyesek, Jorge Martin Sadar Dibenci oleh Fans karena Konflik dengan Aprilia
Terkini
-
Isu Mental Health dalam Buku Kupikir Segalanya Akan Beres Saat Aku Dewasa
-
4 Drama China Kostum Liu Lingzi, Terbaru The Princess's Gambit
-
4 Produk Skincare Avoskin Anti Aging, Solusi Atasi Penuaan dan Mata Panda
-
Impresi Jujur Selepas Nonton Film Gak Nyangka
-
Merdeka Tapi Masih Overwork: Refleksi Kemerdekaan di Tengah Hustle Culture