Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Hayuning Ratri
Ilustrasi bendera merah putih (Pixabay.com/Mufid Majnun).

Indonesia telah genap berusia 76 tahun. Biasanya pada bulan Agustus, masyarakat akan mengibarkan bendera merah putih di depan rumahnya untuk merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia. Nuansa merah putih kental menyelimuti jalan-jalan setiap sudut kota.

Saat proklamasi Kemerdekaan RI, bendera Merah Putih hasil jahitan Fatmawati dikibarkan oleh Latief Hendraningrat, Suhut, dan SK Trimurti. Bendera yang akhirnya disebut sebagai Bendera Pusaka ini ternyata sempat dirobek menjadi dua karena suatu alasan. Apa alasannya? Yuk simak penjelasan berikut!

Perjuangan Bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan tidaklah mudah. Meskipun kemerdekaan telah digaungkan pada tanggal 17 Agustus 1945, hal ini tidak serta merta membuat perjuangan para pahlawan berhenti. Pasalnya, Belanda masih mempunyai niatan untuk bisa menguasai Indonesia lagi.

Sekitar dua tahun setelah Indonesia merdeka, Belanda berusaha melancarkan Agresi Militer Belanda I. Agresi ini tepatnya dilakukan dari 21 Juli 1947 hingga 5 Agustus 1947. Belanda melakukan agresi karena menganggap Indonesia telah melanggar Perjanjian Linggarjati. Agresi dapat berakhir setelah Belanda ditekan pihak internasional termasuk PBB agar segera meninggalkan Indonesia.

Tak cukup sampai di situ, Belanda kembali berupaya merebut Indonesia dengan melakukan Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948. Yogyakarta yang saat itu menjadi ibukota RI turut menjadi sasaran Belanda.

Menyikapi situasi darurat, Soekarno meminta ajudannya yakni Husein Mutahar untuk menyelamatkan Bendera Pusaka Merah Putih. Presiden Indonesia yang pertama tersebut mengamanatkan supaya Mutahar menjaga Sang Saka Merah Putih agar jangan sampai berada di tangan musuh.

Tak selang lama, Soekarno berhasil ditangkap oleh Belanda. Bapak Proklamator itu diasingkan ke daerah Parapat, Sumatera Utara. Namun, selanjutnya ia dipindahkan ke Muntok, Bangka.

Mutahar yang mengetahui Soekarno telah ditangkap menjadi khawatir dan resah. Ia memahami betul bahwa Belanda turut mengincar dirinya. Menyikapi hal ini, Mutahar dengan terpaksa memutuskan untuk merobek Sang Saka Merah Putih. Bendera jahitan Fatmawati ini dirobek menjadi dua bagian yakni merah dan putih. Kemudian, masing-masing bagian disimpan ke dalam dua tas yang berlainan. Tindakan ini diambil tak lain untuk mengelabui Belanda.

Cara yang dlakukan Mutahar nyatanya berhasil. Saat Belanda menangkap Mutahar, mereka tidak mengetahui bahwa Mutahar yang menyimpan Bendera Pusaka. Setelah ditangkap, Mutahar dikirim ke daerah Semarang untuk diasingkan. Nasib baik, ia bisa melarikan diri dan pergi menuju Jakarta.

Setelah sempat dirobek, akhirnya Bendera Pusaka itu dijahit lagi oleh Mutahar dengan memakai mesin jahit pinjaman. Berikutnya, Sang Saka dititipkan kepada Soedjono, seorang delegasi Indonesia yang akan pergi ke Bangka, tempat Soekarno diasingkan. Bendera Pusaka pun kembali ke tangan Soekarno.

Hayuning Ratri