Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Albertus Hardi
ilustrasi sekolah anak. (Pexels/Max Fischer)

Wabah penyakit Covid-19 membawa dampak yang begitu besar bagi kehidupan dunia. Kehadirannya seakan membuat manusia tidak lagi mampu berbuat apa-apa. Wabah Covid-19 menyebabkan perubahan yang begitu  begitu besar dalam segala aspek kehidupan manusia. Segala aktivitas manusia dibatasi dan harus dilakukan dari rumah. Bahkan, wabah Covid-19 ini sangat berpengaruh banyak pada bidang pendidikan. Semua bentuk kegiatan belajar mengajar harus dilakukan secara online dari rumah tanpa melakukan belajar tatap muka dengan guru di sekolah. Peserta didik seakan kehilangan guru sebagai orang yang menjadi teladan mereka. Tentu hal ini sangat berpengaruh terhadap penurunan moral dan karakter dalam diri siswa. Sebagai penerus bangsa, moral dan karakter siswa yang rendah ini sangat berdampak buruk terhadap masa depan bangsa

Sesuai arahan presiden Joko Widodo, pendidikan karakter pada jenjang pendidikan dasar mendapatkan porsi yang lebih besar dibandingkan pendidikan yang mengajarkan pengetahuan. Untuk sekolah dasar sebesar 70 persen, sedangkan untuk sekolah menengah pertama sebesar 60 persen. Namun, apakah pendidikan karakter dapat berjalan di tengah krisis Covid-19? 

Perlu kita ketahui, seseorang dikatakan bernilai dan bermanfaat dalam lingkungan  masyarakat apabila memiliki karakter yang baik, sementara kepintaran hanya menjadi nilai tambah.  Karakter menjadi  fondasi yang kokoh dalam kehidupan seseorang  dimana seluruh aspek dalam kehidupannya didasarkan pada pembentukan karakter yang baik. Pembentukan karakter seseorang tidak bisa hanya dibentuk dengan teori dan penjelasan saja, dalam pembentukan karakter harus diikuti oleh pembiasaan atau kebiasaan. Guru sebagai tenaga pendidik harus lebih memperhatikan pendidikan karakter dan bukan hanya memfokuskan pada pengajaran yang menekankan pada kecerdasan intelektual anak, karena tujuan pendidikan bukan hanya untuk menghasilkan manusia yang pintar secara intelektual tapi lebih kepada menghasilkan manusia yang berkarakter baik.

Namun, di tengah wabah Covid-19 guru kesulitan mengontrol perilaku siswanya.Semua bentuk pembelajaran hanya berupa penjelasan dan teori. Sistem pendidikan berbasis online seakan menjadikan pendidikan hanya untuk kecerdasan intelektual anak. Tanpa memperhatikan perkembangan karakternya. Dengan melihat dampak ini sebagian besar masyarakat Indonesia masih memandang ruang kelas sebagai sekolah yang sesungguhnya dan kelas online itu tidak efektif. Tentu hal ini bukan Menjadi kesalahan guru atau siapa pun. Tapi, karena kondisi sekarang yang tidak memungkinkan melakukan pembelajaran secara tatap muka.

Dalam kondisi seperti ini orang tua memiliki tanggung jawab penuh dalam pembentukan karakter anaknya. Keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama seorang anak memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan sikap dan karakter anak. Namun, seringkali kita temukan masih ada orangtua yang  menganggap pembentukan karakter anaknya hanya bisa dilakukan oleh guru di sekolah. Hal ini muncul karena masih kurangnya pemahaman kita sebagai orangtua dalam pendidikan karakter anak.

Di tengah krisis pandemi Covid-19 ini, orang tua  berkewajiban mendampingi anak dan memberikan edukasi untuk meningkatkan motivasi belajar anak, dimana anak di tuntut untuk di rumah saja. Orang tua juga harus membentuk kebiasaan pada diri anaknya, dengan cara mengarahkan anaknya untuk selalu mengerjakan tugas yang diberikan guru, mengarahkannya untuk belajar dan mengarahkan anak untuk selalu melakukan hal yang positif. Hal ini dilakukan  untuk membentuk kepribadian dan karakter anak.

Dengan diperkuatnya pendidikan karakter yang dilakukan oleh keluarga di tengah wabah Covid-19 semua permasalahan di atas dapat kita atasi.

Albertus Hardi

Baca Juga