Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Naya Rizka
Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina Wajed. (AFP)

Kehadiran pandemi Covid-19 telah mendorong setiap pemimpin negara di dunia untuk melakukan strategi terbaik dalam penanganannya. Kebijakan-kebijakan seperti lockdown, perintah untuk tidak keluar rumah, pelacakan kontak, hingga vaksinasi, diterapkan di berbagai negara untuk menekan angka penularan. Namun, pada dasarnya. kebijakan yang diimplementasikan oleh pemerintah di setiap negara pun bervariasi dan menghadapi tantangan yang berbeda-beda pula. Sehingga, keefektifan atau keberhasilannya juga beragam. 

Di samping faktor-faktor lain yang berpengaruh, pandangan mengenai keberhasilan penanganan pandemi tidak jarang dikaitkan dengan kepemimpinan perempuan, yang kerap dipotret memiliki manajemen lebih baik. Menurut UN Women (2020), para pemimpin perempuan di sejumlah negara telah menunjukkan keunggulannya dalam memberikan respons terhadap pandemi.

Kepala pemerintahan perempuan, seperti yang terdapat di Denmark, Finlandia, Jerman, maupun Selandia Baru, telah dipuji atas keefektifannya dalam mengelola krisis Covid-19. Selain dari negara-negara tersebut, keberhasilan pemimpin perempuan dalam merespons bencana pandemi pun dapat ditemukan juga di Bangladesh.

Sosok Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina telah disoroti sebagai salah satu pemimpin perempuan inspiratif, dengan kesuksesan penanganannya terhadap pandemi Covid-19. Hal ini disebabkan karena pengambilan keputusan atas kebijakannya yang cenderung berhasil sejak awal pandemi. Ia pun dikenal sebagai chief-panic diffuser, karena tindakannya yang secara terbuka melakukan siaran langsung nasional bersama pekerja garis terdepan, dan memberikan komunikasi serta arahan yang jelas.

Pada awal Februari 2020, pemerintah Bangladesh mulai mengevakuasi warganya yang berada di Tiongkok untuk kembali. Setelah kasus pertama Covid-19 diketahui pada awal Maret 2020, Sheikh Hasina kemudian langsung bertindak sigap dengan menutup seluruh institusi pendidikan dan mengalihkan berbagai bentuk bisnis yang tidak penting menjadi daring. Ia lalu juga menerapkan perangkat penyaringan di bandara internasional yang menyaring sekitar 650.000 orang, yang mana 37.000 di antaranya segera di karantina.

Berdasarkan The Daily Star, dari total 549.000 kasus corona hingga 6 Maret 2021 di Bangladesh, terdapat 501.966 yang sembuh. Di samping itu, terdapat sebanyak 8.451 orang yang meninggal, yang mana ini termasuk ke dalam salah satu rasio infeksi dan kematian yang rendah. Sementara itu, Bangladesh mampu mengontrol tingkat penularan dengan cepat.

Gelombag kedua pandemi menyebabkan kondisi kian buruk. Hal itu diperparah oleh masyarakat yang enggan mengikuti aturan keselamatan. Namun, perdana menteri negara tersebut pun kembali berhasil mengendalikan laju penularan virus Covid-19. Caranya yakni dengan memberlakukan lockdown di saat yang tepat. Setelah tiga minggu diterapkan, tingkat jumlah pasien yang diperiksa per hari turun menjadi 9 persen, dari yang sebelumnya mencapai 22 hingga 25 persen. Terkait vaksin, Bangladesh juga merupakan salah satu negara pertama yang memulai kampanye vaksinasi Covid-19.

Pemerintah Sheikh Hasina juga berupaya untuk memberikan berbagai macam bantuan, terutama kepada masyarakat miskin. Pelayanan medis pun juga diberikan secara gratis kepada masyarakat yang terdampak oleh pandemi. Untuk menjaga perekonomian tetap bertahan, pemerintah menerapkan paket insentif besar.

Dengan menargetkan masyarakat yang paling rentan, peluncuran stimulus ekonomi tersebut dilaksanakan secara langsung di bawah pengawasan Sheikh Hasina. Meskipun bantuan yang diberikan belum mencapai pada tingkat yang diinginkan, tetapi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Bangladesh tersebut sudah cukup tepat untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat di masa krisis ini.

Dalam bidang ekonomi, pemerintah Sheikh Hasina telah berhasil membawa Bangladesh menjadi salah satu negara yang mampu memulihkan perekonomiannya selama pandemi. Di saat berbagai negara mengalami penurunan dalam pertumbuhannya, Bangladesh justru mampu mencegah resesi, bahkan mencapai pertumbuhan ekonomi.

Kemudian, tercatat bahwa produktivitas agrikultur Bangladesh, bersamaan dengan pengiriman uang asing, sangat kuat dalam di tengah pandemi ini. Pemerintah juga telah memutuskan untuk membuka toko dan pusat perbelanjaan sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat yang terlibat dalam bisnis, meskipun di sisi lain ini dapat berdampak terhadap angka penularan yang semakin tinggi. Oleh karena itu, Sheikh Hasina secara tegas pun berulang kali mendesak warga negara untuk mematuhi protokol kesehatan. 

Berangkat dari berbagai bentuk penanganan di atas, dapat dilihat bahwa pemerintahan Sheikh Hasina patut diapresiasi atas segala tindakan dan keberhasilannya dalam menangani pandemi Covid-19 di Bangladesh.

Meskipun situasi kedepannya masih tidak dapat dipastikan, tetapi sejauh ini Perdana Menteri Sheikh Hasina telah berupaya sebaik mungkin untuk melindungi masyarakat dari bahaya virus corona, dan menjaga ketahanan perekonomian Bangladesh.

Naya Rizka