Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Putri nanda Tarisa
Ilustrasi menyalin tulisan.[pexels/Todoran Bogdan]

Tindakan plagiarisme kerap kali terjadi pada karya-karya intelektual dari bidang seni dan bidang akademik. Di mana tindakan plagiarisme merupakan bentuk pelanggaran etika yang harus dihindari oleh seorang seniman maupun akademisi. Apalagi tak sedikit pelaku plagiarisme merupakan seorang ahli yang sudah puluhan tahun berkecimpung di bidang tersebut.

Contohnya kasus plagiarisme yang dilakukan oleh seorang dosen di Universitas Gajah Mada pada tahun 2014 lalu. Melansir dari Kumparannews, seorang dosen bernama Anggito Abimanyu dari Fakultas Ekonomika dan Bisni UGM melakukan plagiarisme pada jurnal penelitian akademik yang ia publikasikan. Dosen tersebut menyatakan bahwa tindakannya dikarenakan oleh kesalahan dalam pengutipan referensi yang dimuat dalam jurnalnya. 

Kasus tersebut dapat menjadi contoh bahwa terkadang tindakan plagiarisme dilatarbelakangi oleh alasan yang terkesan tak logis. Karena seharusnya bisa dihindari dengan upaya-upaya tertentu. Contohnya melakukan check plagiasi pada software plagiarisme. Selain itu, ada juga beberapa alasan yang sering dilontarkan oleh pemula ketika ketahuan plagiarisme. Di antaranya yaitu lupa mencatat sumber referensi, kurangnya materi untuk bahan penulisan dan kurangnya kepercayaan diri terhadap tulisannya.

Jika diamati dengan seksama, alasan tersebut mungkin akan relevan dengan sosok pelajar seperti siswa SMA. Apalagi kasus plagiarisme paling sering terjadi di kalangan pelajar. Melansir dari website Jawapos.com, pengamat pendidikan bernama Indra Charismiadji menyebutkan bahwa persentase plagiarisme di tingkat pelajar SD hingga SMA sebanyak 94%.

Oleh karena itu, ikuti 3 hal ini untuk menghindari plagiarisme pada tulisanmu. 

1. Pastikan Langsung Menyalin Sumber Referensi yang Dirujuk dalam Tulisan

Alasan yang sering dilontarkan oleh pelajar ketika ketahuan plagiat yakni lupa mencatat atau menyalin referensi yang sudah dibaca lalu dirujuk pada tulisannya. Itu mungkin terkesan sepele bagi sebagian orang. Namun, hal itu untuk menghindari plagiarisme. Apalagi bagi pelajar yang memiliki kebiasaan membaca banyak rujukan sebelum menulis.

Oleh karena itu, penting untuk seorang penulis langsung menyalin sumber referensi yang digunakan sebagai bahan rujukan. Ingatlah, bahwa kejujuran dalam menyusun sebuah karya tulis merupakan hal penting yang harus dijunjung tinggi. Sebab itu akan mencerminkan etika dan identitas pelajar sebagai calon akademisi. 

2. Miliki Rasa Percaya Diri 

Sama seperti bidang yang lainnya menulis juga membutuhkan kepercayaan diri yang besar. Itu karena kepercayaan diri akan mempengaruhi kualitas tulisan Anda serta tindakan yang dapat menjerumuskan pada plagiarisme. Contohnya di sekolah, Anda diberi tugas untuk membuat tulisan tentang fenomena yang viral di media sosial.

Lalu, Anda memiliki harapan agar tulisan tersebut bisa selesai dengan cepat dan penulisannya bagus. Namun, sepanjang proses pengerjaanya Anda merasa ide dalam tulisan Anda tidak out fo the box. Akhirnya berujung pada tindakan menghapus tulisan berkali-kali hingga timbul perasaan putus asa untuk melanjutkan tulisannya. 

Di saat momen itulah terkadang beberapa pelajar terpikirkan untuk menyalin karya orang lain sebagai solusi tercepat. Melansir dari Klikdokter.com seorang Psikolog bernama Ikhsan Bella Persada, M.Psi., menuturkan bahwa kebiasaan plagiarisme dipengaruhi oleh ketimpangan antara keinginan seseorang dan kurangnya percaya diri untuk menunjukkan kemampuannya. Oleh karena itu, banyaklah membaca dan berlatih untuk menulis. Supaya ide-ide kreatif muncul dalam pikiran serta kita dapat lebih mengerti dengan kemampuan kita dalam menulis. Tanpa disadari kemampuan tersebut yang nantinya akan membantu kepercayaan diri kita menjadi lebih kuat. 

3. Bimbingan pada Guru 

Pengetahuan tentang plagiarisma dan persentase plagiasi pada tulisan masih tergolong rendah di kalangan pelajar. Itu bisa diamati dari tingginya angka plagiat yang dilakukan oleh kalangan pelajar. Seperti data yang sudah disebutkan di atas, di mana kasus plagiarisme pada pelajar mendekati angka 100%. Itulah salah satu alasan pelajar harus melakukan bimbingan pada guru. Karena terkadang susunan kata dan penulisan referensi yang dianggap benar. Pada kenyataannya belum sepenuhnya tepat. Oleh karena itu, untuk memastikan tulisan kita tepat serta tidak tercatut pada plagiasi. Maka bimbingan pada expert sangat diperlukan.

Selain itu, bimbingan pada guru akan membantu pelajar meningkatkan kepercayaan diri terhadap tulisannya. Itu karena biasanya guru akan memberikan pujian jika tulisan siswanya sudah tepat. Serta memberikan saran pada tulisan siswanya supaya menjadi lebih sempurna.  

Video yang mungkin Anda lewatkan.

Putri nanda Tarisa