Pendidikan merupakan suatu proses yang berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Pendidikan tidak hanya terbatas pada mata pelajaran tertentu tetapi juga hal-hal baru yang terjadi di dunia, seperti esports. Olahraga kompetitif berbasis game ini telah mampu menarik jutaan anak muda di seluruh dunia, termasuk pelajar di Indonesia. Namun, masih banyak masyarakat awam seperti guru yang terbelalak oleh tingginya minat bermain game bagi anak muda zaman sekarang.
Kontradiksi pun muncul, khususnya di kalangan masyarakat dan dunia pendidikan tanah air. Sinyalemen bermunculan bahwa main game bukanlah proses belajar, game hanya bertujuan menghibur, kebalikannya dari belajar, dan game bisa membuat daya pikir menurun.
Tentu saja, pernyataan di atas perlu diluruskan, pertama adalah perbedaan antara bermain game secara kausal dan esports. Mudahnya, pembeda kedua kebiasaan tersebut adalah motivasi dan tujuan. Bermain game secara kausal memang untuk kesenangan, sehingga motivasi pemainnya pun semata hanya untuk mengisi waktu luang atau sekadar melepas penat. Namun lain halnya untuk esport berbeda dengan game-game kebanyakan. esport mempunyai kedudukan yang sama dengan olahraga konvensional seperti sepak bola, bola basket dan lain-lain. Esport mempunyai jenjang karir dan dan bahkan sudah dilombakan di ajang-ajang resmi olahraga seperti PON, Sea Games, dan Asian Games. Maka dari itu sekolah sebagai tempat untuk menggali potensi peserta didik harus dapat memfasilitasi mereka untuk mengembangkan minat dan bakatnya.
Fenomena banyaknya pelajar yang ingin menjadi atlet esport harus mendapat dukungan dari sekolah. Dukungan tersebut bisa berupa ekstrakurikuler esport yang sama kedudukannya dengan ekstrakulikuler yang sudah ada sebelumnya, namun tetap perlu memperhatikan karakter pelajar dan tempat dimana pelajar tinggal. Serta semua itu perlu pengawasan dari semua pihak, terutama guru dan orang tua agar para pelajar memang terarah dalam mengembangkan bakat dan minatnya di bidang esport. Kehadiran ekstrakulikuler esports di jenjang pendidikan bisa digunakan sebagai wadah pengembangan potensi, sekaligus fondasi edukasi tentang dunia esports, supaya para siswa memiliki pola pikir yang benar.
Artikel Terkait
-
Pendidikan dan Latar Belakang Ning Imaz yang Dihina Eko Kuntadhi
-
ROG Phone 6 Series, Tunggu Rilisan Teranyar ASUS
-
Kekerasan di Dunia Pendidikan: Pelajar SMK di Mojokerto Dibacok, Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung Dianiaya
-
Mesti Tahu, Begini Cara Terhindar dari Gangguan Kejahatan Siber
-
Pelajar 'Dikepruk' Kepalanya, Pembuluh Darah Pecah, Tengkorak Remuk Sampai Serpihannya Menekan Otak
Kolom
-
Pembongkaran Parkiran Abu Bakar Ali: Antara Penataan Malioboro dan Nasib Masyarakat
-
Kopinya Mahal, Tapi Gaji Barista Tetap Pas-pasan
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
-
Krisis Kepercayaan Publik: Rakyat Dapat Apa dari Reshuffle Kabinet?
-
Menagih Kembali Tuntutan Rakyat 17+8, Sudah Sejauh Mana?
Terkini
-
Sinopsis Film Horor Getih Ireng: Teror Santet yang Bikin Merinding!
-
Kualifikasi AFC U-23 dan 2 Kaki Timnas Indonesia yang Berdiri Saling Menjauhkan
-
Anchor Bikin Candu: Posisi Idaman dalam Futsal
-
Liburan ala Gen Z di Jogja: 6 Spot Hits yang Wajib Masuk Itinerary
-
Comeback, Liu Te Dikabarkan Bintangi Mini Drama Promise You The Stars