Saat ditanya tentang alasan menulis, pasti setiap orang mempunyai beribu alasan. Dari mulai iseng, hingga sengaja untuk menghasilkan uang. Bahkan tidak sedikit orang menggantungkan hidupnya dari menulis. Itu sah-sah saja.
Jika merunut dari peradaban manusia, profesi menulis harus diakui merupakan sebuah profesi yang keren. Mereka masuk dalam golongan elite dalam masalah wawasan keilmuan. Bahkan di Yunani maupun Cina, kedudukan penulis begitu tingginya sehingga , keberadaannya tidak pernah jauh dari penguasa.
Contoh yang paling menarik, betapa kemajuan bidang keilmuan, termasuk budaya berpangkal dari kegiatan ini. Para filsuf Yunani maupun Cina, melalui perenungan yang luar biasa, banyak menghasilkan pemikiran-pemikiran yang begitu cemerlang. Demikian pula berbagai penemuan di bidang teknologi. Tidak jarang penemuan mereka berasal dari angan-angan seorang penulis. Keren, kan?
Nah, bagi kelasnya kita, mungkin kegiatan kepenulisan kita belum sampai pada tahap itu. Sebagian besar masih menggunakan kegiatan menulis sebagai selingan saja. Terkadang menjadi cara untuk melepaskan isi hati yang sedang galau mungkin. Atau mungkin juga untuk menuangkan ide-ide yang bergejolak di dalam benak kita.
Namun di atas semua itu, ada salah satu hal menarik berkaitan dengan kegiatan menulis. Diakui atau tidak, menulis menjadi jurus ampuh untuk melawan kepikunan. Hal ini terutama pada mereka yang masih menulis hingga usia 50 atau 60-an ke atas. Ketekunan mereka dalam menjalani kegiatan ini, ternyata membuat otak terus bergerak. Aktivitas inilah yang mampu menahan kepikunan.
Penjelasan tentang hal ini, tidak terlalu sulit. Saat seseorang menulis, dipastikan dia membutuhkan bahan tulisan atau pun data. Ini bukan hal yang mudah. Setelah bahan tulisan atau data kita didapat, saatnya untuk merangkainya dalam sebuah kalimat, dan pada akhirnya berujung pada produk sebuah tulisan.
Semua ini jangan dianggap sepele. Justru runtutan kegiatan inilah yang membawa orang-orang yang senang menulis untuk senantiasa hidup. Nah, rasanya tidak ada alasan untuk berhenti untuk menulis.
Baca Juga
-
Dilengserkan dari Kursi Pelatih, Nasib Jesus Casas Mirip Shin Tae-yong
-
3 Hal yang Membuat Prestasi Timnas Indonesia U-17 Layak Mendapat Apresiasi
-
Tanpa Gustavo Almeida, Persija Jakarta Hadapi Madura United FC di Bangkalan
-
Jamu CAHN FC, PSM Makassar Optimis Mampu Tembus Babak Final ACC 2025
-
Gegara Belum Pulih Cedera, Anthony Ginting Harus Absen Lagi dari Badminton Asia Championships 2025
Artikel Terkait
-
Pelatnas PBSI Lakukan Rotasi Pelatih, Alasan Kesehatan Jadi Pemicu
-
Jadi Penulis Itu Pilihan, Bukan Pelarian
-
Belajar dari Tabiat Tom Lembong di Sidang, Intip Manfaat Menulis Menurut Ahli
-
Thom Haye Ungkap Punya Hobi Tak Biasa, Netizen Bingung: Bagaimana Konsepnya?
-
Fenomena Tsundoku: Mengapa Sering Membeli Buku Tapi Tidak Membacanya?
Kolom
-
Kartini di Antara Teks dan Tafsir: Membaca Ulang Emansipasi Lewat Tiga Buku
-
Refleksi Taman Siswa: Sekolah sebagai Arena Perjuangan Pendidikan Nasional
-
Kartini dan Gagasan tentang Perjuangan Emansipasi Perempuan
-
Nilai Tukar Rupiah Anjlok, Laba Menyusut: Suara Hati Pengusaha Indonesia
-
Mengulik Pacaran dalam Kacamata Sains dan Ilmu Budaya
Terkini
-
Final AFC U-17: Uzbekistan Lebih Siap untuk Menjadi Juara Dibandingkan Tim Tuan Rumah!
-
Media Asing Sebut Timnas Indonesia U-17 akan Tambah Pemain Diaspora Baru, Benarkah?
-
Ulasan Novel Monster Minister: Romansa di Kementerian yang Tak Berujung
-
Ulasan Novel The Confidante Plot: Diantara Manipulasi dan Ketulusan
-
Taemin Buka Suara Soal Rumor Kencan dengan Noze, Minta Fans Tetap Percaya