Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Muhammad Fariz Kurniawan
Ilustrasi Mesin Tik (unsplash/PereanuSebastian)

Sejak bulan April 2021 silam, saya terbilang cukup aktif mengikuti sebuah kegiatan yang bernama menulis buku antologi. Berawal dari sebuah keisengan mengikuti suatu event menulis di Instagram, saya kemudian menjadi kecanduan untuk menjadi kontributor di beberapa judul buku antologi.

Hingga saat ini, tercatat tulisan saya telah termaktub di dalam 4 buku antologi. Bila dibandingkan dengan teman-teman saya yang sama-sama merupakan penulis, jumlah tersebut tentu bukan apa-apa. Saya masih kalah produktif dengan mereka. 

Selama mengikuti kegiatan menulis buku antologi, ada beberapa manfaat yang kemudian bisa saya temukan. Mau tahu apa saja manfaatnya? Silakan scroll down tulisan saya ini sampai habis.

1. Membukukan Karya dengan Mudah

Bagi yang ingin menerbitkan buku namun merasa malas untuk mengetik sebanyak ratusan halaman, menulis buku antologi bisa menjadi solusinya. Selama saya menjadi kontributor pada beberapa proyek buku antologi, saya hanya perlu menulis maksimal 7 halaman A5 atau tak sampai 1000 kata.

Meskipun demikian, saya pribadi harus rela apabila nama sendiri tidak tercantum di bagian cover depan buku antologi. Pasalnya, hanya ada nama penyelenggara event atau beberapa nama penulis saja yang terpampang di sana.

Saya pribadi tak mau ambil pusing dengan hal di atas. Yang terpenting bagi saya adalah bagaimana caranya agar tulisan saya bisa nimbrung di dalam sebuah buku. Kalau bisa sih, ya di buku solo. Hehehe. 

2. Belajar Manajemen Diri Sendiri

Selain dapat membukukan karya dengan mudah, belajar manajemen diri menjadi manfaat lain dari menulis buku antologi. Selama mengikuti ajang menulis buku antologi, saya harus berpacu dengan deadline yang terbilang cukup ketat.

Biasanya, waktu yang diberikan oleh penyelenggara event untuk menyelesaikan suatu tulisan kurang dari satu minggu. Di samping itu, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar tulisan saya dapat dimuat di dalam buku antologi.

Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Terlebih saya pribadi terbilang cukup aktif menulis di media online. Oleh karena itu, saya harus bisa memilih mana bahan tulisan yang dimasukkan ke dalam proyek buku antologi dan mana yang di-submit ke media online. 

3. Belajar Bisnis

Manfaat selanjutnya yang bisa didapatkan dari menulis buku antologi adalah dapat belajar bisnis. Selama menjadi kontributor di beberapa judul buku antologi, saya tidak hanya bertugas untuk menyumbangkan tulisan saja. Saya juga dituntut untuk melakukan penjualan meskipun hal tersebut sebenarnya tidak wajib. 

Sudah pasti yang namanya kegiatan penjualan buku antologi akan menyinggung hal-hal yang terkait dengan bisnis. Bermula dari hal tersebut, saya kemudian mempelajari pemasaran, pelayanan, hingga teknis pengiriman barang kepada pembeli. Kalau boleh dibilang, kegiatan menjual buku antologi berhasil memaksa saya keluar dari zona nyaman sebagai seorang introvert.

4. Menambah Teman atau Followers Baru

Menambah teman atau followers baru juga termasuk manfaat lain dari menulis buku antologi. Secara tidak langsung, menulis buku antologi bisa menjadi ajang menambah teman atau followers di media sosial secara organik. Dalam hal ini, saya merasakannya melalui grup WhatsApp yang dikelola oleh penerbit atau pencetus proyek buku antologi.

Di samping membahas masalah teknis seputar buku antologi, ada kalanya terdapat kontributor atau peserta grup WhatsApp yang akan mencantumkan nama akun Instagramnya. Tujuannya, ya tentu saja agar akun Instagramnya di-follow oleh orang lain. Kemudian, peserta grup lainnya-termasuk saya sendiri-mengikuti hal tersebut. 

Dampaknya, followers saya di Instagram pun kemudian bertambah secara alami. Dengan demikian, saya tak perlu mengeluarkan effort yang begitu keras apalagi uang untuk memperoleh segelintir followers.

5. Meningkatkan Level Karir

Terakhir, menulis buku antologi bisa saja menjadi jalan bagi seseorang untuk meningkatkan level karirnya. Saya sendiri baru mengetahui hal tersebut ketika saya iseng-iseng bertanya di dalam suatu grup WhatsApp. 

Salah satu peserta grup WhatsApp mengatakan bahwa kegiatan menulis buku antologi bisa menjadi angka kredit untuk kenaikan pangkat PNS. Syaratnya, buku antologi tersebut maksimal hanya boleh memuat empat penulis (kontributor) saja di dalamnya. Sementara semua proyek buku antologi yang saya ikuti selama ini bisa memuat tulisan dari puluhan bahkan ratusan kontributor.

Di samping lima manfaat yang telah saya sebutkan di atas, ada beberapa manfaat lainnya yang bisa didapatkan dari kegiatan menulis buku antologi. Misalnya saja melatih kemampuan menulis, menumbuhkan rasa percaya diri, dan lainnya. 

Itulah kelima manfaat yang bisa didapatkan dari menulis buku antologi. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat sekaligus menginspirasi bagi para pembaca, terutama bagi teman-teman yang berkecimpung di dalam dunia kepenulisan seperti saya.  

Muhammad Fariz Kurniawan