Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Cindy Cindygupitasari
Ilustrasi Belajar--Wujudkan Potensi Komunikasi Anak Lewat Pendidikan Primer (Pexels.com/JuliaMCameron)

Proses perkembangan bahasa pada anak merupakan perjalanan yang menarik dan penting dalam konteks pendidikan dasar. Dalam rentang usia 6 hingga 18 tahun, anak menerima rangsangan yang beragam yang berkontribusi pada perkembangan mereka (Syaodih dalam Firmansyah, 2018:35). Interaksi dengan individu di sekitar mereka, baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan eksternal, seperti dalam masyarakat dan sekolah, memberikan pengaruh yang penting terhadap perkembangan bahasa mereka.

Hal tersebut meliputi sikap, gaya berbicara, penambahan kosakata, dan cara mereka berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan bahasa anak-anak merupakan faktor kunci dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka secara keseluruhan. Bahasa bukan hanya sebagai alat untuk menyampaikan pesan, tetapi juga melibatkan ekspresi perasaan, emosi, dan interaksi dengan lingkungan sekitar.

Peran orang tua, keluarga, dan lingkungan dalam memberikan rangsangan yang sesuai memiliki dampak penting dalam mencegah keterlambatan perkembangan bahasa dan bicara pada anak-anak. Salah satu isu yang berkaitan dengan perkembangan bahasa pada anak usia Sekolah Dasar (SD) adalah pengaruh media elektronik terhadap keterampilan berbahasa mereka. Penelitian oleh Anderson dan Pempek (2017) menemukan bahwa paparan yang berlebihan terhadap media elektronik, seperti televisi dan permainan video, dapat menyebabkan penurunan kemampuan berbahasa pada anak-anak.

Selain itu, penelitian oleh Christakis, Zimmerman, DiGiuseppe, dan McCarty (2004) menyimpulkan bahwa paparan yang berlebihan terhadap media elektronik juga dapat menghambat perkembangan kosakata dan keterampilan sosial pada anak-anak usia SD. Hal ini menunjukkan pentingnya mengatur waktu dan jenis media yang diizinkan bagi anak-anak agar perkembangan bahasa mereka tetap optimal.

Perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup pengaruh keluarga, sementara faktor eksternal meliputi lingkungan sosial dan budaya yang juga berperan dalam membentuk perkembangan bahasa anak, baik dalam hal bentuk maupun struktur bahasanya (Siedlarska et al., 2019). Memahami progres linguistik anak dengan mendalam memiliki implikasi yang penting dalam pendidikan primer. Ketika pendidik memahami tahapan perkembangan bahasa anak, mereka dapat merancang strategi pembelajaran yang sesuai dan relevan. Sebagai contoh, pada usia pra-sekolah, ketika anak-anak sedang aktif dalam memperluas kosakata mereka.

Oleh karena itu, pendidik dapat menerapkan metode yang melibatkan pengenalan kosakata yang luas dan memberikan contoh kata-kata baru dalam konteks yang berarti (Hoff, 2006). Pada tahap sekolah dasar (SD), perkembangan bahasa anak mengalami kemajuan yang signifikan. Anak-anak mulai memiliki kemahiran berbahasa yang mendekati tingkat kecakapan. Pada usia 6 tahun, anak-anak dapat menggunakan sekitar 2600 kata dalam percakapan sehari-hari dan memahami lebih dari 20.000 kata. Dengan bantuan pendidikan formal dan lingkungan yang mendukung, ketika mereka memasuki usia sekolah menengah atas, anak-anak dapat menguasai sekitar 80.000 kata (Papalia dan Olds dalam Dewi, 2020:4). 

BACA JUGA: Prestasi Putri Ariani Momentum Kita Berbenah

Karakteristik perkembangan bahasa pada anak usia SD sangat menarik. Pada usia 6-8 tahun, mereka mulai menguasai sekitar 50.000 kata dan menyadari penggunaan terminologi dalam berbagai disiplin akademik (Surna, Nyoman & Pandeirot, D, 2014 dalam Dewi, 2020:4). Mereka juga mulai memahami kalimat dengan implikasi kompleks. Pada usia ini, anak-anak mulai mengembangkan kemampuan interpretasi, memahami penggunaan kata kerja dan bentuknya, serta mampu berkomunikasi secara panjang meskipun dalam bentuk yang abstrak. Mereka juga memahami dasar-dasar bahasa secara signifikan dan memiliki pengetahuan yang terstruktur dalam aspek kognitif. Ketika mencapai usia 9-12 tahun, anak-anak mengalami peningkatan kosakata hingga sekitar 80.000 kata.

Mereka sudah lancar menggunakan kosakata yang terkait dengan bidang akademik dan mampu mengorganisir kata-kata menjadi kalimat yang bermakna. Anak-anak juga mulai menggunakan kata sambung dengan benar sesuai dengan maksud kalimat, serta mampu memahami bahasa lambang seperti metafora, peribahasa, hiperbola, pantun, syair, dan lain sebagainya. Perkembangan bahasa anak terjadi mulai dari lahir hingga masa sekolah, dengan periode SD menjadi tahap yang sangat berpengaruh karena anak-anak mulai mengenal dan terlibat dalam penggunaan bahasa di sekitar mereka.

Proses perkembangan bahasa anak terus berlanjut seiring dengan tahapan perkembangan mereka. Penguasaan kosakata pada usia SD berkisar antara 50.000 hingga 80.000 kata, tergantung pada lingkungan bahasa yang mereka alami. Pentingnya lingkungan yang mendukung dalam perkembangan bahasa anak tidak boleh diabaikan. Lingkungan keluarga menjadi lingkungan pembelajaran pertama bagi anak-anak dan merupakan dasar yang kuat untuk membentuk karakter mereka di masa dewasa.

Pola perawatan dan rangsangan yang diberikan oleh orang tua dan lingkungan sekitar memiliki pengaruh terhadap perkembangan bahasa dan bicara anak-anak, dan dapat mencegah keterlambatan dan gangguan bicara (Rajesh & Venkatesh, 2019). Selain itu, fungsi otak anak juga memainkan peran penting dalam perkembangan bahasa. Pada usia SD, fungsi otak anak telah berkembang pesat, sehingga mereka lebih mudah dalam mempelajari bahasa.

Penelitian dalam bidang neurolinguistik telah menunjukkan bahwa otak memiliki peran fundamental dalam kemampuan berbahasa (Latifa dalam Dewi, 2020:4). Dengan pemahaman yang mendalam tentang perkembangan bahasa pada anak usia SD, kita dapat memberikan perhatian dan rangsangan yang sesuai untuk membantu mereka mengembangkan kemampuan bahasa dan bicara. Melalui peran yang aktif dari pendidik, orang tua, keluarga, dan lingkungan yang mendukung, anak-anak dapat memperoleh keterampilan komunikasi yang kuat dan mempersiapkan diri mereka untuk masa depan yang gemilang.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Cindy Cindygupitasari

Baca Juga