Pandemi virus corona menguji para pemimpin perusahaan dan organisasi semua sektor di seluruh dunia, dan telah berdampak besar pada perubahan karakter dan gaya kepemimpinan yang terjadi selama kurun waktu hampir dua tahun belakangan ini.
Akibatnya, terjadi pergeseran kebutuhan pemilih terhadap corak kepemimpinan dan sosok pemimpin. Banyak pemimpin di berbagai negara, termasuk di Indonesia, dituntut mampu membuat keputusan yang cepat dan terukur di tengah situasi krisis seperti saat ini.
Pemimpin juga harus mampu untuk tanggap dan cepat beradaptasi dengan kondisi sosial yang rentan berubah. Selain itu, pandemi Covid-19 tentunya juga akan mengubah tren kepemimpinan nasional di Indonesia menjelang Pemilu 2024.
Pasalnya, rakyat sebagai pemilih akan semakin menuntut efektivitas dan transformasi pada seorang pemimpin dalam memimpin, agar dapat keluar dari problema yang selama ini terjadi.
Perubahan karakter dan gaya kepemimpinan diperkirakan akan terjadi karena bergesernya preferensi dan kebutuhan pemilih terhadap corak kepemimpinan nasional pasca dunia menghadapi situasi pandemi Covid-19 sejak tahun 2019.
Karakter baru seorang pemimpin tahun demi tahun semakin dibutuhkan untuk dapat memberikan perubahan besar dalam kepemimpinan, khususnya di dalam pemerintahan. Mengingat masalah dan tantangan yang dihadapi akan semakin kompleks dan rumit.
Hal utama yang juga tidak kalah penting dan harus dilakukan oleh pemimpin adalah menyadari bahwa negara sedang menghadapi krisis. serta berani melakukan perubahan untuk kepentingan dan keselamatan bersama.
Dalam hal ini, pemimpin harus memiliki skill crisis leadership. Crisis leadership adalah kemampuan memimpin di bawah tekanan yang terjadi akibat krisis. Karakter para pemimpin yang memiliki skill crisis leadership akan membantu mereka mengatasi dan menghadapi penyebab krisis yang terjadi serta membangun kapasitas untuk dapat bertahan dan menang di realita baru yang sedang dihadapi, misalnya di saat pandemi Covid-19 seperti saat ini.
Pemimpin yang memiliki crisis leadership berfokus pada tujuan, yakni melewati masa krisis dengan baik dan menyadari perannya sebagai orang terdepan yang akan diharapkan oleh bawahan untuk berkontribusi di tengah krisis dan menjadi role model tim dalam menyelesaikan masalah.
Skill kepemimpinan ini memungkinkan pemimpin melihat gambaran besar dari suatu masalah untuk mengetahui korelasi sebab akibat yang ditimbulkan satu sama lain dan menggali setiap konsekuensi dari setiap tindakan.
Hal ini tentunya akan membuat pemimpin melihat setiap masalah secara realistis dan terbuka terhadap berbagai opsi penyelesaian masalah untuk mempertimbangkan beberapa pendakatan misalnya dengan metode brainstroming, yaitu sebuah metode yang umumnya digunakan untuk menemukan ide-ide baru yang didasarkan pada spontanitas dan kreativitas tim, agar dapat menyelesaikan situasi krisis dengan tepat meskipun pemimpin tersebut telah memikili banyak preferensi solusi.
Apabila kita mengaitkan dengan banyaknya aspirasi, kritik, dan pendapat masyarakat terhadap penanganan dan kepemimpinan pemerintahan sejak Covid-19 melanda, pastinya seorang pemimpin harus dengan bijak memilih dan mempertimbangkan inovasi dan kebijakan apa yang harus mereka lakukan untuk dapat membawa negara keluar dari setiap masalah dan dampak dari Covid-19.
Dengan skill kepemimpiman crisis leadership, setiap pemimpin akan mampu mengambil keputusan untuk sebuah solusi dengan bertanggung jawab serta memastikan efektivitas setiap solusi, dan berkolaborasi dengan berbagai pihak agar dapat mendukung setiap proses implementasi dari setiap keputusan, sehingga tercipta perbaikan dan perkembangan yang baik dalam suatu masalah.
Selain itu, pemimpin dengan skill crisis leadership juga bersedia mendengarkan unpopular advice dari berbagai cara pandang sekalipun berbeda dari pendapatnya dan manampung berbagai macam opsi pilihan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam penanganan setiap masalah.
Jika seluruh kemampuan dan kapabilitas seorang pemimpin di atas dimiliki oleh setiap pemimpin, tentu akan terjadi perubahan besar dalam sebuah tekanan krisis terhadap apa yang dipimpin oleh seorang pemimpin.
Terlebih lagi, seiring bertambahnya tahun, sosok dan gaya kepemimpinan yang memiliki value kepemimpinan akan semakin dibutuhkan untuk memimpin dan membawa kita keluar dari krisis pandemi Covid-19.
Apabila setiap pemimpin dapat meningkatkan karakteristik dan memperkuat nilai kepemimpinannya dengan 5 karakteristik sebelumnya dan skill crisis leadership, maka bukan tidak mungkin perilaku serta nilai-nilai yang dapat mendukung organisasi dan anggotanya akan semakin kuat selama berapa lama pun krisis berlangsung, dan dapat mempersiapkan organisasi dengan baik untuk tantangan skala besar berikutnya.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Mengupas Tantangan dan Indikator Awal Kredibilitas Pemimpin di Hari Pertama
-
Apakah Memilih Pemimpin yang Salah Termasuk Dosa? Ini Penjelasan Buya Yahya
-
Dari Bilik Suara, Anak Muda Tentukan Nasib Daerah di Pilkada 2024
-
Mendagri Tito Ancam Copot PJ Gubernur dan ASN yang Tak Netral di Pemilu 2024
-
Dari Hati ke Bilik Suara: Doa Memilih Pemimpin yang Peduli Rakyat
Kolom
-
Apatis atau Aktif? Menguak Peran Pemilih Muda dalam Pilkada
-
Mengupas Tantangan dan Indikator Awal Kredibilitas Pemimpin di Hari Pertama
-
Mempelajari Efektivitas Template Braille pada Pesta Demokrasi
-
Transparansi Menjaga Demokrasi di Balik Layar Pemilu, Wacana atau Nyata?
-
Polemik KPU Menghadapi Tekanan Menjaga Netralitas dan Kepercayaan Publik
Terkini
-
Ulasan Buku Bersyukur Tanpa Libur: Belajar Menerima Apa yang Kita Miliki
-
3 Rekomendasi Film Maddie Ziegler yang Wajib Kamu Saksikan, Ada My Old Ass!
-
Calvin Verdonk Singgung Taktik Shin Tae-yong di Timnas Indonesia, Ini Alasannya
-
Bae Doona dan Ryoo Seung Bum Bersatu Hadapi Villain di Drama Korea Family Matters
-
Bersaing dengan 2 Seniornya, Apakah Arkhan Kaka Bisa Dilirik oleh STY?