Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Aprilliani
Ilustrasi pendidikan (Shutterstock/Cherries)

Pendidikan di Indonesia berubah menjadi sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) sejak adanya Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Virus ini telah menyebar ke seluruh belahan bumi, dan sampai saat ini masih menjadi perbincangan.

Awal kemunculan Covid-19 pertama kali muncul diduga di pasar hewan kota Wuhan, China. Sampai akhirnya menyebar dan menjadi pusat perhatian Indonesia pada bulan Maret 2020 lalu. Untuk pertama kalinya, pemerintah mengumumkan dua kasus pasien positif Covid - 19 di Indonesia.

Sejak munculnya wabah virus corona, timbul berbagai masalah. Sebab virus tersebut tidak hanya menyerang manusia, tetapi juga memberikan dampak terhadap perekonomian dunia, serta mempengaruhi kehidupan sosial di berbagai negara.

Salah satunya yaitu dalam dunia pendidikan di Indonesia, yang sebelumnya pembelajaran dilakukan secara tatap muka (luring), tetapi pada masa Pandemi ini sistem pembelajaran tersebut tidak lagi berlaku, guna mengurangi penyebaran virus Covid-19 di Indonesia.

Pada awalnya pemerintah menerapkan Kebijakan berupa Social Distancing atau pembatasan sosial yang dilakukan di Indonesia selama dua minggu. Pemerintah berharap dengan di lakukannya kebijakan Social Distancing tersebut dapat mengurangi penyebaran Virus Covid-19.

Namun, ternyata kebijakan tersebut tidak dapat mengurangi penyebaran Covid–19. Hingga pada akhirnya pemerintah meliburkan berbagai tingkat jenjang pendidikan mulai dari TK, SD, SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi sampai batas waktu yang belum dapat ditentukan.

Pemerintah melakukan berbagai cara agar Pendidikan bisa terus berjalan di era Pandemi ini, karena pendidikan merupakan aset yang sangat penting bagi sebuah bangsa demi kemajuan suatu negara.

Pemerintah akhirnya membuat kebijakan baru dengan cara menerapkan sistem pembelajaran dari rumah masing-masing yaitu daring (Pembelajaran dalam jaringan) melalui berbagai platfrom mulai dari aplikasi zoom, google meet, e- learning, e- student dan media pembelajaran lainnya.

Metode tersebut memanfaatkan jaringan online yang sudah pasti terhubung dengan internet dengan tetap berada di rumah masing- masing dan mengerjakan seluruh kegiatan pembelajaran melalui online.

Ilustrasi belajar daring (Suara.com/Michelle Illona)

Teknik Pendidikan daring tersebut dilakukan oleh berbagai tingkatan jenjang Pendidikan, mulai dari tingkat TK, SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi. Dalam pembelajaran daring, biasanya para siswa dan mahasiswa dituntut agar lebih kreatif seperti diberi tugas untuk membuat konten di Youtube yang berisi materi pembelajaran, membuat video TikTok yang berisi informasi positif, membuat poster ringkasan dari materi, membuat artikel yang informatif, memposting video yang berisi pengetahuan di berbagai sosial media, membuat rangkuman makalah di power point dengan memberi animasi pada tulisan, dan ide kreatif lainnya.

Selain ide-ide kreatif tersebut, para siswa dan mahasiswa juga diberikan tugas melalui online oleh para guru dan dosen, dengan menganjurkan mengumpulkan tugas yang diberikan melalui sistem yang disediakan oleh setiap sekolah dan kampus sesuai kebijakan yang diterapkan, karena setiap sekolah atau kampus pasti menerapkan kebijakan yang berbeda-beda mulai dari mengumpulkan tugas melalui laman e-learning di Google, melalui e-student, melalui Whatsapp, melalui e-mail, bahkan dengan datang langsung ke sekolah atau kampus untuk sekedar mengumpulkan tugas, tetapi harus dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang telah di buat oleh pemerintah yaitu setiap orang wajib melakukan 3 M ( Memakai masker, Mencuci tangan ,dan Menjaga jarak).

Pada awal mula di berlakukannya pembelajaran daring di Indonesia, para siswa dan mahasiswa mengalami beberapa kesulitan mulai dari gaptek (gagap teknologi), kendala internet, kendala jaringan di beberapa daerah terpencil, susah sinyal, pembengkakan biaya kuota, kurang paham dengan beberapa mata pelajaran yang bersifat praktek dan menghitung.

Selain itu, keluhan dari para wali murid pada tingkat TK dan SD pun muncul karena telah menambah beban mereka untuk mengawasi dan mendampingi anaknya dalam proses pembelajaran.

Tidak hanya murid, pengajar pun harus beradaptasi lagi dengan adanya pembelajaran jarak jauh (daring) yang dimana sistem pembelajaran tersebut memanfaatkan teknologi sebagai media pembelajaran.

Oleh sebab itu, kita patut mengapresiasi kerja keras para guru dan dosen, karena dengan adanya perubahan metode pembelajaran dari luring menjadi daring tentu bukanlah hal yang mudah, apalagi perubahan tersebut terjadi secara tiba-tiba dan belum ada persiapan sebelumnya.

Namun, seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat sudah terbiasa dan harus menerima serta mendukung adanya kebijakan yang telah di buat oleh pemerintah dalam dunia pendidikan. Sebab pada masa pandemi ini, sistem pembelajaran daring merupakan langkah yang paling tepat untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19.

Menurut saya, dalam sistem pembelajaran jarak jauh yang dianjurkan pemerintah masih banyak kendala seperti kendala pada jaringan, susahnya untuk memahami materi yang diterima atau ditangkap oleh siswa maupun pelajar, dan banyak keluhan seperti diberikannya tugas yang banyak.

Namun, di samping itu terdapat sisi positif dalam sistem pembelajaran daring, salah satunya yaitu orang yang tadinya tidak mengerti menggunakan teknologi seperti handphone atau laptop, jadi mengerti semenjak diberlakukannya pembelajaran daring serta work from home, karena masyarakat di Indonesia diharuskan untuk menggunakan teknologi.

Aprilliani

Baca Juga