Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Funcrev Id
Go-jek, salah satu e-commerce yang berkembang di Indonesia. [unsplash]

Perusahaan-perusahaan e-commerce di Indonesia telah mengalami kenaikan volume penjualan yang cukup tinggi dengan semakin banyaknya masyarakat yang menerapkan physical distancing di tengah wabah pandemi Covid-19.

Pemerintah juga mulai melirik sektor e-commerce ini sebagai salah satu solusi untuk mengatasi defisit pajak akibat pelambatan ekonomi yang terjadi akibat pandemi.

Peningkatan peranan e-commerce ini juga sejalan dengan ditetapkannya peraturan pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah. Adanya pemberlakuan ini mengharuskan masyarakat untuk melakukan pembatasan dengan lingkungan dan terus berada di rumah.

Sinyalir diberlakukannya peraturan tersebut masyarakat yang dibatasi interaksinya di luar rumah akan berusaha untuk mencari alternatif lain agar kebutuhan hidupnya terpenuhi. Alternatif yang banyak dipilih tersebut tidak lain adalah berpindahnya kegiatan sektor jual beli masyarakat ke e-commerce yang banyak beredar di Internet.

Dampak pembatasan sosial terhadap pertumbuhan e-commerce

Peningkatan minat konsumen ini tentu saja memberikan dampak yang besar terhadap perkembangan e-commerce.

Dilansir dari Bisnis.com, E-commerce sebenarnya sudah mampu menarik banyak konsumen di Indonesia bahkan sebelum terjadinya wabah COVID-19. E-commerce juga merupakan salah satu pendorong utama yang menjadikan Indonesia sebagai negara dengan nilai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara mencapai $40 miliar pada tahun 2019 dan dipresiksi meningkat hingga $130 miliar pada tahun 2025.

Dengan semakin banyaknya toko retail dan konsumen yang terpaksa beralih ke e-commerce, pertumbuhannya juga semakin dapat ditingkatkan lebih jauh.

Tidak hanya itu, perubahan dinamika pasar yang disebabkan oleh pandemi juga menciptakan peluang besar bagi layanan pengiriman makanan online. Kepala pasar seperti Go-Food dan Grab Food, yang dapat diakses melalui Go-Jek dan Grab telah menerapkan mekanisme pengiriman tanpa kontak dengan prosedur kebersihan yang ketat untuk terus dapat melayani konsumen.

Apakah e-commerce memiliki peranan penting selama masa pandemi?

Dilihat dari tingginya minat masyarakat dalam menggunakan berbagai layanan baik itu untuk membeli barang-barang, kebutuhan pokok, makanan, tiket, bahkan layanan kesehatan sekalipun, kehadiran e-commerce selama pandemi dinilai penting.

Disadur dari icube, menurut IdEA, penjualan e-commerce meningkat 25% selama pandemi. Volume transaksi meningkat hingga 78% dibandingkan tahun 2019. Pertumbuhan e-commerce mendadak meningkat berkali-kali lipat dibandingkan yang diprediksi.

Selain untuk mengurangi kontak langsung antara penjual/penyedia layanan dengan pembeli/pemakai layanan, e-commerce juga dinilai penting dalam membangun tren belanja baru yang lebih memudahkan konsumen.

Hadirnya berbagai layanan lembayaran via dompet digital menjadi metode pembayaran pilihan banyak orang selama pandemi. Pasalnya, metode ini minim kontak sehingga mengurangi risiko penularan. Terlebih lagi, saat ini semakin banyak bermunculan platform pembayaran digital.

Tingginya minat masyarakat tersebut menjadikan peran e-commerce sebagai penopang kebutuhan hidup sehari-hari menjadi penting keberadaannya. Masyarakat juga merasa sangat dimudahkan dengan hadirnya berbagai layanan yang diberikan e-commerce.

Funcrev Id