
Mengapa perilaku konsumtif bisa terjadi? Hal ini didorong oleh keinginan kita untuk memperoleh suatu barang. Padahal barang tersebut tidak terlalu penting untuk kita gunakan. Namun, untuk saat ini, kita hidup di era globalisasi di mana gaya hidup yang semakin tinggi menyebabkan perilaku konsumtif pun muncul dengan sendirinya.
Kebijakan ekonomi terbuka pula menambah akses kita untuk mengonsumsi barang atau jasa. Bukan hanya produk dalam negeri, tetapi juga luar negeri. Kemudahan mengakses internet dan diikuti hadirnya berbagai macam situs jual beli online semakin memudahkan kita untuk berbelanja hingga ke seluruh penjuru dunia.
Seperti yang kita ketahui bahwa dengan adanya pasar terbuka ini, berbagai macam barang impor akan masuk ke pasar Indonesia. Kehadirannya pun disambut baik oleh konsumen yang ada di Indonesia, karena kualitasnya baik, serta harganya terjangkau.
Aktivitas pasar terbuka ini memberikan beberapa kemudahan atau pengaruh positif bagi negars. Namun, di sisi lain juga memiliki pengaruh negatif bagi perekonomian negara kita, salah satunya adalah dengan menjamurnya produk impor dari luar negeri.
Menjamurnya barang impor menyebabkan produk lokal kurang diminati. Sebab, harganya dirasa dibandrol terlalu tinggi, sedangkan untuk produk impor sedikit lebih terjangkau bagi masyarakat Indonesia.
Kembali pada judul yang akan kita bahas di atas, lalu bagaimana apabila produk luar negeri menguasai pasar di dalam negeri? Tentunya hal ini akan memberikan dampak negatif bagi perekonomian negara, karena akan menyebabkan para pengusaha lokal kesulitan untuk memasarkan produknya. Nantinya, mungkin banyak dari mereka yang mengalami kebangkrutan.
Sedangkan untuk perekonomian kita beberapa tahun belakangan ini, Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau UMKM memiliki kontribusi yang sangat penting bagi pendapatan negara. Oleh sebab itu, apabila banyak dari pengusaha Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang memilih gulung tikar, akan menyebabkan penurunan pendapatan bagi negara. Sebab, ada salah satu sektornya yang tidak berjalan sebagai mana mestinya.
Apabila regulasi secara tepat tidak kunjung diputuskan oleh pemerintah, maka kita akan dihadapkan kepada neraca perdagangan yang condong lebih besar di biaya konsumsi, dalam hal ini ialah aktivitas impor barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat indonesia sehari-hari.
Selanjutnya, bagaimana nilai kurs rupiah kita menghadapi hal di atas? Tentunya kita akan mengalami penurunan pendapatan karena ketimpangan neraca perdagangan di atas. Nantinya, nilai rupiah akan melemah karena permintaannya juga melemah. Sebaliknya, apabila kegiatan ekspor lebih besar, maka permintaan akan rupiah akan meningkat. Hal ini akan menyebabkan nilai rupiah akan meningkat terhadap mata uang asing.
Seperti diketahui, untuk menjaga nilai tukar rupiah, setidaknya kita harus menahan membeli barang impor dan membelanjakan uang pada produk lokal. Apabila memiliki mata uang asing, sebaiknya kita tukarkan pada mata uang rupiah. Selanjutnya, menciptakan inovasi usaha kreatif yang berorientasi pada aktivitas ekspor.
Tag
Baca Juga
Artikel Terkait
Kolom
-
Mie Ayam, Bukti Cinta Ibu untuk Anak di Perantauan: Jangan Lupa Makan, Nak!
-
Rendang Kiriman Ibu: Sepiring Rindu di Tanah Perantauan
-
Klub Baca: Ruang Aman Gen Z untuk Bersuara Tanpa Takut Dihakimi
-
Epilog Sendu Semangkuk Mie Ayam dan Segelas Es Teh di Bawah Hujan
-
Generasi Urban Minimalis: Kehidupan Simpel untuk Lawan Konsumerisme
Terkini
-
Marselinus Ama Ola Luput dari Panggilan Gerald Vanenburg, Akui Kecewa?
-
Nyaris Sempurna! Ini Alasan Samsung Galaxy S24 FE Wajib Masuk Wishlist Kamu
-
Review Film Jalan Pulang: Teror Sosok Misterius yang Penuh Dendam
-
Mandiri Jogja Marathon 2025 Jadi Event Sport Berbalut Kampanye Lingkungan dan Kearifan Lokal
-
Mandiri Jogja Marathon 2025 dan Misi Keberlanjutan Mandiri Looping for Life