Belakangan ini, dunia KPop sudah mulai berubah sejak hadirnya para idol virtual. Sebut saja PLAVE, K/DA, FE:VERSE, MAVE, dan mungkin masih banyak lagi yang akan debut dalam beberapa tahun ke depan.
Kehadiran teknologi yang dipadu dengan musik dan bakat, para idol virtual ini tentu menghadirkan pengalaman fangirling dan fanboying yang berbeda pada penggemar.
Lalu tidak hanya para idol virtual, para idol dengan kewarganegaraan yang semakin beragam juga menambah wajah baru di industri ini. Sehingga saat ini penggemar tidak hanya melihat khas wajah Asia yang sudah banyak debut dalam berbagai grup. Namun juga etnis lain yang tak kalah menarik.
Sebut saja yang terbaru adalah KATSEYE yang berasal dari Filipina, India, Venezuela, Swiss, Tiongkok, dan Korea. Lalu ada DEAR ALICE di Inggris, boy grup baru hasil kerja sama SM Entertainment dengan MOON&BACK (M&B).
Meski menawarkan pengalaman yang lebih beragam, tapi hal ini memunculkan pertanyaan. Dari nama musiknya saja KPop atau singkatan dari Korean Pop, lalu mengapa para membernya tidak menggunakan seluruhnya orang Korea? Benarkah ini ada kaitannya dengan angka kelahiran di Korea yang terus menurun sehingga Korea kekurangan talenta muda untuk didebutkan sebagai idol kelas dunia?
Dilansir dari Instagram @hansoljang110, angka kelahiran di Korea tercatat lebih rendah dari Jepang dan Singapura. Di kuartal pertama tahun 2024, angka kelahiran hanya 0,76 sementara di Seoul sendiri hanya 0,55. Angka ini menurun dibanding tahun 2022 yang tercatat 0,78.
Rendahnya angka kelahiran ini membuat pemerintah memberikan banyak bantuan kepada para pasangan yang mau memiliki anak, yaitu 11 juta rupiah/bulan.
Langkah untuk mengatasi krisis populasi ini dirinci sebagai berikut. Ketika bayi berusia 0-11 bulan, pemerintah Seoul akan memberi 1 juta KRW/bulan. Kemudian saat bayi berusia 12-23/bulan, bantuan kembali diberikan dengan nominal 500 ribu KRW/bulan.
Namun meski mendapat banyak bantuan dari pemerintah, hal ini tidak membuat anak muda di Korea untuk segera menikah.
Enggannya masyarakat Korea untuk memiliki anak tak terlepas dari mahalnya harga rumah. Sehingga banyak anak muda yang mengundur pernikahan dan memiliki anak karena tak sanggup untuk menutupi biaya hunian yang terus menggila dari tahun ke tahun.
Tentu hal ini menyulitkan bagi kaum menengah ke bawah. Untuk hidup sendiri saja susah, apalagi menghidupi orang lain.
Lantas, apakah di masa depan Korea benar-benar akan kehilangan anak-anak muda bertalenta dan generasi senior tidak memiliki penerus?
BACA BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE
Baca Juga
-
Gaming hingga Ngonten, 4 HP POCO RAM 8GB Termurah Mulai Rp 1 Jutaan
-
3 HP Realme RAM 12 GB Mulai Rp2 Jutaan, Gesit Buka Banyak Aplikasi Sekaligus
-
Lancar Main Roblox hingga Nugas, 4 Rekomendasi Tablet Mulai Rp1,9 Jutaan
-
Bukan Sekadar 5 Lawan 5, Ada Misi Besar di Lapangan Futsal Axis Nation Cup
-
Tiap Tim Memang Punya Strategi Formasi Futsal yang Berbeda
Artikel Terkait
Kolom
-
Harga Emas Antam Turun Rp9.000: Saatnya Beli atau Tunggu Lagi?
-
Breaking the Chain: Seni, Riset, dan Upaya Memutus Rantai Pernikahan Anak
-
Mind Hack Mahasiswa: Cara Otak Mengubah Stres Jadi Tenaga Positif
-
Belajar Lewat Medsos: Cara Baru Mengajar dan Mengulik Ilmu di Era Digital
-
Gerakan Rereongan Sapoe Sarebu: Mengapa Ide Dedi Mulyadi Memicu Kritik?
Terkini
-
Tayang di Noice! 'Film Gak Nikah Gapapa Kan?' Bakal Mengaduk-aduk Emosimu
-
4 Mix and Match Blazer Anti-Boring ala Noh Sang Hyun, Gaya Makin Macho!
-
Rektor UI Harumkan Indonesia: Penghargaan Tohoku University Lengkapi Lompatan UI di Peringkat Dunia
-
Suporter SMAN 3 Cibinong Panaskan Grand Final AXIS Nation Cup 2025
-
Aksi Seru dan Komedi Berpadu, Prime Video Bagikan Trailer Film Playdate