Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Ida Bagus Shantih Ananda Wiradarma
Presiden Jokowi saat melakukan ground breaking pembangunan RSUP di IKN. [Ist]

Kepemimpinan dalam dunia politik dan ekonomi selalu menjadi topik menarik dan kontroversial. Pemimpin memiliki peran sentral dalam membawa perubahan terhadap suatu organisasi.  Menurut Robbins dan Judge (2015) kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok menuju pencapaian sebuah visi atau tujuan yang ditetapkan.

Salah satu pemimpin yang tengah mendapatkan sorotan intens adalah Presiden Joko Widodo, yang kerap  disapa dengan panggilan “Pakde Jokowi”. Langkah-langkah ambisiusnya untuk mewujudkan Indonesia sebagai pusat ekonomi global melalui proyek strategis "Indonesia Maju" mencakup berbagai aspek, salah satunya adalah Proyek Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia (IKN). Mengutip dari laman website kaltimprov, tanah total seluas 256 hektar di kabupaten Panajem Pasar Utara akan dijadikan tempat Pembangunan proyek besar IKN.  

Pemerintahan Presiden Jokowi, sejak awal masa jabatannya, telah menetapkan visi ambisius untuk mengangkat Indonesia ke tingkat global. Salah satu upaya nyata untuk mencapai tujuan ini adalah melalui pembangunan IKN.

Kawasan Ekonomi Khusus ini dirancang untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan daya saing global, dan menciptakan lapangan kerja baru. Dalam konteks ini, evaluasi kepemimpinan Presiden Jokowi akan membantu memahami dampaknya terhadap proyek ini dan sejauh mana konsep-konsep teori kepemimpinan dapat diterapkan.

Satu aspek kunci dalam menilai kepemimpinan Presiden Jokowi adalah melalui lensa kepemimpinan transformasional. Menurut Bass (1985) Kepemimpinan transformasional mmerupakan suatu model kepemimpinan yang menciptakan visi dan lingkungan yang dapat memotivasi karyawan untuk suatu pencapaian besar.  

Konsep kepemimpinan transformasional ini tercermin dalam kemampuan Presiden Jokowi untuk mengilhami dan memotivasi masyarakat dan para pemangku kepentingan untuk mendukung proyek ini. Pidato-pidatonya yang visioner dan optimis menciptakan momentum positif, membangun keyakinan bahwa melalui IKN, Indonesia bisa mengalami transformasi ekonomi yang signifikan.

Proyek IKN bukan hanya sekadar proyek infrastruktur besar. Ini juga merupakan langkah besar dalam manajemen perubahan. Pembangunan infrastruktur pada skala besar seperti ini tidak hanya melibatkan pembangunan fisik tetapi juga transformasi ekonomi, sosial, dan kelembagaan.

Presiden Jokowi, sebagai pemimpin utama proyek ini, memiliki tanggung jawab besar dalam mengelola perubahan. Ini melibatkan penerapan kebijakan dan reformasi yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dalam hal ini, perlu diperhatikan sejauh mana perubahan ini telah berhasil diimplementasikan dan diintegrasikan dengan baik dalam proyek IKN.

Konsep manajemen perubahan juga berkaitan erat dengan kemampuan Presiden Jokowi untuk beradaptasi dengan dinamika yang mungkin timbul selama pelaksanaan proyek. Perubahan kondisi ekonomi global, perubahan kebijakan, atau perubahan dalam dukungan masyarakat dapat menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proyek. Evaluasi harus mencakup sejauh mana Presiden Jokowi mampu merespons dan mengelola perubahan tersebut dengan efektif.

Pemimpin yang efektif tidak hanya bekerja atas nama rakyat tetapi juga bekerja bersama mereka. Dalam konteks IKN, partisipatif leadership juga menjadi penting karena proyek ini melibatkan banyak pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah, sektor swasta, dan masyarakat. Kepemimpinan partisipatif, sebagaimana dijelaskan oleh Hasibuan (2016), melibatkan pemimpin yang menggunakan pendekatan persuasif, membangun kerjasama harmonis, merangsang loyalitas, dan mendorong partisipasi aktif dari para bawahan.

Presiden Jokowi diharapkan dapat membangun kemitraan yang kuat dengan berbagai pihak untuk memastikan kesuksesan proyek. Evaluasi kepemimpinan Presiden Jokowi harus mencakup sejauh mana dia berhasil membuka ruang partisipatif untuk semua pihak yang terlibat. Kolaborasi yang efektif akan menghasilkan solusi yang lebih baik dan memastikan berbagai kepentingan diakomodasi.

Kunci dari kepemimpinan partisipatif adalah kemampuan untuk mendengarkan. Presiden Jokowi harus menunjukkan kemampuan untuk mendengarkan masukan dan umpan balik dari berbagai pihak, termasuk para ahli, komunitas lokal, dan sektor swasta. Melalui dialog terbuka dan kolaboratif, Presiden Jokowi dapat menciptakan lingkungan di mana semua pihak merasa didengar dan terlibat aktif dalam proses pengambilan keputusan.

Perubahan kebijakan juga dapat menjadi tantangan, terutama jika perubahan tersebut tidak diprediksi dengan baik atau tidak diomunikasikan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif melibatkan kemampuan untuk mengelola perubahan kebijakan dengan cara yang tidak merugikan kelangsungan proyek dan kepentingan semua pihak.

Kepemimpinan Presiden Jokowi dalam proyek IKN dapat dianggap berhasil dalam banyak aspek, terutama dalam mengilhami dan memotivasi masyarakat melalui visi transformasionalnya. Namun, tantangan seperti manajemen perubahan, partisipatif leadership, dan penanganan risiko perlu terus diatasi.

Dalam konteks teori kepemimpinan, model kepemimpinan transformasional yang diadopsi oleh Presiden Jokowi tampaknya memberikan landasan yang kuat untuk kepemimpinan yang efektif. Namun, evaluasi ini bukanlah akhir dari perjalanan. Kepemimpinan adalah proses dinamis yang memerlukan adaptasi terus-menerus terhadap perubahan kondisi dan tantangan.

Evaluasi kepemimpinan Presiden Jokowi dalam proyek IKN harus menjadi dasar untuk pembelajaran dan perbaikan. Terus memperkuat keberlanjutan visi transformasional, meningkatkan manajemen perubahan, memperkuat kerjasama dengan pemangku kepentingan, dan mengelola risiko dengan bijaksana akan menjadi kunci keberhasilan jangka panjang proyek ini.

Dengan mengevaluasi kepemimpinan Presiden Jokowi dalam konteks proyek IKN, kita dapat lebih baik memahami kompleksitas dan tantangan dalam mewujudkan visi besar untuk Indonesia. Kesuksesan proyek ini tidak hanya akan diukur dari infrastruktur fisik yang dibangun, tetapi juga dari dampak sosial dan ekonomi yang dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Evaluasi ini adalah langkah pertama untuk memastikan bahwa Indonesia benar-benar mengalami revolusi infrastruktur yang berkelanjutan di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi.

Ida Bagus Shantih Ananda Wiradarma

Baca Juga